Dialog Seri 20: 5
Tilmidzi: “Apakah Nabi Adam mendurhakai perintah-Nya hingga diturunkan-Nya ke bumi itu terkait dengan ketetapan-Nya yang menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi?”
Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan melalui firman-Nya ini:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (Al Baqarah 30)
Tapi, setelah Nabi Adam dan isterinya diciptakan, keduanya ditetapkan oleh Allah SWT menjalani hidup di surga, bukan di bumi. Setelah Nabi Adam dan isterinya mendurhakai perintah-Nya hingga diturunkan ke bumi, maka firman-Nya di atas baru membuat manusia sebagai khalifah di muka bumi terjadi. Itu menunjukkan Allah SWT telah mengetahui Nabi Adam dan isterinya akan mendurhakai-Nya sebelum keduanya diciptakan-Nya. Allah SWT telah mengetahui Nabi Adam tidak akan meminta kepada-Nya ketika digoda oleh Iblis hingga keduanya mendurhakai perintah-Nya. Dengan demikian, diturunkannya Nabi Adam dan isterinya dari surga ke bumi adalah karena takdir-Nya (ketetapan-Nya). Dan hal itu dijelaskan oleh Rasulullah SAW ketika Nabi Musa menyalahkan Nabi Adam yang mendurhakai perintah-Nya hingga anak cucunya hidup di bumi, yaitu sebagai berikut:
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Adam dan Musa berdebat di depan Tuhannya. Namun Adam bisa mengalahkan Musa. Kata Musa: “Kamu adalah Adam. Allah menciptakan kamu dengan tangan-Nya. Allah meniupkan roh-Nya ke dalam dirimu, memerintahkan malaikat-Nya untuk bersujud kepadamu dan mempersilahkan kamu mendiami surga-Nya. Tetapi kemudian kamu turunkan manusia ke bumi gara-gara kesalahanmu.” Adam membalas: “Kamu adalah Musa. Allah memilihmu untuk membawa risalah dan kalam-Nya. Allah memberimu isyarat yang di dalamnya terdapat penjelasan segala sesuatu. Bahkan Allah juga telah menyelamatkan kamu. Berapa lama kamu dapati Allah menurunkan Taurat sebelum aku diciptakan?” Musa menjawab: “Empat puluh tahun.” Adam mengatakan: “Selama itu apakah kamu sudah mendapati firman Allah yang berbunyi: “Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah dia?” Musa kemudian menjawab: “Ya.” Adam lalu berkata: “Jadi tidak perlu kamu mencerca aku melakukan suatu perbuatan yang telah ditentukan oleh Allah empat puluh tahun sebelum aku diciptakan.” Rasulullah SAW bersabda: “Akhirnya Adam mampu mengalahkan Musa.” (HR Muslim)
Di samping itu, Iblis yang mendurhakai perintah-Nya dan bersumpah ingin menyesatkan manusia serta berhasil menyesatkan Nabi Adam dan isterinya, juga telah diketahui oleh Allah SWT sebelum jin dan Iblis diciptakan-Nya. Dan durhakanya Iblis kepada Allah SWT itu tidak ada kaitannya dengan kesalahan Nabi Adam kepada-Nya, sekalipun keduanya sama-sama mengingkari perintah-Nya. Sehingga, Allah SWT menciptakan manusia (Nabi Adam) dan memerintahkannya hidup di surga ketika itu karena takdir-Nya (ketetapan-Nya) dan juga agar manusia mengetahui tentang Iblis yang telah diketahui-Nya sebelum langit dan bumi diciptakan-Nya. Dengan demikian, Allah SWT menurunkan Nabi Adam dan isterinya ke bumi karena kesalahannya itu terkait dengan tujuan Dia menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi (di dunia).”
Tilmidzi: “Bagaimana Nabi Adam dan isterinya menjalani hidupnya di bumi (di dunia)?”
