Apakah Allah SWT Telah Tetapkan Penciptaan Semesta Alam?

Dialog Seri 2: 3

 

Tilmidzi: “Apakah Allah SWT telah tetapkan penciptaan semesta alam?”

 

Mudariszi: “Rasulullah SAW menjelaskan tentang takdir atau ketetapan Allah atas semua ciptaan-Nya di semesta alam sebagai berikut:

 

Dari Imran bin Hushain, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Allah ada, sedang selain Dia belumlah ada. Arasy-Nya itu di atas air, dan Dia menuliskan (mentakdirkan) sesuatu pada Lauh Mahfuzh, dan Dia cipta­kan langit dan bumi. (HR Bukhari)

 

Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW pernah bersabda: Allah telah me­nentukan suratan takdir semua makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi atau ketika ArasyNya masih di atas air. (HR Muslim)

 

Sunnah Rasulullah di atas menunjukkan bahwa semesta alam atau langit dan bumi beserta semua apa yang ada di langit dan di bumi, baik yang nyata maupun yang ghaib, termasuk semua urusan dari setiap ciptaan-Nya di semesta alam, telah Dia rencanakan, takdirkan (tetapkan) dan catat (tulis) dalam kitab Lauh Mahfuzh sebelum Dia menciptakan semesta alam tersebut. Dengan demikian, penciptaan semesta alam itu telah ditetapkan oleh Allah SWT.”

 

Tilmidzi: “Jika demikian, apakah Allah SWT yang menciptakan segala sesuatu yang ada dan yang terjadi di semesta alam?”

 

Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu melalui firman-Nya ini:

 

Allah menciptakan segala sesuatu. (Az Zumar 62)

 

Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu. (Al An’aam 101)

 

Yang demikian itu ialah Tuhan Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya. (As Sajdah 6-7)

 

Allah SWT menciptakan segala sesuatu di semesta alam karena segala sesuatu itu juga telah tercatat dalam kitab Lauh Mahfuzh. Allah SWT berfirman:

 

Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu Kitab. (An Naba’ 29)

 

Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan. Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis. (Al Qamar 52-53)

 

Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh). (Yaasiin 12)

 

Karena itu Allah SWT menjelaskan melalui firman-Nya ini:

 

Katakanlah: “Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu.” (Al An’aam 164)

 

Tilmidzi: “Apakah Allah SWT menetapkan ketentuan bagi segala sesuatu itu?”

 

Mudariszi: “Dalam menciptakan segala sesuatu, Allah SWT menciptakan dan memelihara semua urusan dari setiap ciptaan-Nya termasuk semua urusan dari setiap makhluk-Nya. Allah SWT berfirman:

 

Allah mengatur urusan (makhluk-Nya). (Ar Ra’d 2)

 

Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT itu adalah sebagai berikut:

 

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah. (Adz Dzaariyaat 49)

 

Dalam menciptakan segala sesuatu itu, Allah SWT menetapkan ukuran bagi setiap ciptaan-Nya dan ukuran bagi urusan dari setiap ciptaan-Nya. Allah SWT berfirman:

 

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Al Qamar 49)

 

Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. (Ar Ra’d 8)

 

Allah SWT juga memperhitungkan segala sesuatu termasuk memperhitungkan jumlah dari setiap ciptaan-Nya. Allah SWT berfirman:

 

Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. (An Nisaa’ 86)

 

Dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu. (Al Jin 28)

 

Dengan demikian, semua firman-Nya di atas menunjukkan bahwa Allah SWT telah menetapkan ketentuan bagi setiap sesuatu. Allah SWT berfirman:

 

Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Ath Thalaaq 3)

 

Ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT bagi setiap sesuatu itu termasuk ketentuan bagi urusan dari setiap ciptaan-Nya serta ketentuan ukuran dan jumlah bagi setiap ciptaan-Nya. Allah SWT berfirman:

 

Sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya. (Al Qamar 3)

 

Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (Al Furqaan 2)

 

Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. (Maryam 93)

 

Karena itu Allah SWT menjelaskan melalui firman-Nya ini:

 

Ingatlah, bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu. (Fushshilat 54)

 

Tilmidzi: “Dari penjelasan-penjelasan Al Qur’an di atas, apakah Al Qur’an itu menjelaskan segala sesuatu?”

