Apakah Injil & Agama-Nya Yang Dibawa Oleh Nabi ‘Isa Berubah?

Dialog Seri 20: 49

 

Tilmidzi: “Apakah orang-orang kafir termasuk Bani Israil mengatakan Nabi ‘Isa itu putra Allah?”

 

Mudariszi: “Orang-orang kafir termasuk Bani Israil mengatakan Nabi ‘Isa itu sebagai berikut:

 

Dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah.” Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? (At Taubah 30)

 

Orang-orang Nasrani dalam firman-Nya di atas yaitu pengikut Nabi ‘Isa yang kafir yang mengada-adakan agama-Nya hingga mengatakan Nabi ‘Isa itu putra Allah. Mereka juga mengada-adakan hingga mengatakan Nabi ‘Isa itu tuhan atau salah satu dari tiga tuhan dengan Maryam sebagai (Ibu) tuhan. Untuk membenarkan perbuatannya, mereka lalu merubah ayat-ayat Injil sehingga agama-Nya yang diajarkan oleh Nabi ‘Isa berubah.”

 

Tilmidzi: “Apakah Allah SWT pernah bertanya kepada Nabi ‘Isa tentang ucapan beliau di atas yaitu Al Masih putra Allah?”

 

Mudariszi: ”Allah SWT menjelaskan bahwa pada hari kiamat Dia bertanya kepada Nabi ‘Isa, sebagai berikut:

 

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai ’Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: Jadikanlah aku dan Ibuku dua orang tuhan selain Allah?”

 

Allah SWT lalu menjelaskan bahwa Nabi ’Isa kemudian menjawab sebagai berikut:

 

‘Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakan). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (Al Maa-idah 116-117)

 

Firman-Nya di atas menunjukkan bahwa Nabi ‘Isa tidak pernah menyuruh pengikutnya untuk menjadikan beliau dan Ibunya (Maryam) sebagai Tuhan. Dengan demikian, ucapan atau kepercayaan Nabi ‘Isa anak Tuhan atau Nabi ‘Isa salah satu dari Tuhan itu hanya diada-adakan atau berasal dari orang-orang kafir termasuk dari Bani Israil.”

 

Tilmidzi: “Jadi, apakah Nabi ‘Isa ketika menyampaikan Injil dan agama-Nya tidak pernah menyuruh pengikutnya untuk menjadikan beliau dan Ibunya sebagai Tuhan?”

 

Mudariszi: “Nabi ‘Isa ketika menyampaikan Injil dan agama-Nya hanya memerintahkan pengikutnya untuk menyembah Allah SWT saja. Dan hal itu dijelaskan firman-Nya ini:

 

Padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. (Al Maa-idah 72)

 

Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu’jizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus. (Ali ‘Imran 50-51)

 

Dan tatkala ‘Isa datang membawa keterangan, dia berkata: “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada)ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Tuhanku dan Tuhan kamu, maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus.” (Az Zukhruf 63-64)

 

Tilmidzi: “Apakah dengan mengatakan Nabi ‘Isa itu putra Allah atau Nabi ‘Isa itu salah satu dari tiga tuhan atau Maryam itu Ibu tuhan berarti telah menyekutukan-Nya?”

 

Mudariszi: “Ya! Pengikut Nabi ‘Isa yang mengatakan Nabi ‘Isa itu putra Allah atau Nabi ‘Isa itu salah satu dari tiga tuhan atau Maryam itu Ibu tuhan berarti mereka telah berbuat kesyirikan yaitu menyekutukan Allah SWT dengan Nabi ‘Isa, dengan Maryam (Ibu Nabi ‘Isa) dan telah menjadi kafir. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putra Maryam. (Al Maa-idah 72)

 

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Maha Esa. (Al Maa-idah 73)

 

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putra Maryam.” Katakanlah: “Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia hendak membinasakan Al Masih putra Maryam itu beserta Ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?” (Al Maa-idah 17)

 

Karena itu Allah SWT memperingatkan pengikut Nabi ’Isa yang tidak beragama dengan agama-Nya yang benar atau yang beragama dengan mengatakan Nabi ‘Isa anak Tuhan, melalui firman-Nya ini:

 

Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Al Maa-idah 73)

 

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (Al Maa-idah 72)

 

Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, ‘Isa putra Maryam itu adalah utusan (Rasul) Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. (An Nisaa’ 171)

 

Ahli Kitab dalam firman-Nya di atas adalah pengikut kitab Injil atau pengikut Nabi ‘Isa. Pengikut Nabi Musa juga dipanggil Ahli Kitab yaitu pengikut kitab Taurat.”

 

Tilmidzi: “Apakah pengikut Nabi ‘Isa yang mempercayai (mengikuti) Nabi ‘Isa anak Tuhan itu juga melakukan perubahan lain dalam agama-Nya?”

 

Mudariszi: “Pengikut Nabi ‘Isa yang mempercayai (mengikuti) Nabi ‘Isa anak Tuhan itu menunjukkan bahwa mereka telah menetapkan perkara Tuhan yang bukan haknya. Jika mereka mudah (berani) menetapkan perkara Tuhan yang bukan haknya, maka akan mudah pula bagi mereka untuk menetapkan perkara lain yang mereka sukai sekalipun itu melanggar syariat agama-Nya. Misalnya, mereka mengada-ada tentang perkara keiuhanan hingga menetapkannya yatu sebagai berikut:

 

Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (At Taubah 31)

 

Misal lainnya, mereka mengada-ada tentang ibadah kepada Allah SWT padahal ibadah itu tidak diperintahkan oleh Injil dan Nabi ‘Isa, yaitu sebagai berikut:

 

