Dialog Seri 20: 46
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT menciptakan Nabi ‘Isa yang lahir tanpa Bapak itu sebagai bukti kekuasaan-Nya bagi manusia?”
Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan telah Kami jadikan (‘Isa) putera Maryam beserta Ibunya suatu bukti yang nyata bagi (kekuasaan Kami). (Al Mu’minuun 50)
Allah SWT menjadikan Nabi ‘Isa sebagai Rasul-Nya dan Dia menjadikan Nabi ‘Isa yang lahir melalui Maryam tanpa perkawinan dengan laki-laki itu, sebagai berikut:
Sesungguhnya Al Masih, ‘Isa putra Maryam itu adalah utusan (Rasul) Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. (An Nisaa’ 171)
Sebagai Rasul-Nya, Nabi ‘Isa diberikan kitab Injil oleh Allah SWT dan beliau dijadikan-Nya dapat berbicara dari sejak bayi. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” Berkata ‘Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati dimana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada Ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (Maryam 29-33)
Sekalipun Nabi ‘Isa dilahirkan oleh Maryam tanpa suami dan beliau dapat berbicara sejak dari bayi, beliau tetap hamba-Nya yang tidak berbeda dengan manusia lain yang lahir dari Ibu Bapak. Allah SWT menghendaki dengan penciptaan Nabi ‘Isa itu, maka manusia mengetahui kekuasaan-Nya dan menguji keimanan manusia.”
Tilmidzi: “Jika Nabi ‘Isa tidak berbeda dengan manusia lain, apakah beliau dan Ibunya (Maryam) menjalani hidupnya seperti manusia biasa?”
Mudariszi: “Nabi ‘Isa dan Maryam menjalani hidupnya seperti manusia biasa menjalani hidupnya, yaitu mereka makan dan minum dari karunia-Nya yang ada di bumi. Dan hal itu dijelaskan firman-Nya ini:
Al Masih putra Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa Rasul, dan Ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. (Al Maa-idah 75)
Perbedaan Nabi ‘Isa dengan manusia lain hanya pada kerasulan (kenabian) beliau, yaitu beliau lebih dilindungi-Nya daripada manusia lain. Allah SWT berfirman:
Dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minuun 50)
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT mengajarkan agama-Nya kepada Nabi ‘Isa?”
Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan Kami iringkan (pula) ‘Isa putra Maryam, dan Kami berikan kepadanya Injil. (Al Hadiid 27)
Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. (Ali ‘Imran 48)
Tilmidzi: “Mengapa Allah SWT berikan Injil kepada Nabi ‘Isa, apakah ada keterkaitan Injil dengan Taurat?”
Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan melalui firman-Nya ini:
Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa; dan Kami wariskan Taurat kepada Bani Israil untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berfikir. (Al Mu’min 53-54)
Nabi ‘Isa adalah Rasul dari Bani Israil, sehingga beliau termasuk menjadi pewaris Taurat yang Allah SWT turunkan kepada Nabi Musa. Dengan Nabi ‘Isa mengetahui Taurat dan Injil, beliau lalu ditugaskan oleh Allah SWT sebagai berikut:
Dan Kami iringkan jejak mereka (Nabi-Nabi Bani Israil) dengan ‘Isa putra Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. (Al Maa-idah 46)
Nabi ‘Isa lalu menjalankan tugasnya itu kepada umat Nabi Musa khususnya kepada Bani Israil sebagai pewaris Taurat, sebagai berikut:
Dan (ingatlah) ketika ‘Isa putra Maryam berkata: “Hai Bani Israil , sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat.” (Ash Shaff 6)
Nabi ‘Isa membenarkan Taurat itu dengan Injil, sehingga hal itu menunjukkan adanya keterkaitan antara Injil dengan Taurat.”
Tilmidzi: “Mengapa Injil dan Nabi ‘Isa harus membenarkan Taurat?”
