Apakah Qarun Pembesar Negeri Mesir Itu Dari Bani Israil?

Dialog Seri 10: 29

 

Tilmidzi: “Bagaimana Bani Israil menjadi penduduk di negeri Mesir di bawah Fir’aun?”

 

Mudariszi: “Bani Israil merupakan anak cucu Nabi Ya’qub, Nabi Ya’qub juga dipanggil dengan nama Israil seperti dijelaskan firman-Nya ini:

 

Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. (Ali ‘Imran 93)

 

Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil. (Maryam 58)

 

Allah SWT mengaruniakan Nabi Ya’qub dengan dua belas putera, sebagai berikut:

 

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku. (Yusuf 4)

 

Sebelas bintang bersujud kepadaku dalam firman-Nya di atas adalah saudara-saudara Nabi Yusuf yang sujud kepada Nabi Yusuf, sehingga dengan Nabi Yusuf maka jumlah putera Nabi Ya’qub yaitu dua belas putera. Nabi Ya’qub dan keluarganya ketika itu tinggal di negeri Mesir, bahkan Nabi Yusuf diangkat oleh Raja negeri Mesir sebagai Bendahara negeri. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan Raja berkata: “Bawalah Yusuf kepadaku agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku.” Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami.” Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.” Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. (Yusuf 54-56)

 

Anak-anak Nabi Ya’qub itu berjanji kepada Nabi Ya’qub akan tetap memeluk agama-Nya dengan menyembah Allah SWT ketika menjalani hidupnya. Allah SWT berfirman:

 

Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Isma’il dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. (Al Baqarah 133)

 

Ke dua belas anak Nabi Ya’qub itu lalu melahirkan anak cucunya di negeri Mesir hingga mereka dipanggil Bani Israil dengan mereka tetap mengikuti agama-Nya yang hanya menyembah Allah SWT saja. Tidak diketahui berapa ratus atau ribu tahun Bani Israil tinggal menetap di negeri Mesir (sejak dari Nabi Ya’qub) sampai ke masa Fir’aun, sehingga Bani Israil itu lalu menurunkan keluarga (keturunan) yang banyak.”

 

Tilmidzi: “Mengapa Bani Israil lalu ditindas oleh Fir’aun ketika memerintah negeri Mesir?”

 

Mudariszi: “Syaitan telah berjanji kepada Allah SWT akan menyesatkan manusia dengan menghalang-halangi manusia dari mengikuti agama-Nya dan jalan-Nya yang lurus. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dia (Iblis) berkata: “Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya kecuali sebahagian kecil. (Al Israa’ 62)

 

Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. (Al A’raaf 16)

 

Syaitan mengetahui ada dua Rasul di negeri Mesir, yaitu Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf yang menyampaikan ayat-ayat-Nya dan agama-Nya kepada penguasa dan rakyat Mesir yang menyeru mereka agar menyembah Allah SWT saja. Syaitan lalu berusaha untuk menghalang-halangi masyarakat Mesir mengikuti agama-Nya dan Rasul-Nya agar tersesat. Syaitan tidak saja menyesatkan penguasa dan rakyat Mesir di masa Raja itu, tapi juga terus menyesatkan di masa pengganti Raja-Raja hingga ke Fir’aun. Di masa Fir’aun, syaitan berhasil menipu Fir’aun yang mengatakan bahwa dia itu tuhan dan dia memerintah rakyatnya dengan zalim agar patuh kepadanya. Di lain pihak, di antara para pembesar dan rakyat Mesir banyak pula yang sudah meninggalkan agama-Nya yang dijelaskan oleh Nabi Yusuf sehingga mereka tidak ditunjuki-Nya kepada jalan yang lurus. Hal itu dijelaskan oleh orang yang beriman dari kaum Fir’aun sebagai berikut:

 

Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil memanggil, (yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang; tidak ada bagimu seorangpun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah; dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan memberi petunjuk. Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: “Allah tidak akan mengirim seorang (Rasulpun) sesudahnya.” Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu, (yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.” (Al Mu’min 32-35)

 

Syaitan yang mengetahui Bani Israil tetap mengikuti agama-Nya, lalu menghasut Fir’aun agar menindas Bani Israil supaya mereka menyembah Fir’aun dan bukan menyembah Allah SWT atau tidak mengikuti agama-Nya.”

 

Tilmidzi: “Jika demikian, apakah Bani Israil tersebut sudah ditindas oleh Fir’aun sebelum kedatangan Nabi Musa?”