Mudariszi: “Setelah Allah SWT mengampuni keduanya dan menghukumnya untuk turun ke bumi dan tinggal di bumi, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Allah berfirman: “Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan.” (Al A’raaf 24)
Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.” (Al A’raaf 25)
Allah SWT lalu memberikan ayat-ayat-Nya kepada Nabi Adam sebagai petunjuk baginya dan bagi anak cusunya ketika mereka menjalani hidupnya di bumi (di dunia). Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. (Al Baqarah 37)
Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. (Thaahaa 122)
Allah berfirman: “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan.” (Thaahaa 123-126)
Tilmidzi: “Apakah syaitan (Iblis) masih tetap menggoda Nabi Adam dan isterinya ketika keduanya hidup di dunia?”
Mudariszi: “Syaitan tetap menggoda keduanya agar kembali atau terus tersesat. Contoh, syaitan menggoda isteri Nabi Adam ketika akan melahirkan anak laki-lakinya pertama, seperti dijelaskan oleh Rasulullah SAW sebagai berikut:
Dari Qatadah dari Hasan dari Samurah bin Jundub dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Tatkala Hawa hamil, Iblis mengelilinginya dan tak pernah hidup untuknya, anak lelaki. Iblis berkata: “Namakan ia Abdul Harits.” Maka Hawa menamakannya Abdul Harits. Maka anaknyapun hidup dan itu dari penggoda syaitan dan perintahnya.” (HR Tirmidzi)
Demikian pula syaitan menggoda anak-anak Nabi Adam hingga dua laki-laki di antara anak-anaknya itu berselisih dan membunuh, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh bila kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang zalim.” Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi. (Al Maa-idah 27-30)
Akibat daripada pembunuhan oleh anak Nabi Adam itu, Rasulullah SAW lalu menjelaskan sebagai berikut:
Dari Abdullah (ibnu Mas’ud), dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang manusia dibunuh dengan zhalim kecuali anak Adam yang pertama (Qabil) itu menanggung darahnya, karena dialah orang yang pertama mencontohkan pembunuhan.” (HR Bukhari)
Di lain pihak, akibat dari pembunuhan manusia itu, Allah SWT lalu mengajarkan manusia cara menguburkan orang mati melalui burung gagak, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal. (Al Maa-idah 31)
Tilmidzi: “Bagaimana dengan kematian Nabi Adam?”
Mudariszi: “Rasulullah SAW menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Tatkala Allah menciptakan Adam, Allah mengusap punggung Adam, maka rontoklah dari punggung Adam setiap manusia yang Allah Penciptanya dari keturunan Adam sampai hari kiamat dan Allah menciptakan antara kedua mata setiap manusia di antara mereka kilatan cahaya, kemudian Allah memperlihatkan mereka kepada Adam, Adam berkata: “Hai Tuhanku, siapa mereka ini?” Allah berfirman: “Mereka ini adalah keturunanmu.” Dan Adam melihat salah seorang lelaki dari mereka, Adam heran melihat kilatan cahaya antara kedua matanya. Adam bertanya: “Hai Tuhanku, siapa ini?” Allah menjawab: “Ini adalah lelaki dari akhir umat keturunanmu yaitu Dawud.” Adam bertanya: “Berapa Engkau memberi umur padanya?” Allah menjawab: “Enam puluh tahun.” Adam berkata: “Hai Tuhanku, tambah ia dari umurku empat puluh tahun.” Tatkala habis umur Adam, datanglah padanya malaikat pencabut nyawa, maka Adam berkata: “Bukankah umurku masih empat puluh tahun?” Malaikat menjawab: “Bukankah itu sudah kamu berikan kepada anakmu Dawud?” Rasulullah bersabda: “Maka Adam menyangkalnya dan menyangkallah keturunannya; Adam lupa, maka lupalah keturunannya; Adam salah, maka salahlah keturunannya.” (HR Tirmidzi)
Sunnah Rasulullah di atas menunjukkan bahwa semua perbuatan Nabi Adam (yang baik atau yang buruk) akan menjadi perbuatan anak cucunya.”
Wallahu a’lam.