Dialog Seri 20: 48
Tilmidzi: “Bagaimana dengan pengikut Nabi ‘Isa yang beriman?”
Mudariszi: “Pengikut Nabi ‘Isa yang beriman mengetahui keadaan Nabi ‘Isa yang sebenarnya. Mereka mengetahui Bani Israil dan penguasa negeri yang kafir yang tidak menyukai Injil dan agama-Nya yang diajarkan oleh Nabi ‘Isa. Meskipun demikian mereka tetap taat mengikuti perintah Nabi ‘Isa yaitu sebagai berikut:
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil), berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. Ya Tuhan Kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti Rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang ke-Esa–an Allah).” (Ali ‘Imran 52-53)
Maka pengikut Nabi ‘Isa yang beriman itu lalu meninggalkan Baitul Maqdis menuju ke negeri lain untuk menyampaikan Injil dan agama-Nya yang diajarkan oleh Nabi ‘Isa. Seperti diketahui bahwa Inil dan Taurat itu untuk manusia dan bukan hanya untuk Bani Israil saja. Allah SWT berfirman:
Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa; dan Kami wariskan Taurat kepada Bani Israil untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berfikir. (Al Mu’min 53-54)
Dan (ingatlah) ketika ‘Isa putra Maryam berkata: “Hai Bani Israil , sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat.” (Ash Shaff 6)
Dan Kami iringkan jejak mereka (Nabi-Nabi Bani Israil) dengan ‘Isa putra Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. (Al Maa-idah 46)
Di lain pihak, penguasa negeri yang kafir terus mengejar para pengikut Nabi ‘Isa tersebut untuk dibunuh atau dipaksa kembali kepada agama mereka yang menyembah tuhan berhala. Pengejaran berlangsung bertahun-tahun. Di antara pengikut Nabi ‘Isa itu, ada sejumlah pemuda yang menyelamatkan diri di dalam gua. Allah SWT berfirman:
Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka)? Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu. (Al Kahfi 15-16)
Allah SWT kemudian memberikan petunjuk kepada mereka, sebagai berikut:
Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk. Dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka berkata: “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” (Al Kahfi 13-14)
Dan para pemuda itu lalu meminta perlindungan kepada Allah SWT, sebagai berikut:
(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung kedalam gua lalu mereka berdo’a: “Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (Al Kahfi 10)
Allah SWT mengabulkan permintaan para pemuda itu dengan Dia menidurkan mereka selama tiga ratus tahun dalam gua tersebut, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (Al Kahfi 25)
Tidurnya para pemuda itu dalam gua selama tiga ratus tahun menjadikan mereka selamat dari penguasa yang kafir dan zalim. Ketika Allah SWT membangunkan mereka, penguasa negeri sudah berganti, tapi mereka tidak mengetahui karena mereka mengira hanya tidur beberapa jam saja. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Sudah berapa lamakah kamu berada (disini)?” Mereka menjawab: “Kita berada (disini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (disini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun. Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksa kamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.” Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat itu tidak ada keraguan padanya. (Al Kahfi 19-21)
Para pemuda yang tidur dalam gua selama tiga ratus tahun itu merupakan bukti kekuasaan-Nya yang Dia perlihatkan kepada orang-orang kafir (termasuk Bani Israil) dan kepada para pengikut Nabi ‘Isa. Penguasa negeri ketika itu bukanlah penguasa yang zalim. Dari mata uang yang digunakan oleh para pemuda gua untuk membeli makanan, maka rakyat negeri menyadari jika mata uang itu berlaku di masa penguasa tiga ratus tahun yang lalu. Penguasa negeri yang mengetahui itu dan mengetahui tempat tinggal mereka, lalu perintahkan untuk bangun rumah ibadah di gua itu. Allah SWT berfirman:
Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: “Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka.” Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: “Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya.” (Al Kahfi 21)
Meskipun penguasa negeri tidak mengambil tindakan terhadap para pemuda gua dan memerintahkan membangun rumah ibadah bagi pengikut Nabi ‘Isa di gua tersebut, maka itu bukan berarti agama-Nya yang diajarkan oleh Injil dan Nabi ‘Isa telah diterima oleh penguasa negeri. Penguasa negeri hanya mengetahui para pemuda gua itu mengikuti agama yang dibawa oleh Nabi ‘Isa, tapi tidak mengetahui para pemuda gua itu beragama dengan agama ajaran Injil dan Nabi ‘Isa yang menyembah satu Tuhan.”