 

Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Kaum Musa berkata: “Kami telah ditindas (oleh Fir’aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. (Al A’raaf 128)

 

Bani Israil yang mengadu kepada Nabi Musa (dalam firman-Nya di atas), yaitu Bani Israil yang dijelaskan-Nya sebagai berikut:

 

Maka tidak ada yang beriman kepada Musa melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir’aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas. (Yunus 83)

 

Allah SWT mengetahui rasa takut para pemuda Bani Israil itu, sehingga Dia lalu mewahyukan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun, sebagai berikut:

 

Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: “Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman. (Yunus 87)

 

Nabi Musa lalu menenangkan hati pemuda-pemuda itu sebagai berikut:

 

Musa berkata kepada kaumnya: “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Al A’raaf 129)

 

Musa menjawab: “Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu. (Al A’raaf 128)

 

Nabi Musa meminta kepada mereka agar berdoa kepada Allah SWT, sebagai berikut:

 

Berkata Musa: “Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja jika kamu benar-benar orang yang berserah diri.” Lalu mereka berkata: “Kepada Allah-lah kami bertawakkal! Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir. (Yunus 84-86)

 

Tilmidzi: “Jika demikian, apakah ada Bani Israil yang mengikuti Fir’aun?”

 

Mudariszi: “Di antara Bani Israil ada sejumlah Bani Israil yang mengikuti Fir’aun karena takut atau tidak tahan dengan tekanan (siksaan) Fir’aun. Di antara Bani Israil yang menjadi pengikut Fir’aun dan terkenal, yaitu Qarun. Qarun yang awalnya takut kepada Fir’aun lalu menjadi kaya karena pandai dalam mencari harta dari karunia-Nya di bumi. Karena hartanya, Qarun lalu diangkat oleh Fir’aun menjadi pembesar negeri Mesir dan menindas kaumnya sendiri. Qarun menjadi tidak berbeda dengan Fir’aun, yaitu bertindak zalim terhadap rakyat Mesir dengan hartanya. Allah SWT berfirman:

 

Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Al Qashash 76)

 

Bani Israil atau siapapun yang menyukai kehidupan (kesenangan) dunia cenderung akan berharap dapat menjadi seperti Qarun yang kaya raya. Allah SWT berfirman:

 

Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar. (Al Qashash 79)

 

Tapi seorang Bani Israil yang berilmu mengatakan kepada kaumnya yang berangan-angan dapat menjadi seperti Qarun, sebagai berikut:

 

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar. (Al Qashash 80)

 

Tilmidzi: “Apakah tidak ada seorang Bani Israil yang mengingatkan Qarun?”

 

Mudariszi: “Di antara Bani Israil ada yang mengingatkan Qarun, yaitu sebagai berikut:

 

(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagian) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al Qashash 76-77)

 

Tapi Qarun yang telah menjadi sombong karena hartanya, lalu menjawab nasehat kaumnya itu sebagai berikut:

 

Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.” Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (Al Qashash 78)

 

Jawaban Qarun dalam firman-Nya di atas itu menunjukkan sombongnya Qarun karena imannya telah lenyap. Qarun yang sebelumnya beriman dan mengetahui ayat-ayat-Nya, melupakan kaum-kaum terdahulu yang lebih kaya daripadanya yang telah dihancurkan-Nya karena kesombongan mereka. Qarun melupakan harta yang diperolehnya itu karena Allah SWT, yang telah menjadikannya pandai dalam mencari karunia-Nya di bumi. Allah SWT dan Rasulullah SAW menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. (Al An’aam 165)

 

Dari Thawus, sesungguhnya dia berkata: Aku men­dapati beberapa orang dari sahabat Rasulullah pernah mengata­kan: Segala sesuatu itu karena takdir. Aku juga pernah mendengar Abdullah bin Umar mengatakan: Rasulullah SAW bersabda: Segala sesuatu itu karena takdir, termasuk juga ketidak mampuan dan kecer­dikan, atau kecerdikan dan ketidak mampuan.” (HR Muslim)

 

Tilmidzi: “Apakah Allah SWT menghukum Qarun yang menyombongkan dirinya?”

 

Mudariszi: “Ya! Karena kesombongannya dan kezalimannya kepada kaumnya sendiri, maka pada waktu yang Dia tetapkan, Allah SWT membenamkan Qarun dan hartanya ke dalam tanah. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (Al Qashash 81)

 

Dan setelah mengetahui Qarun dan hartanya dibenamkan-Nya ke dalam tanah, Bani Israil yang berangan-angan menjadi seperti Qarun lalu menyesali keinginannya, karena teringat nasehat kaumnya yang berilmu. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita, benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah). (Al Qashash 82)

 

Terbenamnya Qarun dan hartanya ke dalam tanah membuat Fir’aun kehilangan seorang pembantu dan harta yang membantu dia dapat berkuasa dengan sewenang-wenang.”

 

Wallahu a’lam.

Leave a Reply