Dialog Seri 20: 37
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT mengutus Nabi dari Bani Israil setelah Nabi Musa wafat?”
Mudariszi: “Perselisihan di antara umat Nabi Musa khususnya di antara Bani Israil karena berubahnya ayat-ayat Taurat, menghendaki Allah SWT mengutus Nabi-Nabi dari Bani Israil kepada Bani Israil tersebut. Nabi-Nabi tersebut diberikan ayat-ayat-Nya untuk mengatasi perselisihan dan menyeru mereka agar kembali kepada agama-Nya yang dijelaskan dalam Taurat dan diajarkan oleh Nabi Musa. Di suatu waktu, Bani Israil dan Nabinya yang diusir dari kampung halamannya oleh penguasa negeri. Bani Israil lalu meminta kepada Nabinya sebagai berikut:
Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: “Angkatlah untuk kami seorang Raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah.” (Al Baqarah 246)
Nabi mereka lalu memperingatkan mereka sebagai berikut:
Nabi mereka menjawab: “Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang.” (Al Baqarah 246)
Dan mereka lalu menjawab Nabinya tersebut, sebagai berikut:
Mereka menjawab: “Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?” (Al Baqarah 246)
Tilmidzi: “Apakah memerangi musuh yang mengusirnya dari kampung halamannya itu termasuk berperang (berjihad) di jalan Allah?”
Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah.” (Al Hajj 39-40)
Penguasa negeri itu bukan orang beriman, karena orang beriman tidak akan mengusir orang beriman. Bani Israil merupakan kaum yang beriman (karena mengikuti agama Allah) sekalipun kebanyakan dari mereka tidak taat mengikuti syariat agama-Nya. Orang kafir selalunya mengusir, menganiaya hingga memerangi orang-orang beriman agar agama-Nya tidak diikuti lagi dan menjadi lenyap. Allah SWT menjelaskan tentang orang-orang kafir terhadap orang-orang beriman sebagai berikut:
Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. (Shaad 2)
Perbuatan orang kafir itu, cepat atau lambat akan menimbulkan kerusakan pada bumi dan penghuninya. Allah SWT tidak menghendaki hal itu terjadi, karena itu Dia mengizinkan orang-orang beriman untuk berjihad (berperang) di jalan-Nya memerangi orang-orang kafir. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan mesjid-mesjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. (Al Hajj 40)
Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam. (Al Baqarah 251)
Allah SWT menjelaskan tentang orang-orang beriman yang membela atau menolong agama-Nya, sebagai berikut:
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Muhammad 7)
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya, sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Al Hajj 40)
Dengan demikian, Bani Israil yang berperang (berjihad) di jalan-Nya untuk memerangi penguasa kafir yang mengusir mereka akan dibantu oleh Allah SWT.”
Tilmidzi: “Apakah Nabi Israil tersebut lalu mengangkat seorang Raja yang diinginkan oleh Bani Israil?”
Mudariszi: “Allah SWT yang mengetahui keinginan Bani Israil itu, lalu memerintahkan Nabi tersebut untuk menetapkan Rajanya, yaitu sebagai berikut:
Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi Rajamu.” (Al Baqarah 247)
Dengan demikian, Thalut merupakan Raja dari Bani Israil yang pertama yang ditetapkan oleh Allah SWT.”
Tilmidzi: “Apakah Bani Israil menerima Thalut sebagai Rajanya?”
Mudariszi: “Bani Israil tidak menyukai Thalut yang diangkat sebagai Raja karena alasan sebagai berikut:
Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Al Baqarah 247)
Keinginan Bani Israil (dalam firman-Nya di atas) itu menunjukkan mereka tidak berbeda dengan Bani Israil di masa Nabi Musa, yaitu mereka mau keinginannya dituruti, mereka ingin mengatur dan bukan diatur. Mereka merasa lebih pandai dan lebih mengetahui daripada Tuhan dan Nabi. Karena itu Nabi mengatakan kepada mereka sebagai berikut:
(Nabi mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi Rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (Al Baqarah 247)
Nabi mereka lalu menjelaskan tanda-tanda Thalut menjadi Raja, sebagai berikut:
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu jika kamu orang yang beriman.” (Al Baqarah 248)
Nabi mereka menjelaskan (seperti firman-Nya di atas) kepada Bani Israil dengan tujuan agar mereka mematuhi perintah Thalut sebagai Raja ketika memimpin mereka.”