Mudariszi: “Taurat ketika itu tidak lagi seperti Taurat yang Allah SWT turunkan kepada Nabi Musa, karena sebagian ayat-ayatnya telah disembunyikan atau dirubah oleh Bani Israil yang kafir setelah Nabi Musa wafat. Hal itu dijelaskan firman-Nya ini:
Katakanlah: “Siapakah yang menurunkan Kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan Kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan Bapak-Bapak kamu tidak mengetahui(nya)?” Katakanlah: “Allah-lah (yang menurunkannya).” (Al An’aam 91)
Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya. (Al Maa-idah 13)
Perubahan ayat-ayat Taurat itu menjadikan agama-Nya dan syariat agama-Nya berubah sehingga Bani Israil sebagai pewaris Taurat berselisih atas agama-Nya. Nabi ‘Isa tidak diutus untuk mengembalikan ayat-ayat Taurat yang disembunyikan atau dirubah, tapi beliau dengan Injil ditugaskan untuk menjelaskan kebenaran Taurat yang Dia turunkan kepada Nabi Musa serta memperbaiki kesalahan dalam beragama (bertauhid, beribadah, beramal). Jika kesalahan itu tidak dijelaskan, maka Bani Israil sebagai pewaris Taurat akan terus berselisih dan umat Nabi Musa termasuk yang lahir kemudian akan menjadi tidak beragama dengan agama-Nya yang benar, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka. (At Taubah 29)
Tidak beragama dengan agama-Nya yang benar akan membuat umat Nabi Musa melanggar syariat agama-Nya (perintah dan larangan) yang Dia tetapkan dalam Taurat. Akibatnya, umat Nabi Musa termasuk yang lahir kemudian akan berdosa dan menjadi sesat. Contoh Nabi ‘Isa membenarkan Taurat dengan Injil serta mengatasi perselisihan di antara Bani Israil dengan memperbaiki kesalahan dalam beragama (bertauhid, beribadah dan beramal) karena berubahnya Taurat itu, sebagai berikut:
Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu’jizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.” (Ali ‘Imran 50-51)
Dan tatkala ‘Isa datang membawa keterangan, dia berkata: “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada)ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Tuhanku dan Tuhan kamu, maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus.” (Az Zukhruf 63-64)
Dan sesungguhnya ‘Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. (Az Zukhruf 61)
Dengan demikian, Nabi ‘Isa dalam menjelaskan agama-Nya, beliau harus menjelaskan Taurat dan Injil bersamaan agar dapat dipahami kesalahan-kesalahan Taurat oleh Bani Israil pengikut Nabi Musa dan (oleh Bani Israil) pengikut Nabi ‘Isa.”
Tilmidzi: “Apakah Nabi ‘Isa diberikan mu’jizat-Nya ketika menyampaikan Injil?”
Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mu’jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung, kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (Ali ‘Imran 49)
Allah SWT memberikan sejumlah mu’jizat-Nya kepada Nabi ‘Isa untuk Bani Israil agar mereka beriman kepada-Nya, ayat-ayat-Nya dan Nabi ‘Isa. Bahkan penciptaan Nabi ‘Isa melalui Maryam yang tanpa Bapak dan beliau dapat berbicara dari sejak bayi itu juga merupakan mu’jizat-Nya bagi Bani Israil. Allah SWT berfirman:
‘Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. (Az Zukhruf 59)
Allah SWT memberikan sejumlah mu’jizat-Nya kepada setiap Rasul dari Bani Israil, mulai dari Nabi Yusuf hingga ke Nabi ‘Isa. Tujuannya agar umat Rasul, khususnya Bani Israil, beriman kepada Allah SWT, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Rasul-Nya. Dengan demikian, di antara umat manusia, maka Bani Israil seharusnya menjadi umat yang paling bertakwa kepada-Nya. Bani Israil tidak seharusnya seperti Fir’aun dan kaumnya yang menyaksikan sembilan mu’jizat-Nya tapi tetao tidak mau beriman kepada-Nya dan Rasul-Nya.”
Tilmidzi: “Bagaimana Nabi ‘Isa menjalankan mu’jizat-mu’jizat-Nya tersebut?”
Mudariszi: “Nabi ‘Isa menjalankan mu’jizat-Nya dibantu oleh Jibril. Allah SWT berfirman:
Dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu’jizat) kepada ‘Isa putra Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus. (Al Baqarah 87)
Ruhul Qudus dalam firman-Nya di atas adalah Jibril, yaitu Jibril (Ruhul Qudus) yang menurunkan Al Qur’an kepada Rasulullah SAW, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (An Nahl 102)
Malaikat Jibril diciptakan oleh Allah SWT sebagai berikut:
Sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril) yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy, yang ditaati disana (di alam malaikat) lagi dipercaya. (At Takwiir 19-21)
Tilmidzi: “Apakah Injil itu juga untuk manusia?”
Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan tentang Taurat sebagai berikut:
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan petunjuk dan rahmat agar mereka ingat. (Al Qashash 43)
Maksud firman-Nya di atas, yaitu adanya pengikut Nabi Musa (Taurat) yang bukan dari Bani Israil akibat dari penyampaian oleh pengikut Nabi Musa dari Bani Israil. Sehingga, karena Taurat untuk manusia dan Injil terkait dengan Taurat, maka Injil berarti untuk manusia pula. Hal itu dijelaskan pula dalam firman-Nya ini:
Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat, dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. (Al Maa-idah 46)
Wallahu a’lam.