Kemudian Kami iringkan di belakang mereka Rasul-Rasul Kami dan Kami iringkan (pula) ‘Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rabbaniyyah (tidak kawin dan mengurung diri dalam biara), padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. (Al Hadiid 27)

 

Sehingga semua yang mereka ada-adakan atau tetapkan itu membuat pengikut Nabi ‘Isa semakin tidak beragama dengan agama-Nya yang benar. Dan untuk membenarkan ketetapan agamanya itu, mereka lalu merubah ayat-ayat Injil. Perubahan ayat-ayat Injil menjadi tidak berbeda dengan perubahan ayat-ayat Taurat. Agama-Nya yang diajarkan oleh Nabi Musa dan oleh Nabi ‘Isa menjadi berubah. Pengikut Nabi ‘Isa yang beriman lalu berselisih dengan mereka yang merubah Injil dan agama-Nya.”

 

Tilmidzi: “Apakah perselisihan di antara pengikut Nabi ‘Isa itu membuat agama-Nya yang diajarkan oleh Nabi ‘Isa menjadi terpecah?”

 

Mudariszi: “Pengikut Nabi ‘Isa dari golongan yang mempercayai Nabi ‘Isa itu anak Tuhan telah membuat agama-Nya terpecah. Demikian pula dengan pengikut Nabi ‘Isa dari golongan yang mempercayai pendeta (rahib) sebagai tuhan (dalam firman-Nya di atas) telah membuat agama-Nya semakin terpecah. Ditambah lagi dengan pengikut Nabi ‘Isa dari golongan yang mengada-adakan rabbaniyah (tidak kawin dan mengurung diri dalam biara) seperti firman-Nya di atas, menambah perpecahan agama-Nya. Agama-Nya yang tauhid yang diajarkan oleh Rasul-Nya (Nabi ‘Isa) dan Injil terpecah menjadi beberapa golongan, dan hal itu dijelaskan firman-Nya ini:

 

Sesungguhnya (agama tauhid) ini, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). (Al Mu’minuun 52-53)

 

Pengikut Nabi ‘Isa yang terdiri dari berbagai golongan itu menjadi tidak beragama dengan agama-Nya yang benar meskipun mereka bilang mengikuti Injil dan Nabi ‘Isa.”

 

Tilmidzi: “Jika agama-Nya yang dijelaskan oleh Nabi Musa dan Nabi ‘Isa berubah, maka bukankah pengikut Nabi Musa dan Nabi ‘Isa yang lahir kemudian akan menjadi sesat?”

 

Mudariszi: “Nabi ‘Isa yang diutus-Nya dengan diberikan Injil yang membenarkan Taurat, telah diingkari oleh Bani Israil sebagai pewaris Taurat. Hal itu menjadikan pengikut Nabi Musa tetap berselisih dan tidak beragama dengan agama-Nya yang benar. Agama-Nya dan Injil yang dijelaskan oleh Nabi ‘Isa dirubah pula, sehingga pengikut Nabi ‘Isa lalu berselisih dan tidak beragama dengan agama-Nya yang benar. Allah SWT berfirman:

 

Dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka. (At Taubah 29)

 

Orang-orang yang diberikan Al Kitab dalam firman-Nya di atas adalah pengikut Nabi Musa yang diberikan kitab Taurat dan pengikut Nabi ‘Isa yang diberikan kitab Injil. Karena mereka tidak beragama dengan agama-Nya yang benar, maka orang-orang yang lahir kemudian, termasuk anak cucu mereka, akan menjadi sesat jika mengikuti agama tersebut. Mereka yang merubah kitab-Nya dan agama-Nya itu seharusnya sudah dibinasakan oleh Allah SWT agar orang-orang yang lahir kemudian tidak menjadi sesat. Tapi karena telah ada ketetapan-Nya, mereka tidak dibinasakan-Nya melainkan ditangguhkan-Nya hingga hari kiamat. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka karena kedengkian antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. (Asy Syuura 14)

 

Ahli Kitab dalam firman-Nya di atas adalah pengikut kitab Taurat (pengikut Nabi Musa) dan pengikut kitab Injil (pengikut Nabi ‘Isa). Allah SWT tidak membinasakan Ahli Kitab tersebut seperti Dia tidak membinasakan Bani Israil yang merubah Taurat dan agama-Nya sebelumnya. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Taurat, lalu diperselisihkan tentang Taurat itu. Kalau tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Tuhanmu, tentulah orang-orang kafir itu sudah dibinasakan. (Fushshilat 45)

 

Dengan tidak dibinasakan-Nya pengikut Taurat (Ahli Kitab) yang kafir, maka tidak pula dibinasakan-Nya pengikut Injil (Ahli Kitab) yang kafir. Kedua Ahli Kitab itu berasal dari Bani Israil. Bani Israil masih beruntung karena tidak dibinasakan-Nya dan malah diberi kesempatan untuk bertaubat kepada-Nya sebelum kematian mereka.”

 

Tilmidzi: “Kapan orang-orang kafir yang merubah kitab-Nya dan agama-Nya itu akan diazab-Nya?”

 

Mudariszi: “Orang-orang kafir yang merubah Taurat dan Injil hingga agama-Nya berubah dan umat Rasul berselisih serta membuat orang-orang menjadi kafir itu akan diazab-Nya di akhirat setelah perbuatan mereka dihisab-Nya. Allah SWT berfirman:

 

Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil Al Kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian dan Kami berikan kepada mereka rezeki-rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya). Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama); maka mereka tidak berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Sesungguhnya Tuhanmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya. (Al Jaatsiyah 16-17)

 

Wallahu a’lam.

Leave a Reply