Bagaimana Imannya Nabi Yusuf Dan Saudara-Saudaranya?

Dialog Seri 20: 18

 

Tilmidzi: “Mengapa Nabi ‘Ya’qub melarang Nabi Yusuf menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya?”

 

Mudariszi: “Karena Nabi Ya’qub mengetahui saudara-saudara Nabi Yusuf tidak menyukai Nabi Yusuf. Anak-anak Nabi Ya’qub berasal dari dua isterinya. Nabi Yusuf dan saudaranya (Bunyamin) dari Ibu yang sama, dan keduanya tidak disukai oleh saudara-saudaranya dari Ibu yang lain. Saudara-saudara Nabi Yusuf mendapati Nabi Ya’qub lebih menyayangi kedua saudaranya terutama Nabi Yusuf. Karena itu mereka berencana memisahkan Nabi Yusuf dari Nabi Ya’qub. Allah SWT berfirman:

 

(Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik. Seorang di antara mereka berkata: “Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat. (Yusuf 8-10)

 

Setelah mereka menyepakati rencananya dan Nabi Ya’qub mengizinkan mereka untuk membawa Nabi Yusuf bermain, mereka lalu melaksanakan rencananya, sebagai berikut:

 

Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumur (lalu mereka masukkan dia). (Yusuf 15)

 

Ketika mereka kembali ke rumah, mereka berbohong kepada Nabi Ya’qub atas apa yang menimpa Nabi Yusuf (yaitu dimakan serigala) sambil memberikan bukti yang mereka ada-adakan, yaitu baju gamis Nabi Yusuf yang berlumuran darah palsu. Nabi Ya’qub meragukan kebenaran cerita anak-anaknya itu, tapi beliau tidak mengambil tindakan apapun terhadap mereka karena beliau tidak memiliki bukti.”

 

Tilmidzi: “Apakah Nabi Ya’qub mengetahui tentang Nabi Yusuf sejak kejadian di atas?”

 

Mudariszi: “Keluarga Nabi Ya’qub tidak mengetahui tentang Nabi Yusuf sejak beliau dimasukkan ke dalam sumur. Ketika datang musim kering di Mesir, terjadi kekurangan makanan. Raja bertanggung jawab atas rakyatnya yang kekurangan makanan dan menugaskan Bendahara negeri untuk memberikan makanan kepada yang membutuhkan makanan. Adapun Bendahara negeri itu adalah Nabi Yusuf. Keluarga Nabi Ya’qub ikut terkena kekurangan makanan, sehingga beliau mengirim anak-anaknya ke Bendahara negeri dengan membawa barang penukar guna mendapatkan makanan. Keluarga Nabi Ya’qub tidak mengetahui Nabi Yusuf telah menjadi Bendahara negeri. Allah SWT menjelaskan ketika saudara-saudara Nabi Yusuf menjumpai beliau sebagai berikut:

 

Dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir) lalu mereka masuk ke (tempat)nya. Maka Yusuf mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi) kepadanya. (Yusuf 58)

 

Nabi Yusuf mengenal saudara-saudaranya sesuai dengan wahyu Allah kepadanya ketika beliau dimasukkan ke dalam sumur oleh mereka, yaitu sebagai berikut:

 

Dan (di waktu dia sudah dalam sumur) Kami wahyukan kepada Yusuf: “Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi. (Yusuf 15)

 

Nabi Yusuf lalu memberikan makanan kepada mereka sebanyak barang penukar, dan beliau meminta agar mereka membawa Bunyamin jika ingin mendapatkan makanan lagi. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan tatkala Yusuf menyiapkan untuk mereka bahan makanannya, ia berkata: “Bawalah padaku saudaramu yang seayah dengan kamu (Bunyamin), tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan sukatan dan aku adalah sebaik-baik penerima tamu? Jika kamu tidak membawanya kepadaku, maka kamu tidak akan mendapat sukatan lagi daripadaku dan jangan kamu mendekatiku. Mereka berkata: “Kami akan membujuk ayahnya untuk membawanya (kemari) dan sesungguhnya kami benar-benar akan melaksanakannya. (Yusuf 59-61)

 

Sementara itu, Nabi Yusuf perintahkan pegawainya untuk memasukkan kembali barang penukar mereka ke karung-karungnya secara diam-diam dengan tujuan sebagai berikut:

 

Yusuf berkata kepada bujang-bujangnya: “Masukkanlah barang-barang (penukar kepunyaan mereka) ke dalam karung-karung mereka supaya mereka mengetahuinya apabila mereka telah kembali kepada keluarganya, mudah-mudahan mereka kembali lagi. (Yusuf 62)

 

Tilmidzi: “Apakah Nabi Ya’qub mengizinkan Bunyamin dibawa kepada Nabi Yusuf untuk mendapatkan lagi kekurangan makanan mereka?”

