Dialog Seri 20: 14
Tilmidzi: “Apakah Baitullah itu dan dimana Baitullah tersebut?”
Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan tentang Baitullah tersebut sebagai berikut:
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (Ali ‘Imran 96)
Allah telah menjadikan Ka’bah rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia, dan (demikian pula) bulan Haram, had-ya, qalaid. (Allah menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al Maa-idah 97)
Tapi banjir besar di masa Nabi Nuh telah menghancurkan Baitullah tersebut dan hanya meninggalkan tanda-tandanya saja, yaitu sebagai berikut:
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda: “Baitullah pada waktu itu di atas tanah tinggi seperti bukit kecil dimana banjir itu lewat di sebelah kanan dan kirinya.” (HR Bukhari)
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT menghendaki Baitullah itu dibangun kembali?”
Mudariszi: “Ya! Allah SWT lalu perintahkan Nabi Ibrahim untuk membangun kembali Baitullah seperti yang dijelaskan oleh Rasulllah SAW berikut ini:
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Kemudian Ibrahim berdiam jauh dari mereka dalam waktu yang dikehendaki Allah. Kemudian setelah itu dia datang, dan Ismail sedang meruncingkan anak panah di bawah pohon besar yang dekat Zamzam itu. Ketika Ismail melihatnya, ia berdiri menuju kepadanya, maka keduanya melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya dan anak kepada orang tuanya. Kemudian dia berkata: “Hai Ismail, sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku dengan suatu perintah.” Ismail berkata: “Laksanakanlah apa yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu.” Ibrahim berkata: “Dan kamu membantu aku?” Ismail berkata: “Dan aku membantu engkau.” Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku untuk membangun sebuah rumah (bait) disini”, dan Ibrahim menunjuk bukit kecil yang ada di sekitarnya. Beliau (Rasulullah SAW) bersabda: “Ketika itu keduanya meninggikan dasar (tembok) dari rumah itu, di mana Ismail membawa batu-batu sedang Ibrahim membangun, sehingga ketika bangunan itu telah tinggi, maka Ismail membawa batu (maqam Ibrahim) itu dan diletakkan untuk Ibrahim, maka Ibrahim berdiri di atasnya seraya membangun, sedang Ismail mengambili batu-batu. Keduanya sambil mengucapkan: “Wahai Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami). Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Mengetahui.” (surat Al Baqarah ayat 127). Bersabda beliau (Rasulullah SAW): “Keduanya membangun terus hingga mengitari sekitar Ka’bah, sedangkan keduanya mengucapkan terus doa di atas.” (surat Al Baqarah ayat 127). (HR Bukhari)
Selama Bapak dan anak itu membangun Baitullah, Nabi Ibrahim tidak henti-hentinya berdoa kepada-Nya, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ibrahim 35-36)
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Al Baqarah 126)
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdo’a): “Ya Tuhan kami, terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al Baqarah 127-129)
Allah SWT bertujuan menjadikan Nabi Ibrahim sebagai imam bagi seluruh umat manusia di Baitullah melalui pelaksanaan ibadah haji. Allah SWT berfirman:
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.” Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.” Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim.” (Al Baqarah 124)
Allah SWT mengabadikan tapak kaki (maqam) Nabi Ibrahim ketika membangun Baitullah sebagai salah satu bukti dan tempat untuk beribadah di Baitullah. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim. (Ali ‘Imran 96-97)
Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. (Al Baqarah 125)
Allah SWT lalu perintahkan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk membersihkan Baitullah untuk orang-orang yang melakukan ibadah haji. Allah SWT berfirman:
Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaaf, yang rukuk, dan yang sujud.” (Al Baqarah 125)
Dan (ingatlah), ketika Kami memberi tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku’ dan sujud.” (Al Hajj 26)
Ibadah haji lainnya yaitu sa’i shafa marwah yang dilakukan oleh Hajar ketika beliau mencari minuman untuk bayinya Ismail, seperti dijelaskan sunnah Rasulullah ini:
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Ibu Ismail menyusui Ismail dan ia minum dari air itu, sehingga ketika air yang di dalam tempat itu habis, ia haus dan anaknya (Ismail) haus pula, dilihatnya Ismail bergelimpang-gelimpang (atau beliau bersabda: menggerak-gerakkan lidah dan bibirnya seolah-olah hendak meninggal). Lalu Hajar pergi karena tidak tega melihat Ismail. Didapatinya Shafa, sebuah gunung yang terdekat di daerah itu, lalu ia berdiri di atasnya, kemudian ia menghadap ke lembah itu melihat-lihat apakah ia melihat seseorang, namun ia tidak melihat seorangpun. Lalu ia turun dari Shafa sehingga ketika ia sampai di lembah itu, ia mengangkat ujung bajunya kemudian ia berlari sebagai larinya orang yang berkepayahan sampai ia melewati lembah itu, kemudian sampailah di Marwah, lalu ia berdiri di atasnya dan melihat-lihat, apakah ia melihat seseorang, namun ia tidak melihat seorangpun. Ia mengerjakan demikian (Shafa-Marwah-Shafa) itu tujuh kali.” Ibnu Abbas berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Demikian itulah manusia bersa’i di antara keduanya.” Ketika Hajar naik di Marwah, ia mendengar suara, lalu ia berkata: “Diamlah”, kepada dirinya. Kemudian ia berusaha (berkonsentrasi) mendengarkan, lalu ia mendengar lagi, lalu ia berkata: “Kamu telah memperdengarkan, jika pada kamu ada pertolongan (maka tolonglah).” Tiba-tiba malaikat (Jibril) di tempat Zamzam, lalu malaikat itu menggali dengan tumitnya, atau beliau bersabda dengan sayapnya, hingga keluarlah air, maka Hajar membendungnya dan berbuat dengan tangannya demikian ini. Ia mulai menciduk dari air itu ke dalam tempat minumnya, dan setelah Hajar menciduk, maka air itu memancar. Rasulullah SAW bersabda: “Semoga Allah menyayangi Ibu Ismail, seandainya ia meninggalkan Zamzam, atau beliau bersabda, seandainya ia tidak menciduk air, niscaya Zamzam itu menjadi mata air yang mengalir (di permukaan bumi).” Beliau bersabda: “Lalu Hajar minum dan menyusui anaknya. Lalu malaikat berkata kepadanya: “Janganlah kamu takut sia-sia, karena disinilah Baitullah itu, dimana anak ini dan ayahnya akan membangunnya, sedang Allah tidak menyia-nyiakan keluarganya.” (HR Bukhari)
Ibadah haji lainnya yaitu lempar jumrah dan berkorban karena perbuatan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang diuji oleh Allah SWT, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. (Ash Shaaffaat 100-101)
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku meyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (Ash Shaaffaat 102-103)
Nabi Ibrahim menjalankan perintah Allah itu menunjukkan bahwa beliau sangat patuh dan taat kepada-Nya dan beliau lebih menyayangi Dia daripada anaknya (Nabi Ismail). Beliau takut kepada-Nya yang telah memberikan anak. Syaitan tidak berhasil menghasut beliau agar tidak menjalankan perintah-Nya meskipun perintah-Nya itu hanya melalui mimpi. Syaitan tidak pula berhasil menghasut Nabi Ismail agar tidak menuruti keinginan Bapaknya yang ingin menyembelihnya, karena beliau takut kepada-Nya pula. Kedua Bapak dan anak itu taat menjalankan perintah-Nya dengan patuh, ikhlas dan sabar. Allah SWT yang mengetahui isi hati kedua Bapak dan anak itu, lalu Dia berfirman:
Dan Kami panggilah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu”, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (Ash Shaaffaat 104-107)
Demikianlah ibadah haji yang ditetapkan oleh Allah SWT dan dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim yaitu ibadah shalat, thawaf, i’tikaaf, rukuk, sujud, sa’i shafa dan marwah (ibadah yang dilakukan oleh Hajar), lempar jumrah dan menyembelih hewan kurban (ibadah yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail). Setelah kedatangan Rasulullah SAW, maka ibadah haji di Baitullah itu akan disempurnakan oleh beliau. Kemudian Allah SWT berfirman:
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. (Al Hajj 27)
Nabi Ibrahim lalu diizinkan-Nya untuk menjelaskan perkara tauhid tersebut kepada anak cucunya sebelum wafatnya. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu. (Az Zukhruf 28)
Setelah beribu-ribu tahun, Allah SWT mengabulkan do’a Nabi Ibrahim ketika membangun Baitullah, yaitu doa agar Dia mengutus Rasul dari bangsa Arab yang membacakan dan mengajarkan Al Qur’an dan hikmahnya (as sunnah) termasuk mengajarkan haji kepada mereka (orang-orang Arab) dan menyucikan jiwa mereka. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dia-lah yang mengutus kepada kamu yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. (Al Jumu’ah 2-3)
Allah SWT lalu memerintahkan Rasulullah SAW dan umat beliau untuk mengikuti agama Nabi Ibrahim yaitu agama tauhid karena Nabi Ibrahim tidak menyekutukan-Nya dan selalu memegang kepada kebenaran. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif”, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (An Nahl 123)
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif (selalu berpegang pada kebenaran). Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. (An Nahl 120-122)
Karena itu Allah SWT memberikan balasan kepada Nabi Ibrahim sebagai berikut:
Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu): “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.” Demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (Ash Shaaffaat 108-111)
Wallahu a’lam.