Dialog Seri 20: 47
Tilmidzi: “Bagaimana tanggapan dari Bani Israil dan dari penduduk Baitul Maqdis atas Injil setelah mendengar penjelasan Nabi ‘Isa atau menyaksikan mu’jizat-Nya?”
Mudariszi: “Hanya sedikit dari Bani Israil termasuk Bani Israil pengikut Nabi Musa dan penduduk Baitul Maqdis yang beriman kepada Allah SWT, Injil, Nabi ‘Isa. Di antara pengikut Nabi ‘Isa itu, ada yang minta kepada-Nya (melalui Nabi ‘Isa) agar menurunkan hidangan dari langit supaya iman mereka makin kuat (mantap), sebagai berikut:
Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut ‘Isa yang setia: “Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku.” Mereka menjawab: “Kami telah beriman, dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).” (Ingatlah), ketika pengikut-pengikut ‘Isa berkata: “Hai ‘Isa putera Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?” ‘Isa menjawab: “Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman.” Mereka berkata: “Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.” (Al Maa-idah 111-113)
Nabi ‘Isa lalu meminta kepada Allah SWT agar mengabulkan permintaan pengikutnya tersebut, yaitu sebagai berikut:
‘Isa putera Maryam berdo’a: “Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkau-lah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.” (Al Maa-idah 114)
Dan Allah SWT lalu mengabulkannya, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia.” (Al Maa-idah 115)
Tilmidzi: “Apakah Bani Israil beriman kepada Nabi ‘Isa dan Injil?”
Mudariszi: “Kebanyakan Bani Israil (termasuk Bani Israil pengikut Nabi Musa) tidak mau beriman kepada Injil dan Nabi ‘Isa. Mereka berselisih setelah mendengar penjelasan Nabi ‘Isa dan Injil. Hal itu dijelaskan firman-Nya ini:
Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka; lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim yakni siksaan hari yang pedih (kiamat). (Az Zukhruf 65)
Penyebabnya yaitu adanya sejumlah ayat-ayat Injil yang tidak sesuai dengan keinginan (hawa nafsu) mereka (Bani Israil) atas kehidupan (keuntungan) dunia yang mereka sukai. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan Rasul-Rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu’jizat) kepada ‘Isa putra Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa suatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu angkuh; maka beberapa orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (Al Baqarah 87)
Karena mereka tidak menyukai Nabi ‘Isa yang membawa ayat-ayat-Injil yang tidak sesuai dengan keinginan (hawa nafsu dunia) mereka, mereka lalu menuduh Maryam (Ibu Nabi ‘Isa) dengan tuduhan keji (berzina), dan beliau (Nabi ‘Isa) dikatakan sebagai tukang sihir dengan mu’jizat-mu’jizat-Nya. Allah SWT berfirman:
Dan karena kekafiran mereka (terhadap’Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina). (An Nisaa’ 156)
Lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata.” (Al Maa-idah 110)
Bani Israil melakukan tuduhan jahat itu bertujuan agar Nabi ‘Isa tidak dipercaya hingga tidak diikuti. Karena itu Nabi ‘Isa lalu melaknat Bani Israil sebagai berikut:
Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (Al Maa-idah 78)
Tilmidzi: “Jika demikian, apakah kebanyakan Bani Israil di masa Nabi ‘Isa itu tidak berbeda dengan kebanyakan Bani Israil di masa Rasul-Rasul sebelum Nabi ‘Isa?”
Mudariszi: “Ya! Kebanyakan Bani Israil di masa setiap Rasul dari Bani Israil itu tidak berbeda, yaitu sama-sama menyukai kehidupan dunia, mereka ingin memperoleh keuntungan (harta) dunia dengan segera tanpa larangan agama. Karena itu mereka menyembunyikan atau merubah ayat-ayat-Nya dan berselisih hingga berbunuh-bunuhan termasuk membunuh Nabi-Nabi. Mereka membunuh Nabi karena Nabi itu membawa ayat-ayat-Nya yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka Rasul-Rasul. Tetapi setiap datang seorang Rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari Rasul-Rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencanapun (terhadap mereka dengan membunuh Nabi-Nabi itu), maka (karena itu) mereka menjadi buta dan pekak, kemudian Allah menerima taubat mereka, kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli (lagi). Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (Al Maa-idah 70-71)
Rasul-Rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada ‘Isa putra Maryam beberapa mu’jizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah Rasul-Rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya. (Al Baqarah 253)
Tilmidzi: “Apakah Nabi ‘Isa termasuk Rasul yang ingin dibunuh Bani Israil yang kafir?”
Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai ‘Isa putera Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada Ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan Ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata.” (Al Maa-idah 110)
Allah SWT menghalangi Bani Israil dari keinginan mereka membunuh kamu (Nabi ‘Isa) dalam firman-Nya di atas menunjukkan bahwa Bani Israil ingin membunuh Nabi ‘Isa.”
Tilmidzi: “Apakah yang dilakukan oleh Nabi ‘Isa setelah mengetahui keingkaran Bani Israil tersebut hingga ingin membunuh beliau?”
Mudariszi: “Nabi ‘Isa meminta bantuan dari pengikutnya untuk menegakkan agama-Nya dengan memerangi orang-orang kafir termasuk Bani Israil. Allah SWT berfirman:
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil), berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. Ya Tuhan Kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti Rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang ke-Esa–an Allah).” (Ali ‘Imran 52-53)
Nabi ‘Isa mengajak pengikutnya untuk membantunya dalam menegakkan agama-Nya, karena orang-orang kafir termasuk Bani Israil itu tidak menyukai agama-Nya yang dibawa oleh Nabi ‘Isa. Agama-Nya yang diajarkan oleh Nabi Musa dan Taurat telah berubah, sehingga jika agama-Nya yang diajarkan oleh Nabi ‘Isa dan Injil juga berubah, maka tidak ada lagi agama-Nya yang benar untuk manusia ketika menjalani hidupnya di dunia, dan itu akan menyesatan mereka dan orang-orang yang lahir kemudian.”
Tilmidzi: “Apakah pengikut Nabi ‘Isa yang beriman dapat mengalahkan orang-orang kafir termasuk Bani Israil yang kafir?”
Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana ‘Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (Ash Shaff 14)
Tilmidzi: “Tapi bukankah Nabi ‘Isa itu dibunuh dengan disalib?”
Mudariszi: “Tidak demikian! Allah SWT menjelaskan yang benar tentang Nabi ‘Isa dan siapa yang disalib itu adalah sebagai berikut:
Dan karena kekafiran mereka (terhadap ’Isa) dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa. (An Nisaa’ 156-157)
Tilmidzi: “Jika bukan Nabi ‘Isa yang disalib, lalu dimanakah Nabi ‘Isa ketika itu?”
Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan hal yang sebenarnya itu dalam firman-Nya ini:
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Ingatlah), ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat.” (Ali ‘Imran 54-55)
Tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa’ 158)
Demikianlah (kisah ‘Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al Qur’an yang penuh hikmah. (Ali ‘Imran 58)
Tilmidzi: “Bagaimana dengan orang-orang kafir termasuk Bani Israil yang kafir setelah Nabi ‘Isa diwafatkan-Nya dengan diangkat kepada-Nya?”
Mudariszi: “Kebanyakan Bani Israil tidak mau beriman kepada Nabi ‘Isa karena sebagian ayat-ayat Injil yang disampaikan oleh Nabi ‘Isa tidak sesuai dengan keinginan (hawa nafsu) mereka. Penguasa Baitul Maqdis dan rakyatnya yang kafir juga tidak menyukai agama-Nya yang dibawa oleh Nabi ‘Isa karena agama itu hanya menyembah satu Tuhan. Kedua pihak (Bani Israil dan Penguasa Baitul Maqdis) itu bekerja sama untuk melenyapkan Nabi ‘Isa dan agama-Nya. Allah SWT yang mengetahui rencana mereka lalu membalasnya, sebagai berikut:
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Ingatlah), ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat.” (Ali ‘Imran 54-55)
Tipu daya Allah itu membuat orang-orang kafir termasuk Bani Israil mengira mereka telah membunuh Nabi ‘Isa hingga disalibnya. Perkiraan mereka itu menunjukkan mereka sendiri tidak meyakini yang mereka bunuh dan salib itu adalah Nabi ‘Isa. Allah SWT lalu menjelaskan bahwa orang yang disalib itu bukan Nabi ‘Isa, melalui firman-Nya ini:
Dan karena kekafiran mereka (terhadap ’Isa) dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa. (An Nisaa’ 156-157)
Kemudian Allah SWT menjelaskan keadaan yang sebenarnya terjadi dengan Nabi ‘Isa ketika itu, sebagai berikut:
Tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa’ 158)
Tapi karena orang-orang kafir itu ingin melenyapkan agama-Nya yang diajarkan oleh Injil dan Nabi ‘Isa, maka mereka tetap mengatakan bahwa Nabi ‘Isa itulah yang disalib.”
Wallahu a’lam.