Dialog Seri 20: 50
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT akan turunkan Rasul-Nya dan kitab-Nya untuk mengatasi dua kitab-Nya (agama-Nya) yang berubah dan berpotensi menyesatkan manusia?”
Mudariszi: “Allah SWT telah menurunkan Taurat kepada Nabi Musa dari Bani Israil yang menjelaskan agama-Nya untuk Bani Israil dan manusia yang menjalani hidupnya di dunia agar mereka selamat di akhirat. Tapi sebagian ayat-ayat Taurat lalu dirubah oleh Bani Israil yang kafir sehingga agama-Nya berubah dan Bani Israil berselisih. Orang-orang yang memeluk agama-Nya yang berubah itu termasuk orang-orang yang lahir kemudian, menjadi tidak beragama dengan agama-Nya yang benar dan berpotensi menjadi sesat dan kafir. Allah SWT seharusnya membinasakan Bani Israil yang kafir itu (seperti kaum-kaum kafir terdahulu) agar orang-orang yang lahir kemudian tidak menjadi sesat dan kafir. Tapi karena telah ada ketetapan-Nya, maka mereka tidak dibinasakan-Nya. Allah SWT berfirman:
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Taurat, lalu diperselisihkan tentang Taurat itu. Kalau tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Tuhanmu, tentulah orang-orang kafir itu sudah dibinasakan. (Fushshilat 45)
Karena agama-Nya berubah dan agar orang-orang yang lahir kemudian tidak menjadi kafir, Allah SWT lalu mengutus Nabi-Nabi dari Bani Israil yang diberikan ayat-ayat-Nya untuk mengatasi perselisihan di antara umat Nabi Musa tersebut agar mereka kembali beragama dengan agama-Nya yang benar. Tapi perselisihan tidak juga teratasi hingga Allah SWT lalu mengutus Nabi ‘Isa yang juga dari Bani Israil dan diberikan Injil yang membenarkan Taurat dan menjelaskan perselisihan di antara umat Nabi Musa (Bani Israil). Tapi sebagian ayat-ayat Injil juga dirubah oleh Bani Israil dan penguasa yang kafir hingga agama-Nya berubah. Akibatnya umat Nabi Musa tetap tidak beragama dengan agama-Nya yang benar dan umat Nabi ‘Isa pula menjadi tidak beragama dengan agama-Nya yang benar. Allah SWT berfirman:
Dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka. (At Taubah 29)
Orang-orang yang diberikan Al Kitab dalam firman-Nya di atas, yaitu umat Nabi Musa yang diberikan Taurat dan umat Nabi ‘Isa yang diberikan Injil (atau Ahli Kitab). Ahli Kitab yang lahir kemudian akan menjadi kafir dengan memeluk agama-Nya yang berubah. Ahli Kitab yang kafir itu seharusnya dibinasakan-Nya, tapi karena telah ada ketetapan-Nya, maka mereka tidak dibinasakan-Nya. Allah SWT berfirman:
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka karena kedengkian antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. (Asy Syuura 14)
Tapi, dengan tidak dibinasakan-Nya Ahli Kitab yang kafir itu, Allah SWT tetap tidak menghendaki orang-orang yang lahir kemudian menjadi kafir karena agama-Nya yang berubah.”
Tilmidzi: “Jika demikian, apakah Allah SWT mengutus Rasul-Nya dari Bani Israil lagi?”
Mudariszi: “Allah SWT tidak menghendaki Rasul-Nya itu dari Bani Israil lagi, karena semua Nabi dari Bani Israil yang Dia utus kepada mereka (Bani Israil) sebagai pewaris Taurat, diingkari dan sebagian lagi dibunuh oleh mereka sendiri karena Nabi-Nabi itu membawa ayat-ayat-Nya yang tidak sesuai dengan keinginan (hawa nafsu) mereka. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka Rasul-Rasul. Tetapi setiap datang seorang Rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari Rasul-Rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencanapun (terhadap mereka dengan membunuh Nabi-Nabi itu), maka (karena itu) mereka menjadi buta dan pekak, kemudian Allah menerima taubat mereka, kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli (lagi). Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (Al Maa-idah 70-71)
Bahkan Rasul-Nya yang terakhir dari Bani Israil yang diberikan-Nya kitab Injil yaitu Nabi ‘Isa termasuk yang ingin dibunuh oleh mereka (Bani Israil) karena membawa ayat-ayat-Nya yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Allah SWT befirman:
Dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata.” (Al Maa-idah 110)
Allah SWT telah melebihkan Nabi Musa dengan Dia memberikan kitab Taurat. Hal itu menunjukkan Dia melebihkan Bani Israil di antara bangsa-bangsa lain di masanya, karena dalam Taurat terdapat petunjuk daripada-Nya dan nikmat yang nyata. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan sesungguhnya telah Kami pilih mereka dengan pengetahuan (Kami) atas bangsa-bangsa. Dan Kami telah memberikan kepada mereka di antara tanda-tanda kekuasaan (Kami) sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang nyata. (Ad Dukhaan 32-33)
Allah berfirman: “Hai Musa sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Al A’raaf 144)
Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu. (Al A’raaf 145)
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan petunjuk dan rahmat agar mereka ingat. (Al Qashash 43)
Dengan demikian, Bani Israil seharusnya menjadi umat (atau kaum atau bangsa) yang paling beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, karena Nabi-Nabi yang paling banyak dari Bani Israil dan mu-jizat-mu’jizat-Nya paling banyak diberikan-Nya kepada Rasul-Rasul dari Bani Israil, misalnya mu’jizat-mu’jizat-Nya yang diberikan-Nya kepada Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Zakariya, Nabi ‘Isa. Bani Israil tidak mensyukuri pemberian-Nya itu tapi malah mendustakan Allah SWT, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Rasul-Nya. Allah SWT menghendaki Bani Israil mengajak orang-orang kafir termasuk kaum musyrik kepada keimanan dengan Taurat. Tapi nyatanya banyak Bani Israil yang justru meninggalkan keimanan pindah ke kekafiran karena cintanya kepada duniawi, bahkan hingga mereka berkawan dengan orang-orang kafir. Sehingga, dapat dikatakan Bani Israil tidak berbeda dengan kaum Fir’aun yang sama-sama kafir dan akan menyesatkan orang-orang yang lahir kemudian. Fir’aun yang mengaku dirinya tuhan dan mu’jizat-Nya dikatakan sebagai sihir, dan itu berarti dia lebih tinggi dari Tuhan, sedangkan Bani Israil merubah ayat-ayat-Nya atau agama-Nya dan mu’jizat-Nya juga dikatakan sebagai sihir, dan itu berarti mereka lebih tinggi dari Tuhan. Karena pengalaman itulah mungkin Allah SWT tidak lagi memilih Rasul-Nya dari Bani Israil.”
