Apakah Allah SWT Turunkan Kitab Taurat Kepada Nabi Musa?

Dialog Seri 20: 31

 

Tilmidzi: “Bagaimana dengan Bani Israil setelah Fir’aun dan kaumnya ditenggelamkan di laut oleh Allah SWT?”

 

Mudariszi: “Bani Israil ditetapkan oleh Allah SWT sebagai pewaris negeri Mesir, dan hal itu dijelaskan firman-Nya ini:

 

Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. (Al A’raaf 137)

 

Maka Kami keluarkan Fir’aun dan kaumnya dari taman-taman dan mata air, dan (dari) perbendaharaan dan kedudukan yang mulia. Demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israil. (Asy Syu’araa’ 57-59)

 

Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan, dan kebun-kebun serta tempat-tempat yang indah-indah, dan kesenangan-kesenangan yang mereka menikmatinya. Demikianlah. Dan Kami wariskan semua itu kepada kaum yang lain. (Ad Dukhaan 25-28)

 

Tilmidzi: “Bagaimana dengan Nabi Musa?”

 

Mudariszi: “Allah SWT kemudian perintahkan Nabi Musa untuk meninggalkan kota Mesir ke negeri di seberang laut. Nabi Musa beserta pengikutnya lalu menjalankan perintah-Nya. Dalam perjalanan, Nabi Musa terkejut atas permintaan kaumnya, sebagai berikut:

 

Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani Israil berkata: “Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).(Al A’raaf 138)

 

Terkejutnya Nabi Musa dengan permintaan kaumnya (seperti dalam firman-Nya di atas), karena mereka (kaum Nabi Musa itu) telah ditolong oleh Allah SWT, Tuhan mereka, dari kezaliman Fir’aun terhadap mereka, bahkan mereka baru saja menyaksikan bagaimana Dia menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya di laut untuk menyelamatkan mereka, tapi mereka kemudian meminta dibuatkan tuhan patung (berhala). Allah SWT berfirman:

 

Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan. (Al Baqarah 49-50)

 

Hal itu menunjukkan mereka tidak memahami Allah SWT Tuhan mereka, dan Nabi Musa pula mengatakan hal tersebut kepada mereka, sebagai berikut:

 

Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan). Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan.” (Al A’raaf 138-139)

 

Musa menjawab: “Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu yang selain daripada Allah, padahal Dia-lah yang telah melebihkan kamu atas segala umat. (Al A’raaf 140)

 

Tidak pahamnya kaum Nabi Musa itu terhadap Allah SWT (Tuhan) disebabkan oleh syaitan, karena syaitan selalu memperdaya (menipu) manusia tentang Allah SWT. Dan hal itu telah diperingatkan oleh Allah SWT melalui firman-Nya ini:

 

Dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah. (Faathir 5)

 

Syaitan menggoda (menipu) kaum Nabi Musa (Bani Israil), karena Fir’aun dan kaumnya yang kafir telah musnah. Sehingga syaitan beralih menggoda Bani Israil agar tersesat, terlebih lagi syaitan mengetahui ketika itu Bani Israil dipimpin oleh Rasul Allah yaitu Nabi Musa. Syaitan tidak menginginkan Bani Israil mengikuti Nabi Musa agar mereka tersesat dan tidak beriman kepada Allah SWT. Syaitan menggoda Bani Israil tersebut dengan mengingatkan mereka tentang tuhan-tuhan berhala yang disembah oleh kaum Fir’aun yang kafir dan membuat mereka lupa terhadap pertolongan-Nya yang berupa mu’jizat-mu’jizat-Nya yang mereka saksikan sendiri. Syaitan dapat membuat manusia lupa, dan hal itu dijelaskan firman-Nya ini:

 

Dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan. (Al Kahfi 63)

 

Maka syaitan menjadikan dia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. (Yusuf 42)

 

Tilmidzi: “Mengapa Allah SWT memerintah Nabi Musa untuk menyeberangi laut menuju ke suatu negeri?”

 

Mudariszi: “Karena Allah SWT teah berjanji akan memberikan kitab Taurat kepada Nabi Musa. Dan hal itu dijelaskan firman-Nya ini:

 

Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. (Al A’raaf 142)

 

Tilmidzi: “Apakah Nabi Musa menghadap Allah SWT pada waktu yang dijanjikan itu?”

 

Mudariszi: “Ya! Nabi Musa mematuhi perintah-Nya itu, seperti dijelaskan firman-Nya ini:

 

Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan. (Al A’raaf 142)

 

Ketika Nabi Musa telah berada di tempat yang dijanjikan, Allah SWT berfirman:

 

Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa? (Thaahaa 83)

 

Dan Nabi Musa lalu memberikan alasannya sebagai berikut:

 

Berkata Musa: “Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepada-Mu, Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku). (Thaahaa 84)

 

Tilmidzi: “Apakah Nabi Musa menghadap Allah SWT itu untuk yang kedua kalinya?”

