Bagaimana Nabi Zakariya Dan Puteranya Nabi Yahya?

Dialog Seri 20: 44

 

Tilmidzi: “Apakah Nabi Zakariya adalah juga Rasul Allah dari Bani Israil?”

 

Mudariszi: “Nabi Zakariya termasuk anak cucu keturunan Nabi Ya’qub (Israil) sehingga beliau merupakan Nabi dari Bani Israil. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dan Zakaria, Yahya, ‘Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh. (Al An’aam 84-85)

 

Semua Nabi dari anak cucu keturunan Nabi Ya’qub dalam firman-Nya di atas itu adalah Rasul Allah, sehingga Nabi Zakariya termasuk Rasul-Nya pula.”

 

Tilmidzi: “Bagaimana hubungan Nabi Zakariya dengan keluarga ‘Imran?”

 

Mudariszi: ““Isteri Nabi Zakariya, yaitu Isya’, merupakan puteri dari keluarga ‘Imran, dan hal itu dijelaskan oleh Rasulullah SAW sebagai berikut:

 

Dari Malik bin Shashaah, dia berkata: Sesungguhnya Rasulullah SAW memberitakan kepada para sahabat: Yahya dan Isa, yang keduanya adalah putra bibi (dari Ibu, yakni Ibunda Isa, Maryam adalah saudara Ibunda Yahya, Isya). (HR Bukhari)

 

Tilmidzi: “Apakah Maryam Ibu Nabi ‘Isa adalah adik dari Isya’ isteri Nabi Zakariya?”

 

Mudariszi: “Ya! Maryam merupakan puteri dari keluarga ‘Imran dan adik dari Isya’ isteri Nabi Zakariya. Allah SWT menjelaskan tentang kelahiran Maryam, sebagai berikut:

 

(Ingatlah) ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk. (Ali ‘Imran 35-36)

 

Allah SWT mengabulkan permintaan isteri ‘Imran itu dan Dia menjadikan Nabi Zakariya sebagai pemelihara Maryam melalui suatu undian. Hal itu dijelaskan firman-Nya ini

 

Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. (Ali ‘Imran 37)

 

Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. (Ali ‘Imran 44)

 

Tilmidzi: “Bagaimana Nabi Zakariya memelihara Maryam?”

 

Mudariszi: “Isteri ‘Imran meminta kepada Allah SWT agar anaknya dapat berkhidmat di Baitul Maqdis. Karena itu Allah SWT lalu menjadikan Nabi Zakariya sebagai pemelihara Maryam dan beliau mengajarkan Maryam tentang agama-Nya dan syariat agama-Nya di Baitul Maqdis. Pelajaran dari Nabi Zakariya itu menjadikan Maryam taat beribadah di Baitul Maqdis. Demikian taatnya Maryam kepada Allah SWT dan agama-Nya, pada suatu waktu Nabi Zakariya mendapatkan Maryam sebagai berikut:

 

Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (Ali ‘Imran 37)

 

Allah SWT dan Rasulullah SAW menjelaskan tentang Maryam sebagai berikut:

 

Dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya. (At Tahriim 12)

 

Dari Abu Musa Al-Asyari, dia berkata: Bersabda Rasulullah SAW: Banyak dari kaum laki-laki yang sempurna dan tidaklah sempurna dari kaum perempuan selain Maryam putri Imran dan Asiyah istri Fir’aun.” (HR Bukhari)

 

Dari Ali, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sebaik-baik kaum perempuan (di masa)nya adalah Maryam putri Imran, dan sebaik-baik kaum perempuan (umat kini)nya adalah Khadi­jah. (HR Bukhari)

 

Tilmidzi: “Apakah yang dilakukan oleh Nabi Zakariya setelah beliau mengetahui Maryam diberikan makanan oleh Allah SWT?”