 

Mudariszi: “Ya! Al Qur’an itu merupakan keterangan (penjelasan) Allah yang menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan Dia dan ciptaan-Nya. Allah SWT berfirman:

 

Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas. (Al Israa’ 12)

 

Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (Kitab-Kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu. (Yusuf 111)

 

Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu. (An Nahl 89)

 

Al Qur’an itu sendiri sudah ada sebelum semesta alam diciptakan-Nya, dan tersimpan dalam kitab Lauh Mahfuzh. Allah SWT berfirman:

 

Al Qur’an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh. (Al Buruuj 21-22)

 

Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh). (Al Waaqi’ah 77-78)

 

Tilmidzi: “Jika demikian, apakah Allah SWT menciptakan semesta alam itu dengan tujuan?”

 

Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan hal itu melalui firman-Nya ini:

 

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq. (Ad Dukhaan 38-39)

 

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah. (Shaad 27)

 

Dengan demikian, semesta alam atau langit dan bumi beserta apa yang ada di langit dan di bumi itu diciptakan oleh Allah SWT dengan tujuan, seperti dijelaskan firman-Nya ini:

 

Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. (Ar Ruum 8)

 

Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. (Al Ahqaaf 3)

 

Tilmidzi: “Bagaimana Allah SWT menciptakan kehidupan bagi segala sesuatu di semesta alam?”

 

Mudariszi: “Allah SWT menciptakan kehidupan di semesta alam atau di dunia yaitu dengan ciptaan-ciptaan-Nya itu sendiri. Allah SWT menjadikan semua ciptaan-Nya itu memiliki fitrah, sifat dan urusannya masing-masing. Allah SWT lalu menjadikan segala sesuatu yang hidup itu sebagai berikut:

 

Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. (Al Anbiyaa’ 30)

 

Semua makhluk hidup tersebut menjalani hidupnya di semesta alam atau di dunia (kehidupan dunia) menurut fitrahnya masing-masing dengan mengikuti takdir yang Dia telah tetapkan dan catat dalam kitab Lauh Mahfuzh. Allah SWT menciptakan, menghidupkan dan memelihara semua makhluk ciptaan-Nya itu dengan ilmu-Nya dan pengetahuan-Nya. Adapun ilmu dan pengetahuan Allah itu sebagai berikut:

 

Dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu. (An Nisaa’ 126)

 

Dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (Ath Thalaaq 12)

 

Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan. (Al Anfaal 47)

 

Perbandingan ilmu Allah dengan ilmu makhluk ciptaan-Nya adalah seperti dijelaskan firman-Nya ini:

 

Sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka. (Al Jin 28)

 

Sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya. (Thaahaa 110)

 

Tilmidzi: “Bagaimana Allah SWT memelihara dan mengurus semua ciptaan-Nya termasuk semua makhluk hidup ciptaan-Nya?”

 

Mudariszi: “Kehidupan dunia bagi setiap ciptaan-Nya di semesta alam itu merupakan bagian dari segala sesuatu yang Dia telah tetapkan (takdirkan) dan ciptakan, dan telah tercatat dalam kitab Lauh Mahfuzh. Segala sesuatu termasuk semua ciptaan-Nya dan semua urusan dari setiap ciptaan-Nya dalam kehidupan dunia (semesta alam) dipelihara dan diurus oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman:

 

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. (Yunus 3)

 

Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (Az Zumar 62)

 

Dalam memelihara dan mengurus semua ciptaan-Nya itu, Allah SWT menetapkan peraturan (syariat) agama bagi setiap ciptaan-Nya yang wajib diikuti oleh setiap ciptaan-Nya itu ketika menjalani hidupnya di dunia. Allah SWT menetapkan peraturan (syariat) agama-Nya, karena Dia berhak memelihara ciptaan-Nya dan kepunyaan-Nya dengan sebaik-baiknya. Allah SWT berfirman:

 

Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. (Al A’raaf 54)

 

Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah. (Yusuf 67)

 

Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. (Al An’aam 57)

 

Tilmidzi: “Bukankah setiap makhluk ciptaan-Nya akan mati (binasa) karena setiap makhluk itu diciptakan-Nya dengan memiliki ukuran waktu?”