 

Mudariszi: “Ya! Nabi Musa sebelumnya telah menghadap Allah SWT di bukit Thuwa guna menerima perintah-Nya untuk pergi kepada Fir’aun. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: “Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). (Thaahaa 11-13)

 

Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah lembah Thuwa: “Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas.” Dan katakanlah (kepada Fir’aun): “Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan). Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?” (An Naazi’aat 16-19)

 

Dengan demikian, Nabi Musa menghadap Allah SWT di bukit Thur merupakan kali yang kedua. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Thur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami). (Maryam 52)

 

Tilmidzi: “Bagaimana Nabi Musa setelah menjelaskan kehadirannya kepada Allah SWT?”

 

Mudariszi: “Karena mungkin rasa senang telah berhasil menjalankan tugas terhadap Fir’aun hingga kemudian Allah SWT memanggilnya kembali, maka timbul di hati Nabi Musa ingin melihat Allah SWT. Nabi Musa lalu mengutarakan keinginannya itu kepada Allah SWT, sebagai berikut:

 

Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.(Al A’raaf 143)

 

Allah SWT kemudian menjelaskan kepada Nabi Musa sebagai berikut:

 

Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala), niscaya kamu dapat melihat-Ku.(Al A’raaf 143)

 

Ketika Nabi Musa mengikuti perintah-Nya melihat gunung tersebut, beliau jatuh pingsan karena tidak dapat melihatnya. Ketika sadar, Nabi Musa langsung bertaubat kepada-Nya karena menyadari kesalahannya. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman. (Al A’raaf 143)

 

Jika Nabi Musa melihat gunung saja langsung jatuh pingsan tidak dapat melihatnya, apalagi beliau melihat Allah SWT. Allah SWT telah menjelaskan melalui firman-Nya ini:

 

Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dia-lah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (Al An’aam 103)

 

Tilmidzi: “Apakah setelah itu Allah SWT memberikan Taurat kepada Nabi Musa?”

 

Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Allah berfirman: “Hai Musa sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur. (Al A’raaf 144)

 

Risalah Allah atau ayat-ayat-Nya yang dibawa oleh Nabi Musa dari Allah SWT itu tertulis dalam kitab-Nya yaitu Taurat. Allah SWT menjelaskan Taurat itu dalam firman-Nya ini:

 

Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu. (Al A’raaf 145)

 

Dengan Allah SWT melebihkan Nabi Musa dengan memberikan kitab Taurat, maka itu menunjukkan Dia melebihkan Bani Israil di antara bangsa-bangsa yang lain di masanya karena dalam Taurat terdapat petunjuk daripada-Nya dan nikmat yang nyata. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan sesungguhnya telah Kami pilih mereka dengan pengetahuan (Kami) atas bangsa-bangsa. Dan Kami telah memberikan kepada mereka di antara tanda-tanda kekuasaan (Kami) sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang nyata. (Ad Dukhaan 32-33)

 

Setelah itu Allah SWT lalu menjelaskan kepada Nabi Musa sebagai berikut:

 

Maka (Kami berfirman): “Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintah-Nya) dengan sebaik-baiknya; nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik. Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai daripadanya. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatan mereka. Mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Al A’raaf 145-147)

 

Firman-Nya di atas menunjukkan bahwa kitab Taurat adalah kitab yang berisikan ayat-ayat-Nya atau keterangan (penjelasan) daripada-Nya untuk manusia dan yang menjadi petunjuk bagi manusia dalam menjalani hidupnya di dunia agar selamat hidup di dunia dan di akhirat. Tapi jika Taurat tersebut tidak diikuti atau diingkari oleh manusia ketika menjalani hidupnya di dunia, maka dia akan menjadi orang yang rugi ketika di akhirat. Dan Allah SWT menjelaskan pula kepada Nabi Musa dalam firman-Nya di atas bahwa beliau akan melihat orang-orang beriman yang memegang teguh Taurat hingga mereka ditunjuki-Nya, dan orang-orang fasik dan kafir yang mendustakan (mengingkari) Taurat (ayat-ayat-Nya) hingga mereka menjadi sesat. Orang-orang tersebut dapat berasal dari Bani Israil tapi dapat juga dari bangsa selain Bani Israil. Demikian dilebihkannya Bani Israil oleh Allah SWT atas semua bangsa yaitu mengajarkan dan menjelaskan Taurat kepada semua bangsa dalam menyembah Allah SWT dengan tunduk patuh dalam ketaatan kepada-Nya ketika menjalankan perintah dan larangan yang Dia tetapkan dalam Taurat dan sunnah Rasul-Nya.

 

Wallahu a’lam.

Leave a Reply