Dapat Apakah Manusia Dari Tunduknya Semua Makhluk?

Dialog Seri 2: 7

 

Tilmidzi: “Bukankah Allah SWT menundukkan semua apa yang ada di langit dan di bumi untuk manusia?”

 

Mudariszi: “Ya! Allah SWT menjelaskan hal itu melalui firman-Nya ini:

 

Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) daripada-Nya. (Al Jaatsiyah 13)

 

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang ada di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. (Luqman 20)

 

Tilmidzi: “Jika demikian, bukankah bintang-bintang, matahari, bulan ditundukkan-Nya untuk manusia?”

 

Mudariszi: “Ya! Allah SWT berfirman:

 

Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. (An Nahl 12)

 

Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan. (Ibrahim 33)

 

Tilmidzi: “Apakah yang manusia peroleh dengan ditundukkan-Nya makhluk-makhluk di langit itu?”

 

Mudariszi: “Allah SWT menjadikan gugusan-gusuasan bintang di langit yang memiliki cahaya di malam hari. Jarak bintang-bintang yang sangat jauh dari bumi, membuat cahayanya selalu terlihat dari bumi di tempat yang sama. Hal itu dapat menjadi petunjuk jalan bagi manusia ketika mengadakan perjalanan di malam hari. Allah SWT berfirman:

 

Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang. (Al Furqaan 61)

 

Tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari? (Yaitu) bintang yang cahayanya menembus. (Ath Thaariq 2-3)

 

Dan Dia-lah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. (Al An’aam 97)

 

Terjadinya siang di bumi karena matahari yang bersinar menyinari bumi ketika bumi beredar mengitari matahari. Allah SWT berfirman:

 

Dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari). (An Naba’ 13)

 

Berputarnya (beredarnya) bumi mengitari matahari itu membuat belahan bumi yang terkena sinar matahari menjadi terang (siang), dan belahan bumi yang tidak terkena sinar matahari menjadi gelap (malam). Allah SWT berfirman:

 

Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya. (Ar Rahmaan 17)

 

Dan Dia menjadikan malammya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. (An Naazi’aat 29)

 

Siang dan malam itu saling berganti dalam waktu yang tetap, seperti dijelaskan firman-Nya ini:

 

Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Al Furqaan 62)

 

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yaasiin 40)

 

Adanya waktu siang dan malam yang tetap di bumi itu bermanfaat bagi manusia, yaitu sebagai berikut:

 

Dia-lah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha. (Al Furqaan 47)

 

Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. (Al Qashash 73)

 

Selain itu, sinar matahari yang jatuh di bumi itu berpengaruh pada penguapan air laut dan pembentukan udara, dan hal itu berguna bagi kehidupan semua makhluk di bumi termasuk manusia. Bulan pula mengeluarkan cahayanya di malam hari. Cahaya bulan yang jatuh di bumi itu merupakan pantulan cahaya matahari. Cahaya bulan yang terlihat dari bumi itu adakalanya berbentuk bulat dan adakalanya berbentuk sabit. Hal itu terjadi karena sinar matahari yang diterima oleh bulan terhalang oleh bumi ketika bulan beredar mengitari bumi. Dan karena bumi berbentuk bulat, maka cahaya bulan dari sinar matahari yang terpantul ke bumi berbentuk sabit. Allah SWT berfirman:

 

Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai kemanzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. (Yaasiin 39)

 

Perubahan cahaya bulan yang diterima oleh bumi itu bermanfaat bagi manusia dalam menghitung waktu. Allah SWT berfirman:

 

Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia.” (Al Baqarah 189)

 

Tilmidzi: “Apakah yang dimaksud dengan tanda-tanda waktu atau menghitung waktu karena adanya bulan sabit?”

