Dialog Seri 2: 1
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT yang menciptakan semesta alam ini?”
Mudariszi: “Ya! Allah SWT yang menciptakan semesta alam ini atau menciptakan langit dan bumi beserta semua apa yang ada di langit dan di bumi. Allah SWT menjelaskan hal itu dalam Al Qur’an melalui firman-Nya ini:
Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa. (As Sajdah 4)
Dan di antara ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan)-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. (Asy Syuura 29)
Semua apa yang ada di semesta alam yang diciptakan oleh Allah SWT tersebut termasuk semua yang ghaib (yang tidak terlihat), karena itu Dia menjelaskan melalui firman-Nya ini:
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi. (Al Hujuraat 18)
Setelah menciptakan semesta alam atau langit dan bumi beserta semua apa yang ada di langit dan di bumi, maka Allah SWT berfirman:
Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan. (Qaaf 38)
Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. (Al Mu’min 64)
Tilmidzi: “Apakah itu berarti Allah SWT menciptakan segala sesuatu di semesta alam ini?”
Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu melalui firman-Nya ini:
Allah menciptakan segala sesuatu. (Az Zumar 62)
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah.” Lalu jadilah ia. (Al Baqarah 117)
Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu. (Al Mu’min 62)
Tilmidzi: “Jika demikian, apakah semesta alam itu merupakan milik (kepunyaan) Allah?”
Mudariszi: “Karena Allah SWT yang menciptakannya, maka semesta alam atau langit dan bumi beserta semua apa yang ada di langit dan di bumi merupakan milik-Nya (kepunyaan-Nya). Dan Allah SWT menjelaskan hal itu melalui firman-Nya ini:
Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi. (Al Hajj 64)
Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. (Thaahaa 6)
Kepunyaan-Nya itu termasuk semua yang ghaib (yang tidak terlihat) yang ada di semesta alam (langit dan bumi), seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi. (Huud 123)
Kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. (Al Kahfi 26)
Kepunyaan-Nya itu termasuk pula semua perbendaharaan harta atau keperluan hidup semua makhluk di semesta alam (langit dan bumi), seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Kepunyaan-Nya-lah perbendaharaan langit dan bumi. (Asy Syuura 12)
Kepunyaan-Nya-lah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. (Az Zumar 63)
Dengan demikian, segala sesuatu yang ada di semesta alam, baik yang nyata maupun yang ghaib, merupakan kepunyaan Allah, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu. (An Naml 91)
Allah SWT kemudian menetapkan semua kepunyaan-Nya itu sebagai kerajaan langit dan bumi kepunyaan-Nya, dan itu dijelaskan firman-Nya ini:
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. (Ali ‘Imran 189)
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. (Al Maa-idah 17)
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya. (Al Maa-idah 120)
Tilmidzi: “Jika kerajaan langit dan bumi itu kepunyaan Allah, apakah Allah SWT adalah Raja?”
Mudariszi: “Ya! Allah SWT menjelaskan hal itu melalui firman-Nya ini:
Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya. (Thaahaa 114)
Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang di langit dan apa yang di bumi, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al Jumu’ah 1)
Allah SWT adalah Raja, Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta alam, Tuhan manusia dan Raja manusia, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa. (An Nisaa’ 171)
Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. (Al Mu’min 64)
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia, Raja manusia, Sembahan manusia.” (An Naas 1-3)
Tilmidzi: “Jika memiliki kerajaan langit dan bumi, apakah Allah SWT memiliki istana?”
Mudariszi: “Rasulullah SAW menjelaskan sebagai berikut:
Hammad bin Salamah memberitahukan kepada kami dari Ya’la bin Atha dari Waki bin Hudus dari pamannya Abu Razin, ia berkata: “Saya bertanya: “Hai Rasulullah, dimana letak tempat Tuhan kita sebelum Tuhan menciptakan makhluknya?” Rasulullah SAW menjawab: “Tuhan ada di mega yang tipis yang di bawahnya tidak ada udara dan di atasnyapun tidak ada udara, dan Tuhan menciptakan Arsy-Nya di atas air.” (surat Huud ayat 7). (HR Tirmidzi)
‘Arsy-Nya dalam sunnah Rasulullah di atas tidak dijelaskan apakah ‘Arsy-Nya itu istana-Nya. ‘Arsy-Nya itu dijelaskan pula dalam Al Qur’an sebagai berikut:
Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang sebenarnya; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia. (Al Mu’minuun 116)
Dan adalah ‘Arsy-Nya di atas air. (Huud 7)
Dan Allah SWT lalu menjelaskan melalui firman-Nya ini:
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy. (Thaahaa 5)
Firman-Nya di atas menunjukkan bahwa Allah SWT tidak bersemayam di ‘Arsy-Nya tapi di atas ‘Arsy-Nya. Tidak dijelaskan persemayaman-Nya yang di atas ‘Arsy-Nya tersebut dalam Al Qur’an.”