 

Mudariszi: “Di awal Nabi Ya’qub tidak mengizinkan mereka membawa Bunyamin karena beliau teringat kejadian yang menimpa Nabi Yusuf. Tapi setelah mengetahui barang penukar makanan dikembalikan oleh Bendahara, beliau mengizinkan mereka membawa Bunyamin dengan perjanjian yang teguh atas nama Allah SWT. Allah SWT berfirman:

 

Tatkala mereka membuka barang-barangnya, mereka menemukan kembali barang-barang (penukaran) mereka dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata: “Wahai ayah kami, apa lagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita, dan kami akan dapat memberi makan keluarga kami, dan kami akan dapat memelihara saudara kami, dan kami akan mendapat tambahan sukatan (gandum) seberat beban seekor unta. Itu adalah sukatan yang mudah (bagi Raja Mesir). Ya’qub berkata: “Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi) bersama-sama kamu, sebelum kamu memberikan kepadaku janji yang teguh atas nama Allah bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali, kecuali jika kamu dikepung musuh.” Tatkala mereka memberikan janji mereka, maka Ya’qub berkata: “Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan (ini). (Yusuf 65-66)

 

Tilmidzi: “Bagaimana Nabi Yusuf setelah bertemu dengan saudaranya Bunyamin?”

 

Mudariszi: “Setelah bertemu Bunyamin dan menjelaskan tentang dirinya, Nabi Yusuf lalu ingin menahan Bunyamin untuk tinggal bersamanya. Karena itu beliau lalu mengatur tipu daya dengan memasukkan barang Raja ke karung Bunyamin seolah-olah barang itu dicuri oleh Bunyamin sehingga dia harus ditahan (dihukum). Allah SWT berfirman:

 

Dan tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf, Yusuf membawa saudaranya (Bunyamin) ke tempatnya, Yusuf berkata: “Sesungguhnya aku (ini) adalah saudaramu, maka janganlah kamu berduka cita terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Maka tatkala telah disiapkan untuk mereka bahan makanan mereka, Yusuf memasukkan piala (tempat minum) ke dalam karung saudaranya. Kemudian berteriaklah seseorang yang menyerukan: “Hai kafilah, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang mencuri. Mereka menjawab sambil menghadap kepada penyeru-penyeru itu: “Barang apakah yang hilang dari kamu?” Penyeru-penyeru itu berkata: “Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta dan aku menjamin terhadapnya. Saudara-saudara Yusuf menjawab: “Demi Allah, sesungguhnya kamu mengetahui bahwa kami datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan kami bukanlah para pencuri. Mereka berkata: “Tetapi apa balasannya jikalau kamu betul-betul pendusta?” Mereka menjawab: “Balasannya ialah pada siapa diketemukan (barang yang hilang) dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya (tebusannya). Demikianlah kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang zalim. Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala Raja itu dari karung saudaranya. (Yusuf 69-76)

 

Sebagai Rasul, Nabi Yusuf tidak dibenarkan-Nya untuk menghukum saudaranya dengan mengikuti selain syariat (peraturan) agama-Nya. Tapi hal itu dapat terjadi jika Allah SWT menghendakinya. Nabi Yusuf berbuat itu bukan untuk menipu, tapi untuk mendamaikan saudara-saudaranya. Allah SWT dan Rasulullah SAW menjelaskan itu sebagai berikut:

 

Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang Raja, kecuali Allah menghendakinya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. (Yusuf 76)

 

Diceritakan oleh Humaid bin Abdurrahman bin Auf, bahwa Ibunya yaitu Ummu Kaltsum binti Uqbah bin Abu Muaith, salah seorang wanita yang ikut hijrah pertama dan ikut berbaiat kepada Rasulullah SAW, mengatakan ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Bukanlah termasuk pendusta orang yang  mendamaikan di antara manusia. Dia berkata yang baik dan menyampaikan yang baik pula. (HR Muslim)

 

Tilmidzi: “Bagaimana saudara-saudara Nabi Yusuf dengan ditahannya Bunyamin?”