 

Mudariszi: “Terjadinya cahaya bulan yang berbentuk sabit lalu berbentuk bulat dan kembali ke bentuk sabit, membuat manusia dapat menghitung jumlah hari dalam satu bulan ketika bulan beredar mengitari bumi. Rasulullah SAW menjelaskan jumlah hari dalam satu bulan sebagai berikut:

 

Dari Ibnu Umar dari Rasulullah SAW, bahwasanya beliau ber­sabda: Sesungguhnya kami adalah ummat yang ummi tidak dapat me­nulis dan menghitung bulan demikian, demikian, yakni sekali waktu dua puluh sembilan hari dan sekali waktu tiga puluh hari. (HR Bukhari)

 

Manusia bukan saja dapat menghitung jumlah hari dalam satu bulan, tapi juga dapat menghitung waktu-waktu yang lainnya dan jumlahnya akibat dari cahaya bulan. Allah SWT berfirman:

 

Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. (Yunus 5)

 

Manusia dapat menghitung jumlah hari dalam setahun, karena Allah SWT menetapkan jumlah bulan dalam setahun sebagai berikut:

 

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. (At Taubah 36)

 

Ketetapan-Nya di atas membuat manusia dapat menghitung jumlah hari dalam setahun dari bulan beredar mengitari bumi. Ketetapan-Nya di atas juga membuat manusia dapat menghitung jumlah hari dalam setahun dari bumi beredar mengitari matahari. Dan manusia dapat menghitung selisih hari dalam setahun dari bulan beredar mengitari bumi dengan bumi beredar mengitari matahari, karena Allah SWT menjelaskan melalui firman-Nya ini:

 

Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (Al Kahfi 25)

 

Tiga ratus tahun bumi beredar mengitari matahari sama dengan tiga ratus sembilan tahun bulan beredar mengitari bumi. Selain Allah SWT menetapkan jumlah bulan dalam setahun, Rasulullah SAW pula menjelaskan jumlah hari dalam seminggu, yaitu sebagai berikut:

 

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW memegang tanganku, lalu bersabda: Allah Azza wa Jalla menciptakan bumi pada hari Sabtu, menciptakan gunung-gunung di dalamnya pada hari Ahad, menciptakan pepohonan pada hari Senin, menciptakan halhal yang tidak disukai pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu, menyebarkan berbagai binatang di bumi pada hari Kamis, dan menciptakan Adam pada hari Jumat sesudah Asar di akhir pencipta­an, di penghujung waktu Jumat, yakni antara waktu asar sampai malam. (HR Muslim)

 

Perhitungan waktu yang diperoleh dari peredaran (kehidupan) makhluk-makhluk di langit itu bermanfaat bagi manusia dalam menentukan waktu untuk beribadah, beramal, bekerja dan berencana dengan karunia-Nya di bumi ketika menjalani hidupnya. Manusia dapat menghitung waktu-waktu dan jumlahnya itu karena bintang-bintang, matahari, bulan dan bumi beredar di orbitnya masing-masing menurut waktu yang Dia telah tetapkan. Allah SWT berfirman:

 

Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. (Al Waaqi’ah 75)

 

Dan Dia-lah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. (Al Anbiyaa’ 33)

 

Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu. (Faathir 13)

 

Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang. (Al Ma’aarij 40)

 

Tilmidzi: “Apakah semua yang ada di bumi ditundukkan untuk manusia?”

 

Mudariszi: ”Manusia dijadikan oleh Allah SWT sebagai khalifah yang memikul amanah di bumi, karena itu Dia menjadikan bumi bagi manusia sebagai berikut:

 

Dia-lah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap. (Al Baqarah 22)

 

Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat untuk menetap dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk. (Az Zukhruf 10)

 

Dia Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. (Al Mulk 15)

 

Kemudian, Allah SWT menundukkan semua yang ada di bumi untuk manusia, seperti firman-Nya ini:

 

Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi. (Al Hajj 65)

 

Dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. (An Nahl 13)

 

Tilmidzi: “Bagaimana Allah SWT menundukkan semua yang ada di bumi itu untuk manusia?”