 

Mudariszi: “Ya! Setiap makhluk diciptakan oleh Allah SWT dengan memiliki ukuran waktu. Sehingga setiap makhluk ciptaan-Nya yang hidup akan mengalami lematiannya. Hal itu dijelaskan firman-Nya ini:

 

Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan. (Al Mu’min 68)

 

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (Ali ‘Imran 185)

 

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. (Ali ‘Imran 145)

 

Allah SWT telah menetapkan ukuran waktu hidup yang berbeda-beda bagi semua makhluk hidup, sehingga setiap makhluk hidup akan mati dalam waktu yang berbeda-beda.”

 

Tilmidzi: “Lalu apakah yang terjadi dengan makhluk yang telah mati itu?”

 

Mudariszi: “Makhluk hidup yang telah mati lalu dikembalikan kepada Allah SWT, Tuhannya, Penciptanya. Allah SWT berfirman:

 

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (Al Ankabuut 57)

 

Demikian pula dengan semua urusan dari setiap ciptaan-Nya yang telah mati (habis masa hidupnya di dunia), mereka semua dikembalikan kepada Allah SWT, Tuhannya, Penciptanya. Allah SWT berfirman:

 

Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan. (Al Baqarah 210)

 

Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (Luqman 22)

 

Tilmidzi: “Jika segala sesuatu itu diciptakan-Nya dengan ukuran waktu, maka bukankah segala sesuatu yang ada di semesta alam akan mati semua termasuk langit dan bumi?”

 

Mudariszi: “Ya! Karena Allah SWT menciptakan segala sesuatu dengan ukuran waktu, maka semesta alam atau langit dan bumi dan semua apa yang ada di langit dan di bumi akan mati (binasa) pada waktunya, sehingga kehidupan dunia akan habis atau tidak ada lagi. Allah SWT menjelaskan ketika langit dan bumi mati (binasa) melalui firman-Nya ini:

 

Pada hari ketika langit benar-benar bergoncang. (Ath Thuur 9)

 

Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. (Ar Rahmaan 37)

 

Pada hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak. (Al Ma’aarij 8)

 

Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya. (Al Waaqi’ah 4)

 

Dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia debu yang beterbangan. (Al Waaqi’ah 5-6)

 

Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang berterbangan). (Al Ma’aarij 9)

 

Waktu itulah kiamat, yaitu hancurnya semesta alam dan tidak ada lagi kehidupan dunia. Waktu kiamat itu hanya diketahui oleh Allah SWT, seperti dijelaskan firman-Nya ini:

 

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman 34)

 

Segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi (di semesta alam) akan mati atau hancur binasa kecuali Allah SWT saja. Allah SWT berfirman:

 

Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. (Qashash 88)

 

Tilmidzi: “Jika semesta alam sudah hancur dan tidak ada lagi kehidupan, lalu untuk apa semesta alam dan kehidupan dunia itu diciptakan oleh Allah SWT?”

 

Mudariszi: “Setelah semesta alam hancur atau kiamat, maka Allah SWT akan mengulang penciptaan langit dan bumi untuk kali yang kedua dan itu sesuai dengan dengan takdir yang Dia telah tetapkan dan catat dalam kitab Lauh Mahfuzh. Allah SWT berfirman:

 

(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya. (Al Anbiyaa’ 104)

 

(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. (Ibrahim 48)

 

Firman-Nya di atas menunjukkan bahwa Allah SWT akan mengulangi penciptaan langit dan bumi yang lain setelah kiamat. Langit dan bumi yang lain itu bukan lagi kehidupan dunia, tapi kehidupan akhirat bagi semua ciptaan-Nya termasuk semua makhluk-Nya. Dalam kehidupan akhirat itu manusia dan makhluk lain tidak lagi akan mengalami kematian, tapi akan hidup kekal, yaitu di surga atau di neraka. Allah SWT berfirman:

 

Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahanam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. Dan barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (Thaahaa 74-75)

 

(Bukan demikian), yang benar, barang siapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.(Al Baqarah 81-82)

 

Wallahu a’lam.

Leave a Reply