Tilmidzi: “Apakah mungkin penguasa negeri tersebut di atas adalah penguasa kafir?”
Mudariszi: “Bukan tidak mungkin selama tiga ratus tahun telah terjadi perubahan pada agama yang dibawa oleh Nabi ‘Isa, karena telah menyebarnya para pengikut setia Nabi ‘Isa dan Bani Israil yang kafir yang tidak menyukai Nabi ‘Isa dan Injil. Dan boleh jadi Bani Israil yang kafir itu lalu mengada-adakan agama-Nya yang dibawa oleh Nabi ‘Isa dan ikut merubah Injil kitab-Nya. Karena Allah SWT lalu menjelaskan tentang pengikut Nabi ‘Isa sebagai berikut:
Dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah.” (At Taubah 30)
Orang-orang Nasrani adalah salah satu golongan dari pengikut Nabi ‘Isa yang kafir, dan mereka itu dari Bani Israil. Mereka mengatakan demikian karena Nabi ‘Isa dilahirlan oleh Mariam yang tidak bersuami. Ucapan mereka mengikuti ucapan orang-orang Yahudi yaitu salah satu golongan dari Bani Israil pengikut Nabi Musa yang kafir. Kedua golongan itu (Bani Israil dari pengikut Nabi Musa dan Nabi ‘Isa) mengatakan demikian karena mengikuti orang-orang kafir penyembah tuhan-tuhan. Allah SWT berfirman:
Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah”, dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah.” Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? (At Taubah 30)
Bani Israil yang kafir itu tidak mempermasalahkan perubahan dalam agama-Nya yang dibawa oleh Nabi ‘Isa yang tidak lagi menyembah satu Tuhan, dan Injil akan dirubahnya pula termasuk ayat-ayat-Nya yang tidak disukai oleh Bani Israil. Penguasa negeri juga tidak mempermalahkan perubahan agama tersebut karena agama itu tidak menyembah satu Tuhan saja. Bahkan penguasa negeri yang kafir menyukai hal itu, karena berarti pengikut Nabi ‘Isa telah menyembah lebih dari satu tuhan dan Nabi ‘Isa merupakan salah satu dari tuhan-tuhan itu. Contoh, orang-orang musyrik Mekkah menyukai Nabi ‘Isa sebagai salah satu dari tuhan-tuhan, dan itu dijelaskan firman-Nya ini:
Maka tatkala putera Maryam (‘Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. Dan mereka berkata: “Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (‘Isa)?” (Az Zukhruf 57-58)
Agama-Nya yang dibawa oleh Nabi ‘Isa yang berubah itu lalu mendapat perlindungan dari penguasa negeri. Dan hal itu membuat semakin banyak pengikut Nabi ‘Isa yang beragama dengan mempercayai Nabi ‘Isa anak tuhan. Akibatnya, kebanyakan pengikut Nabi ‘Isa menjadi tidak beragama dengan agama-Nya yang benar (yang diajarkan oleh Nabi ‘Isa dan Injil). Meskipun demikian, dengan tersebarnya agama-Nya yang diajarkan oleh Nabi ‘Isa ke negeri-negeri di luar Baitul Madis, maka masih ada pengikut Nabi ‘Isa yang beragama dengan agama-Nya yang benar yaitu yang beriman kepada-Nya saja, kepada Injil dan kepada Nabi ‘Isa. Tapi mereka tidak banyak karena mereka sangat tertutup takut dibunuh oleh penguasa yang kafir di negeri tempat mereka menetap karena mereka menjadi pengikut Nabi ‘Isa yang menyembah Tuhan yang satu.”
Wallahu a’lam.