Apakah Nabi Yusuf Menjadi Bendahara Negeri Mesir?

Dialog Seri 20: 20

 

Tilmidzi: “Bagaimana Nabi Yusuf ketika di dalam penjara?”

 

Mudariszi: “Penjara merupakan tempat yang paling tidak disukai oleh penghuninya. Mereka, baik yang bersalah maupun yang tidak merasa bersalah, cenderung akan mengadu (kembali) kepada Allah SWT. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya, lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdo’a (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. (Az Zumar 8)

 

Nabi Yusuf sebagai salah satu penghuni penjara mengetahui keadaan penghuni penjara itu, sehingga beliau lalu menjelaskan tentang dirinya, tentang Allah SWT dan agama-Nya. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian. Dan aku mengikuti agama Bapak-Bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya’qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia itu tidak mensyukuri(-Nya). Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Yusuf 37-40)

 

Di antara penghuni penjara itu ada dua penghuni yang bermimpi. Keduanya mengetahui Nabi Yusuf dapat menabirkan mimpi, sehingga keduanya lalu menjelaskan mimpinya kepada beliau dan meminta beliau untuk menerangkan tabir mimpinya. Perkara itu dijelaskan firman-Nya ini:

 

Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. Berkatalah salah seorang di antara keduanya: “Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku memeras anggur.” Dan yang lainnya berkata: “Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebahagiannya dimakan burung.” Berikanlah kepada kami tabirnya; sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (menabirkan mimpi). (Yusuf 36)

 

Nabi Yusuf lalu menjelaskan tabir mimpi kedua penghuni penjara itu sebagai berikut:

 

Yusuf berkata: “Tidak disampaikan kepada kamu berdua makanan yang akan diberikan kepadamu melainkan aku telah dapat menerangkan jenis makanan itu sebelum makanan itu sampai kepadamu. Yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. (Yusuf 37)

 

Hai kedua penghuni penjara, adapun salah seorang di antara kamu berdua akan memberi minum tuannya dengan khamar; adapun yang seorang lagi, maka ia akan disalib, lalu burung memakan sebagian dari kepalanya. Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku). (Yusuf 41)

 

Tilmidzi: “Apakah tabir mimpi yang dijelaskan oleh Nabi Yusuf benar?”

 

Mudariszi: “Ya! Dan ketika penghuni penjara yang bebas itu meninggalkan penjara, Nabi Yusuf meminta kepadanya agar menceritakan perkara beliau kepada Raja. Tapi setelah bebas, orang itu dibuat lupa oleh syaitan, sehingga dia tidak menceritakan tentang Nabi Yusuf kepada Raja. Dan hal itu  membuat Nabi Yusuf menjadi sebagai berikut:

 

Dan Yusuf berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua: “Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu.” Maka syaitan menjadikan dia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu tetaplah dia (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya. (Yusuf 42)

 

Tilmidzi: “Apakah Raja Mesir itu Raja yang adil dan bijaksana?”

 

Mudariszi: “Ya! Suatu waktu Raja bermimpi yang mimpinya itu tidak dapat ditabirkan oleh siapapun. Orang yang bebas dari penjara itu lalu teringat kepada Nabi Yusuf dan bertanya kepada beliau. Alla SWT menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:

 

Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Hai orang-orang yang terkemuka, terangkanlah kepadaku tentang tabir mimpiku itu jika kamu dapat menabirkan mimpi. Mereka menjawab: “(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu mentabirkan mimpi itu. Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya: “Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) menabirkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya). (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf, dia berseru): “Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya. (Yusuf 43-46)

 

Nabi Yusuf lalu menjelaskan tabir mimpi Raja itu, seperti dijelaskan firman-Nya ini:

 

Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur. (Yusuf 47-49)

 

Tilmidzi: “Bagaimana Raja menanggapi takbir mimpi yang dijelaskan oleh Nabi Yusuf?”