 

Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan hal tersebut di atas yaitu Dia menjadikan gunung-gunung di bumi agar bumi kokoh dan tidak menggoncangkan penghuni bumi termasuk manusia. Allah SWT berfirman:

 

Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka. (Al Anbiyaa’ 31)

 

Allah SWT lalu menciptakan sungai-sungai dan laut-laut yang kemudian ditundukkan-Nya untuk manusia. Kapal-kapal di laut (atau sungai) juga ditundukkan-Nya untuk manusia agar kapal-kapal itu dapat melayarkan manusia di laut dan di sungai, sehingga manusia dapat mencari karunia-Nya di laut dan di sungai. Allah SWT berfirman:

 

Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? (An Naml 61)

 

Dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. (Ibrahim 32)

 

Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (An Nahl 14)

 

Tilmidzi: “Apakah makhluk-makhluk hidup di bumi ditundukkan-Nya untuk manusia?”

 

Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya ini:

 

Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. (Al Anbiyaa’ 30)

 

Berdasarkan firman-Nya di atas, Allah SWT lalu menciptakan sejumlah mata air di bumi setelah Dia menciptakan sungai dan laut. Mata air itu mengeluarkan air tawar yang diperlukan oleh semua makhluk hidup di bumi termasuk manusia. Allah SWT berfirman:

 

Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air. (Al Qamar 12)

 

Dan Kami beri minum kamu dengan air yang tawar. (Al Mursalaat 27)

 

Allah SWT lalu menciptakan makhluk hidup, yaitu tumbuh-tumbuhan dengan berbagai jenisnya yang hidup dari air dan tumbuh di berbagai belahan bumi. Allah SWT berfirman:

 

Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. (An Naazi’aat 30-31)

 

Supaya kamu tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan. (An Naba’ 15)

 

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? (Asy Syu’araa’ 7)

 

Allah SWT lalu menciptakan makhluk hidup lain, yaitu binatang-binatang dengan berbagai jenisnya yang hidup di darat, di laut, di atas bumi dan di dalam bumi. Binatang-binatang itu hidup dari air dan tumbuh-tumbuhan. Allah SWT berfirman:

 

Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. (An Nuur 45)

 

Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. (Al Mulk 19)

 

Tumbuh-tumbuhan tunduk kepada Allah SWT, sehingga mereka menjadi tunduk kepada manusia. Binatang-bintang juga ditundukkan-Nya untuk manusia. Allah SWT berfirman:

 

Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya. (Ar Rahmaan 6)

 

Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka. (Yaasiin 72)

 

Dengan ditundukkan-Nya semua makhluk hidup untuk manusia, maka tumbuh-tumbuhan tidak akan mengganggu manusia ketika buahnya, daunnya, kayunya atau bagiannya diambil oleh manusia. Tumbuh-tumbuhan tetap menjalani hidupnya dengan berkembang biak dan mengeluarkan hasilnya.Allah SWT berfirman:

 

Dan pohon kayu keluar dari Thursina (pohon zaitun), yang menghasilkan minyak, dan pemakan makanan bagi orang-orang yang makan. (Al Mu’minuun 20)

 

Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu. (Yaasiin 80)

 

Binatang-binatang juga tidak mengganggu manusia ketika ditunggangi, disakiti, dibunuh oleh manusia. Binatang tetap menjalani hidupnya, berkembang biak, mengeluarkan hasilnya. Allah SWT berfirman:

 

Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya manfa’at-manfa’at dan minuman. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? (Yaasiin 72-73)

 

Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi, supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: “Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (Az Zukhruf 12-14)

 

Binatang-binatang buas juga tidak mengganggu manusia ketika mereka menjalani hidupnya selama mereka tidak diganggu oleh manusia.”

 

Tilmidzi: “Apakah semua makhluk hidup di bumi itu menjadi kebutuhan hidup manusia?”