 

Mudariszi: “Saudara-saudara Nabi Yusuf meminta kepada beliau agar dapat melepaskan Bunyamin dan digantikan dengan salah satu dari mereka. Tapi Nabi Yusuf menolaknya karena permintaan itu bertentangan dengan peraturan negeri. Allah SWT berfirman:

 

Mereka berkata: “Jika ia mencuri, maka sesungguhnya telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu.” Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelan itu pada dirinya dan tidak menampakkannya kepada mereka. Dia berkata (dalam hatinya): “Kamu lebih buruk kedudukanmu (sifat-sifatmu) dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan itu. Mereka berkata: “Wahai Al Aziz, sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya, lantaran itu ambillah salah seorang di antara kami sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihat kamu termasuk orang-orang yang berbuat baik. Berkata Yusuf: “Aku mohon perlindungan kepada Allah daripada menahan seorang kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya, jika kami berbuat demikian, maka benar-benarlah kami orang-orang yang zalim. (Yusuf 77-79)

 

Saudara-saudara Nabi Yusuf menjadi gelisah karena janji mereka dengan Nabi Ya’qub. Sebagian dari mereka tidak ingin kembali karena merasa bersalah. Allah SWT berfirman:

 

Maka tatkala mereka berputus asa daripada (putusan) Yusuf, mereka menyendiri sambil berunding dengan berbisik-bisik. Berkatalah yang tertua di antara mereka: “Tidakkah kamu ketahui bahwa sesungguhnya ayahmu telah mengambil janji dari kamu dengan nama Allah dan sebelum itu kamu telah menyia-nyiakan Yusuf. Sebab itu aku tidak akan meninggalkan negeri Mesir sampai ayahku mengizinkan kepadaku (untuk kembali), atau Allah memberi keputusan terhadapku. Dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (Yusuf 80)

 

Nabi Yusuf lalu menasehati mereka (saudara-saudaranya), yaitu sebagai berikut:

 

Kembalilah kepada ayahmu dan katakanlah: “Wahai ayah kami! Sesungguhnya anakmu telah mencuri; dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui, dan sekali-kali kami tidak dapat menjaga (mengetahui) barang yang ghaib. Dan tanyalah (penduduk) negeri yang kami berada disitu dan kafilah yang kami datang bersamanya, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar. (Yusuf 81-82)

 

Penjelasan Nabi Yusuf (dalam firman-Nya di atas) itu masuk akal karena disertai dengan bukti-bukti yang nyata. Penjelasan itu berbeda dengan penjelasan mereka kepada Nabi Ya’qub ketika Nabi Yusuf dimakan serigala dengan bukti yang diada-adakannya.”

 

Tilmidzi: “Bagaimana dengan Nabi Ya’qub setelah mengetahui Bunyamin tidak kembali?”

 

Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan Ya’qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: “Aduhai duka citaku terhadap Yusuf”, dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya). Mereka berkata: “Demi Allah, senantiasa kamu mengingati Yusuf, sehingga kamu mengidapkan penyakit yang berat atau termasuk orang-orang yang binasa. Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya. Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir. (Yusuf 84-87)

 

Penjelasan Nabi Ya’qub dalam firman-Nya di atas menunjukkan perasaan beliau yang tulus yang bukan dibuat-buat tapi harus dihadapinya dengan sabar dan ikhlas. Saudara-saudara Nabi Yusuf lalu menuruti perintah Nabi Ya’qub (seperti firman-Nya di atas).”

 

Tilmidzi: “Bagaimana saudara-saudara Nabi Yusuf mencari Nabi Yusuf dan Bunyamin?”

 

Mudariszi: “Saudara-saudara Nabi Yusuf tidak mengetahui keberadaan Nabi Yusuf, dan mereka hanya mengetahui keberadaan Bunyamin, yaitu di Bendahara negeri Mesir. Mereka lalu mencari kedua saudaranya dengan terlebih dahulu mendatangi Bendahara guna mendapatkan makanan sambil meminta kepadanya agar melepaskan Bunyamin. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata: “Hai Al Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tak berharga, maka sempurnakanlah sukatan untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah. (Yusuf 88)

 

Saudara-saudara Nabi Yusuf menceritakan kesulitan keluarganya termasuk Bapaknya (Nabi Ya’qub) yang kehilangan dua anaknya. Akhirnya Nabi Yusuf menceritakan kepada mereka tentang dirinya, seperti yang dijelaskan firman-Nya ini:

 

Yusuf berkata: “Apakah kamu mengetahui (kejelekan) apa yang telah kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya ketika kamu tidak mengetahui (akibat) perbuatanmu itu?” Mereka berkata: “Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?” Yusuf menjawab: “Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami.” Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. (Yusuf 91)

 

Saudara-saudara Nabi Yusuf lalu meminta maaf kepada beliau, mengakui kesalahannya dan mereka mengatakan kepada beliau sebagai berikut:

 

Mereka berkata: “Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa). (Yusuf 88-93)

 

Nabi Yusuf lalu memaafkan mereka dan memerintahkan mereka kembali ke rumah  dengan membawa bajunya agar Nabi Ya’qub dapat melihat. Allah SWT berfirman:

 

Dia (Yusuf) berkata: “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah dia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku. (Yusuf 91-93)

 

Wallahu a’lam.

 

Leave a Reply