Tilmidzi: “Apakah yang dimaksud dengan tabut dalam firman-Nya di atas itu?”
Mudariszi: “Tabut (dalam firman-Nya di atas) yaitu tempat penyimpanan. Dan Tabut itu bukan tidak mungkin berisikan sebagian ayat-ayat Taurat yang Dia turunkan kepada Nabi Musa dan sebagian sunnah Nabi Musa dan sunnah Nabi Harun. Semua itu dapat memberikan ketenangan bagi orang-orang yang membacanya. Taurat itu tidak berbeda dengan Al Qur’an, yaitu sama-sama berisikan ayat-ayat-Nya (keterangan-Nya) yang menjelaskan segala sesuatu kepada manusia hingga memberikannya ketenangan ketika mengingat-Nya. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Kemudian Kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa untuk menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan dan untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat agar mereka beriman (bahwa) mereka akan menemui Tuhan mereka. (Al An’aam 154)
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (Kitab-Kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Yusuf 111)
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az Zumar 23)
Tilmidzi: “Apakah Thalut (Raja Bani Israil) kemudian memerangi penguasa negeri itu?”
Mudariszi: “Ya! Thalut kemudian membawa tentaranya (Bani Israil) untuk memerangi penguasa negeri yang mengusir mereka. Dalam perjalanan, Thalut memperingatkan Bani Israil, sebagai berikut:
Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku.” (Al Baqarah 249)
Tetapi karena kebanyakan Bani Israil selalu menuruti hawa nafsunya dan tidak sabar, maka mereka tidak mentaati peringatan Rajanya. Mereka meminum air sungai sehingga hilang keberanian mereka untuk memerangi musuhnya. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.” (Al Baqarah 249)
Tilmidzi: “Apakah dengan demikian Bani Israil tersebut tidak ikut berperang?”
Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling kecuali beberapa orang saja di antara mereka. (Al Baqarah 246)
Dengan berpalingnya sebagian besar Bani Israil dari berperang di jalan-Nya, maka benar apa yang dikatakan oleh Nabi mereka sebelumnya, yaitu sebagai berikut:
Nabi mereka menjawab: “Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang.” (Al Baqarah 246)
Itulah keburukan dari kebanyakan Bani Israil akibat dari selalu menuruti hawa nafsunya, tidak sabar dan tidak taat kepada Allah SWT, Nabi-Nya dan ayat-ayat-Nya.”
Tilmidzi: “Apakah Thalut tetap berperang melawan musuhnya walaupun sebagian besar Bani Israil tidak ikut berperang?”
Mudariszi: “Ya! Thalut tetap berperang melawan Jalut penguasa negeri yang mengusir mereka meskipun hanya didukung oleh sedikit tentaranya, yaitu Bani Israil yang tidak minum air sungai kecuali hanya seceduk mengikuti perintah Thalut. Mereka yakin dapat mengalahkan Jalut karena mereka berperang (berjihad) di jalan-Nya yang akan dibantu oleh Allah SWT. Mereka mengatakan kepada Bani Israil yang berpaling dari perang, sebagai berikut:
Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al Baqarah 249)
Dan mereka lalu berdoa kepada Allah SWT sebagai berikut:
Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdo’a: “Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (Al Baqarah 250)
Tilmidzi: “Apakah Thalut dapat mengalahkan Jalut?”
Mudariszi: “Ya! Thalut dan tentaranya berhasil mengalahkan Jalut dan tentaranya, dan hal itu dijelaskan firman-Nya ini:
Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah, dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut. (Al Baqarah 251)
Thalut dari Bani Israil kemudian menjadi Raja di negeri tersebut yang rakyatnya bukan hanya Bani Israil saja. Thalut memerintah negeri tersebut hingga wafatnya.”
Walahu a’lam.