 

Mudariszi: “Nabi Zakariya menginginkan anak sebagai penggantinya dalam memelihara agama-Nya. Tapi beliau mengetahui isterinya mandul dan beliau telah berusia lanjut. Meskipun demikian, beliau tetap meminta kepada Allah SWT agar dikaruniakan seorang anak, dan itu dijelaskan firman-Nya ini:

 

Dan (ingatlah kisah) Zakariyah, tatkala ia menyeru Tuhannya: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkau-lah Waris Yang Paling Baik. (Al Anbiyaa’ 89)

 

(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakariya, yaitu tatkala ia berdo’a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera yang akan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai. (Maryam 2-6)

 

Sejak Nabi Zakariya mengetahui Maryam diberikan makanan oleh Allah SWT di mihrabnya, beliau lalu meminta kepada-Nya di tempat (di mihrab) Maryam tersebut. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Disanalah Zakariya mendo’a kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do’a. (Ali ‘Imran 38)

 

Tilmidzi: “Apakah Allah SWT mengabulkan permintaan Nabi Zakaria tersebut?”

 

Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Maka Kami memperkenankan do’anya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami. (Al Anbiyaa’ 90)

 

Tilmidzi: “Apakah Nabi Zakariya mengetahui jika permintaannya dikabulkan-Nya?”

 

Mudariszi: “Nabi Zakariya mengetahui akan dikaruniakan-Nya seorang putera setelah beliau didatangi oleh Jibril dan menjelaskan kelahiran puteranya. Allah SWT berfirman:

 

Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakariya sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab, (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh. (Ali ‘Imran 39)

 

Hai Zakariya, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.” (Maryam 7)

 

Agar tidak ada keragu-raguan dalam diri Nabi Zakariya yang beliau mengetahui bahwa dirinya telah tua dan isterinya mandul, beliau lalu bertanya kepada Jibril sebagai berikut:

 

Berkata Zakariya: “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isterikupun seorang yang mandul?” (Ali ‘Imran 40)

 

Zakariya berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua.(Maryam 8)

 

Allah SWT menjelaskan pertanyaan Nabi Zakariya itu melalui Jibril, sebagai berikut:

 

Berfirman Allah: “Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya. (Ali ‘Imran 40)

 

Tuhan berfirman: “Demikianlah.” Tuhan berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali. (Maryam 9)

 

Tilmidzi: “Apakah Nabi Zakariya meyakini penjelasan-Nya (firman-Nya) di atas?”

 

Mudariszi: “Nabi Zakariya meyakininya, tapi agar hati beliau menjadi lebih mantap tanpa ada lagi keragu-raguan, beliau lalu bertanya kepada Allah SWT sebagai berikut:

 

Berkata Zakariya: “Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung).(Ali ‘Imran 41)

 

Zakariya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.(Maryam 10)

 

Allah SWT melalui Jibril lalu menjelaskan tanda kehamilan isterinya sebagai berikut:

 

Tuhan berfirman: “Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat. (Maryam 10)

 

Allah berfirman: “Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari. (Ali ‘Imran 41)

 

Tilmidzi: “Apakah pada waktu isterinya hamil, Nabi Zakariya lalu tidak dapat berbicara dengan manusia kecuali dengan isyarat selama tiga hari?”

 

Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagi berikut:

 

Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang. (Maryam 11)

 

Ketika itu, Nabi Zakariya hanya dapat berbicara kepada orang-orang dengan isyarat dengan tangan, misal menyuruh mereka untuk bertasbih (seperti firman-Nya di atas).”

 

Tilmidzi: “Bagaimana kisah Nabi Yahya putera Nabi Zakariya tersebut?”