 

Mudariszi: “Raja lalu memerintahkan untuk membawa Nabi Yusuf kepadanya, tapi beliau menolak sebelum perkaranya dengan wanita-wanita kota itu diselesaikan agar tidak ada lagi fitnah. Raja lalu menyetujui dan mengikuti permintaan Nabi Yusuf, sebagai bertikut:

 

Raja berkata: “Bawalah dia kepadaku.” Maka tatkala utusan itu datang kepada Yusuf, berkatalah Yusuf: “Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Mengetahui tipu daya mereka. Raja berkata (kepada wanita-wanita itu): “Bagaimana keadaanmu ketika menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?” Mereka berkata: “Maha Sempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan daripadanya.” Berkata isteri Al Aziz: “Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar. (Yusuf berkata): “Yang demikian itu agar dia (Al Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. (Yusuf 50-53)

 

Dalam penjelasan Nabi Yusuf tersebut, beliau mengakui juga kesalahannya, yaitu timbul nafsu beliau ketika itu. Tapi beliau lalu diselamatkan-Nya seperti dijelaskan sebelumnya di atas. Nabi Yusuf mengatakan nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan (dalam firman-Nya di atas), karena nafsu itu terjadi (timbul) akibat dari janji-janji (bisikan) manis syaitan yang ingin agar manusia berbuat kejahatan. Syaitan mengetahui manusia tidak dapat menahan nafsunya jika telah timbul, karena itu syaitan membisiki manusia dengan janji-janji manis agar keinginan dan hawa nafsunya timbul. Allah SWT dan Rasulullah SAW menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. (Al Baqarah 169)

 

Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu. (Al Baqarah 187)

 

Dari Annas, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Ketika Allah SWT membentuk Adam di surga, Allah SWT membiarkan apa yang ingin dibiarkanNya. Selanjutnya Iblis mengelilingi sambil terus memandangi. Ketika Iblis melihat ada lubang, maka tahulah dia bahwa manusia itu diciptakan tidak bisa menahan nafsu. (HR Muslim)

 

Tilmidzi: “Apakah Nabi Yusuf lalu dibebaskan oleh Raja?”

 

Mudariszi: “Ya! Setelah itu Raja lalu membebaskan Nabi Yusuf dan mengangkat Nabi Yusuf sebagai Bendahara negeri. Allah SWT telah membebaskan Nabi Yusuf dari penjara dan fitnah serta memberikan beliau kekuasaan. Hal itu dijelaskan firman-Nya ini:

 

Dan Raja berkata: “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku.” Maka tatkala Raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami. Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. (Yusuf 54-56)

 

Raja mengangkat Nabi Yusuf sebagai Bendahara negeri yang bukan tidak mungkin karena dia merasa yakin Nabi Yusuf dapat menyelesaikan perkara kekeringan yang akan terjadi. Selain itu Nabi Yusuf tidak meminta jabatan, tapi Raja yang memberikannya, dan beliau hanya memilih untuk menjadi Bendahara, yaitu jabatan yang beliau ketahui dan kuasai. Rasulullah SAW menjelaskan tentang jabatan itu sebagai berikut:

 

Dari Abdurrahman bin Samurah, dia berkata: Ra­sulullah SAW bersabda kepadaku: Wahai Abdurrahman! Janganlah kamu meminta pangkat kepemimpinan. Apabila kamu sampai diberi, maka hal itu akan menjadi suatu beban yang berat bagi dirimu. Lain halnya kalau kamu diberi tanpa meminta, maka hal itu tidak menjadi masalah bagimu. (HR Muslim)

 

Tilmidzi: “Apakah Raja Mesir itu mengikuti agama-Nya yang diajarkan oleh Nabi Yusuf?”

 

Mudariszi: “Allah SWT tidak menjelaskan dalam Al Qur’an bahwa Raja Mesir itu memeluk agama-Nya yang dibawa (diajarkan) oleh Nabi Yusuf. Tetapi tidak dijelaskan pula Raja menyekutukan-Nya atau menyembah tuhan (patung-patung) berhala. Dengan demikian, Raja Mesir itu bukan tidak mungkin merupakan orang beriman yang hanya menyembah Dia saja. Allah SWT akan mengadilinya dan memaafkan dosanya di hari kiamat selama Raja itu tidak menyekutukan-Nya, dan hal itu dijelaskan firman-Nya ini:

 

Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al Baqarah 62)

 

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (An Nisaa’ 116)

 

Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shabi-in, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu. (Al Hajj 17)

 

Selain tidak menyekutukan-Nya, Raja Mesir itu memerintah negerinya dan memimpin rakyatnya dengan adil tanpa sewenang-wenang dan perkara itu sesuai dengan syariat agama-Nya, yaitu sebagai berikut:

 

Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. (Asy Syu’araa’ 183)

 

Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. (Asy Syuura 42)

 

Keadilan Raja Mesir itu terbukti dengan dia membebaskan Nabi Yusuf dan mengangkat beliau menjadi Bendahara negeri untuk mengurus rakyatnya agar tidak terjadi kelaparan di musim kering yang sesuai dengan mimpinya dan ditabirkan oleh Nabi Yusuf.”

 

Wallahu a’lam.

 

Leave a Reply