Tilmidzi: “Dimanakah ‘Arsy-Nya itu?”
Mudariszi: “Rasulullah SAW menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Abd bin Humaid dan lain-lainnya menceritakan kepada kami, dengan arti yang sama mereka berkata: “Yunus bin Muhammad memberitahukan kepada kami, Syaiban memberitahukan kepada kami dari Abdur Rahman dari Qatadah berkata: “Al-Hasan menceritakan dari Abu Hurairah yang berkata: “Ketika Rasulullah SAW duduk beserta para sahabat beliau, tiba-tiba awan datang kepada mereka, lalu Rasulullah SAW bersabda: “Apakah kamu mengerti apa ini?” Mereka berkata: “Allah dan Rasul–Nya lebih mengerti.” Beliau bersabda: “Ini adalah awan dan awan ini adalah pembawa air bagi bumi dimana Allah menggiringnya kepada kaum yang tidak mensyukuri–Nya dan tidak menyembah–Nya.” Kemudian beliau bersabda: “Apakah kamu mengerti apa yang di atasmu?” Mereka berkata: “Allah dan Rasul–Nya lebih mengerti.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya di atasmu adalah langit dan langit adalah atap yang terjaga dan gelombang laut yang tidak bisa terlepas.” Beliau bersabda: “Apakah kamu mengerti berapa jarak antara kamu dan langit?” Mereka menjawab: “Allah dan Rasul–Nya lebih mengerti.” Beliau bersabda: “Jarak antara kamu dan langit adalah perjalanan lima ratus tahun.” Kemudian beliau bersabda: “Apakah kamu mengerti apa yang di atas langit itu?” Mereka berkata: “Allah dan Rasul–Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya di atas langit ada dua langit, jarak antara keduanya perjalanan lima ratus tahun”, sehingga beliau menghitung tujuh langit jarak antara setiap langit satu dengan langit yang lain adalah perjalanan antara langit dan bumi. Kemudian beliau bersabda: “Apakah kamu mengerti apa yang di atas langit tujuh.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya di atasnya adalah ‘Arsy (singgasana) dan jarak antara ‘Arsy dan langit adalah sejauh antara langit dan bumi.” (HR Tirmidzi)
Dengan demikian, ‘Arsy-Nya yang di atas air itu berada di atas langit (yang memiliki tujuh lapis langit), atau berada di luar langit. Manusia tidak dapat mencapainya karena terlalu jauh dari bumi tempat manusia menetap, dan bumi itu pula berada dalam ruang langit (di bawah atau di lapis langit pertama). Penjelasan Allah tersebut cukup untuk pengetahuan manusia agar mengetahui Tuhannya dan keberadaan-Nya, yaitu Allah SWT, Raja, Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta alam, Pencipta semesta alam, Pemilik kerajaan langit dan bumi, sehingga tidak ada lagi yang meragukan atau memperdebatkan tentang Dia dan keberadaan-Nya.”
Tilmidzi: “Apakah ‘Arsy-Nya sudah ada sebelum Dia menciptakan langit dan bumi dan semua yang ada di langit dan di bumi?”
Mudariszi: “Rasulullah SAW menjelaskan sebagai berikut:
Dari Imran bin Hushain, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Allah ada, sedang selain Dia belumlah ada. Arasy-Nya itu di atas air, dan Dia menuliskan (mentakdirkan) sesuatu pada Lauh Mahfuzh, dan Dia ciptakan langit dan bumi.” (HR Bukhari)
Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW pernah bersabda: “Allah telah menentukan suratan takdir semua makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi atau ketika Arasy–Nya masih di atas air.” (HR Muslim)
Sunnah Rasulullah di atas menunjukkan bahwa ‘Arsy-Nya yang di atas air sudah ada sebelum Dia menciptakan langit dan bumi (semesta alam). Allah SWT menjelaskan tentang ‘Arsy-Nya dalam Al Qur’an sebagai berikut:
Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. (As Sajdah 4)
Firman-Nya di atas menunjukkan pula bahwa ‘Arsy-Nya sudah ada lebih dahulu daripada adanya langit dan bumi (semesta alam).”
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT memelihara dan mengurus semua ciptaan-Nya dan kepunyaan-Nya itu?”
Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu melalui firman-Nya ini:
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (Az Zumar 62)
Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu. (Al An’aam 101)
Allah SWT mengurus semua ciptaan-Nya dan kepunyaan-Nya itu termasuk mengurus semua urusan dari setiap ciptaan-Nya dan kepunyaan-Nya. Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. (Yunus 3)
Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. (Al Baqarah 255)
Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. (Al Hadiid 4)
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (As Sajdah 5)
Wallahu a’lam.