 

Mudariszi: “Nabi Yahya dijadikan oleh Allah SWT sebagai Nabi Dan Rasul-Nya, karena itu beliau diajarkan Taurat dan diberikan hikmah oleh Allah SWT dari sejak beliau masih kecil. Allah SWT menjelaskan hal itu dalam firman-Nya ini:

 

Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak, dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). (Maryam 12-13)

 

Rasulullah SAW menjelaskan ketika Nabi Yahya sebagai Rasul bersama-sama dengan Nabi ‘Isa dalam menyampaikan ayat-ayat-Nya dan syariat agama-Nya kepada umatnya sambil mengajarkan mereka, sebagai berikut:

 

Dari Zaid bin Sallam berkata: Sesungguhnya Abu Sallam menceritakan kepadanya bahwa Haris Al Asyari menceritakannya, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah perintah kepada Yahya bin Zakaria lima ajaran supaya ia melaksanakannya. Allah (juga) perintah kepada Bani Israil untuk melaksanakan­nya, dan sesungguhnya ia hampir-hampir malas melaksanakannya. Nabi Isa bersabda: Sesungguhnya Allah perintah kepadamu dengan lima ajaran supaya kamu melaksanakan dan supaya kamu perintah kepada Bani Israil untuk melaksanakannya. Adakalanya kamu yang perintah kepada mereka atau adakalanya saya perintah kepada mereka.” Nabi Isa bersabda: Hai Yahya, jika engkau mendahuluiku dengannya, saya takut dimusnahkan atau disiksa.” (Setelah itu) orang-orang berkumpul di Baitul Maqdis memenuhi masjid dan duduk-duduk di serambinya, maka Nabi Yahya bersabda: (Hai Bani Israil), sesungguhnya Allah perintah kepadaku lima ajaran supaya saya melaksanakan dan supaya saya perintah kepadamu untuk melaksanakan­nya. Pertama, yaitu supaya kamu menyembah Allah dan jangan menyeku­tukanNya barang sedikitpun. Perumpamaan orang yang menyekutukan Allah seperti seorang lelaki membeli hamba sahaya dari harta murninya dengan emas atau perak, dan ia berkata (kepada hambanya): Ini rumahku, ini pekerjaanku, maka kerjakan dan laksanakan (semua itu) untukku”, akan tetapi ia mengerjakan dan melaksanakan (tugas) bukan pada tuannya. Maka siapakah yang rela apabila hambanya seperti itu? Kedua, Allah perintah kepadamu semua mengerjakan shalat. Apabila kamu semua melaksanakan shalat, maka janganlah kamu tengak-tengok karena sesungguhnya Allah menghadapkan wajahNya kepada muka hambaNya di dalam shalat ham­ba-Nya selagi ia tidak tengak-tengok. Ketiga, Allah perintah kepadamu ber­puasa; adapun perumpamaannya seperti seorang lelaki dalam satu kelom­pok, ia membawa satu kantong minyak misik, maka sekelompok tadi dibuat terheran-heran atau merasa heran oleh baunya. (Begitu juga) sesungguhnya bau orang puasa di sisi Allah lebih harum dari minyak misik. Keempat, Allah perintah kepadamu bersedekah; adapun perumpamaannya adalah seperti seorang lelaki yang ditawan musuh, musuh tadi mengikatnya dari tangan sampai lehernya, kemudian mereka mengajukannya untuk di penggal lehernya, maka sedekah tadi berkata: Saya penebusnya dari kamu semua baik sedikit atau banyak (dalam bersedekah), maka sedekah tadi menebus jiwanya dari mereka. Kelima, Allah perintah kepadamu untuk selalu dzikir (mengingat-ingat)Nya; adapun perumpamaannya adalah seperti seorang lelaki yang dikejar musuh di belakangnya dengan cepat, sehingga tatkala lelaki tadi sudah sampai di benteng yang kokoh, ia melindungkan jiwanya dari musuh. Begitu juga hamba, ia tidak bisa menjaga jiwanya dari syaitan kecuali selalu dzikir kepada Allah.” (HR Tirmidzi)

 

Allah SWT lalu menjelaskan tentang Nabi Yahya itu melalui firman-Nya ini:

 

Dan ia adalah seorang yang bertakwa, dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. (Maryam 13-14)

 

Dan Zakaria, Yahya, ‘Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh. (Al An’aam 85)

 

Karena itu Allah SWT membalas kebaikan Nabi Yahya itu sebagai berikut:

 

Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal, dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali. (Maryam 15)

 

Wallahu a’lam.

Leave a Reply