 

Mudariszi: “Dari semua yang ada di bumi yang ditundukkan-Nya untuk manusia, ada sebagian yang menjadi kebutuhan hidup manusia. Allah SWT berfirman:

 

Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. (Al A’raaf 10)

 

Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup. (Al Hijr 20)

 

Kebanyakan tumbuh-tumbuhan di bumi dijadikan oleh Allah SWT sebagai makanan bagi manusia. Tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di tempatnya itu dapat diusahakan oleh manusia agar makanan selalu tersedia. Allah SWT berfirman:

 

Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. (Yaasiin 33-35)

 

Dan Dia-lah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Al An’aam 141)

 

Allah SWT menciptakan binatang ternak untuk manusia sebagai makanan, minuman dan berbagai manfaat lainnya. Manusia dapat pula mengusahakan binatang-binatang ternak itu agar makanan dan kebutuhan hidupnya selalu tersedia. Allah SWT berfirman:

 

Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka, yaitu sebahagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri lalu mereka menguasainya? (Yaasiin 71)

 

Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan. Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. (An Nahl 5-7)

 

Allah-lah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya untuk kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan. Dan (ada lagi) manfa’at-manfa’at yang lain pada binatang ternak itu untuk kamu dan supaya kamu mencapai suatu keperluan yang tersimpan dalam hati dengan mengendarainya. Dan kamu dapat diangkut dengan mengendarai binatang-binatang itu dan dengan mengendarai bahtera. (Al Mu’min 79-80)

 

Binatang dan tumbuh-tumbuhan tersebut dapat diusahakan oleh manusia, karena kedua makhluk itu dijadikan-Nya berpasang-pasangan dan melakukan perkawinan. Allah SWT berfirman:

 

Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (Yaasiin 36)

 

(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. (Asy Syuura 11)

 

Sehingga sebagian dari apa yang ada di bumi, yaitu di darat, di udara, di laut, di sungai, di dalam tanah, dapat menjadi kebutuhan hidup manusia setelah makhluk-makhluk tersebut dipelajari sifat-sifatnya. Allah SWT berfirman:

 

Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu. (An Naazi’aat 30-33)

 

Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu). Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya). (An Nahl 80-81)

 

Tilmidzi: “Apakah semua makhluk di bumi itu menjadi tanggung jawab manusia ketika melaksanakan amanah sebagai khalifah?”

 

Mudariszi: “Manusia melaksanakan amanah hanya dengan yang Dia karuniakan baginya. Manusia tidak dituntut-Nya untuk memelihara binatang buas atau tumbuh-tumbuhan liar yang membahayakan dirinya. Tapi manusia dilarang mengganggu dan merusak kehidupan semua makhluk. Allah SWT berfirman:

 

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya. (Al A’raaf 56)

 

Semua makhluk yang tidak dipelihara oleh manusia itu dipelihara oleh Allah SWT. Allah SWT memelihara semua makhluk hidup termasuk yang dipelihara oleh manusia, contoh pemeliharaan-Nya tersebut yaitu mengurus persediaan air dan penyerapan sinar matahari. Allah SWT mengetahui tempat tinggal semua makhluk hidup yang memerlukan rezeki, yaitu yang di darat, di atas bumi, di dalam air dan di dalam bumi (tanah). Allah SWT berfirman:

 

Dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya. Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya (sumbernya); dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. (Al Hijr 20-21)

 

Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. (Al ‘Ankabuut 60)

 

Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (Huud 6)

 

Allah SWT mengetahui pula keberadaan semua makhluk yang diperlukan oleh manusia yang ada di darat, di atas bumi, di dalam air dan di dalam bumi. Allah SWT berfirman:

 

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahui kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (Al An’aam 59)

 

Agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi. (An Naml 25)

 

Semua yang dipelihara oleh Allah SWT tersebut tidak menjadi tanggung jawab manusia ketika melaksanakan amanah sebagai khalifah di bumi.”

 

Tilmidzi: “Apakah Allah SWT memelihara bumi dan manusia dari makhluk-makhluk di langit?”

 

Mudariszi: “Ya! Allah SWT menjelaskan hal itu melalui firman-Nya ini:

 

Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara. (Al Anbiyaa’ 32)

 

Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi melainkan dengan izin-Nya. (Al Hajj 65)

 

Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Faathir 41)

 

Wallahu a’lam.

Leave a Reply