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT dapat mengangkat Rasul-Nya yang diberikan kitab-Nya itu bukan lagi dari Bani Israil yang telah dilebihkan-Nya?”
Mudariszi: “Allah SWT adalah Tuhan Pencipta dan Pemilik langit dan bumi beserta semua yang ada di langit dan di bumi. Allah SWT berfirman:
Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa. (As Sajdah 4)
Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. (Thaahaa 6)
Karena sebagai Pencipta dan Pemilik, maka Allah SWT lah Pemelihara semua yang ada di langit dan di bumi termasuk mengurus semua makhluk-Nya. Allah SWT berfirman:
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (Az Zumar 62)
Allah mengatur urusan (makhluk-Nya). (Ar Ra’d 2)
Karena Allah SWT adalah Pencipta, Pemilik, Pemelihara langit dan bumi, maka hanya Dia saja yang berhak untuk menetapkan atas segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Allah SWT berfirman:
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (Al A’raaf 54)
Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. (Al An’aam 57)
Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah. (Yusuf 67)
Menetapkan hukum dalam firman-Nya di atas termasuk menetapkan hukum-hukum yang Dia jelaskan dalam kitab-Nya yang Dia turunkan kepada Rasul-Nya. Menetapkan Rasul itu pula termasuk hak Allah dalam menetapkan sesuatu seperti dalam firman-Nya di atas. Dan hal itu dijelaskan pula dalam firman-Nya ini:
Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Ali ‘Imran 74)
Karena itu hak Allah dalam menetapkan Rasul-Nya dalam menolong pengikut-pengikut Taurat dan Injil (Ahli Kitab) yang lahir kemudian untuk bertaubat dan tidak tersesat.”
Tilmidzi: “Lalu bagaimana Allah SWT mengatasi orang-orang yang lahir kemudian khususnya anak cucu Ahli Kitab agar mereka dapat bertaubat dan tidak tersesat?”
Mudariszi: “Allah SWT mengutus Rasul-Nya yang bernama Muhammad yang bukan dari Bani Israil, tapi dari suku Quraisy bangsa Arab. Muhammad adalah penutup para Nabi sehingga tidak akan ada lagi Nabi setelah beliau. Allah SWT berfirman:
Muhammad itu sekali-kali bukanlah Bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-Nabi. (Al Ahzab 40)
Rasulullah SAW diutus-Nya kepada manusia dan beliau diberikan-Nya Al Qur’an yang juga untuk manusia. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. (Saba’ 28)
Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Qur’an) untuk manusia dengan membawa kebenaran. (Az Zumar 41)
Manusia dalam firman-Nya di atas itu bukan saja umat Islam, tapi juga termasuk Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (orang-orang yang menyekutukan-Nya dengan tuhan-tuhan lain). Rasulullah SAW menjelaskan ketika Allah SWT menurunkan Al Qur’an kepada beliau dan mengutus beliau sebagai Rasul-Nya, sebagai berikut:
Dari ‘Iyaadl bin Himar Al Mujasyi’iy, bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW bersabda dalam khutbahnya: “Ingat, sesungguhnya pada hari ini Tuhanku memerintahkan aku agar mengajarkan kepadamu sebagian apa yang aku ketahui tetapi tidak kamu ketahui. Dia berfirman: “Semua harta yang Aku karuniakan kepada seorang hamba adalah halal. Sesungguhnya Aku ciptakan hamba-hamba–Ku dalam keadaan muslim semuanya, kemudian setan mendatangi mereka lalu menyimpangkan mereka dari agama mereka, mengharamkan atas mereka apa yang telah Aku halalkan dan memerintahkan mereka agar mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak menurunkan hujjah tentang itu.” Sesungguhnya Allah memperhatikan penduduk bumi, maka Dia murka terhadap mereka (terjadi sebelum Nabi Muhammad SAW dijadikan Rasul), baik bangsa Arab maupun lainnya, kecuali yang masih tersisa dari Ahli Kitab (orang-orang yang masih berpegang dengan agama yang hak). Allah berfirman: “Aku mengutusmu hanyalah untuk menguji kamu dan menguji (manusia) dengan kamu, dan Aku turunkan kepadamu Kitab (Al Qur’an) yang tidak dapat dibasuh dengan air (terjaga di dalam dada) yang kamu baca dalam keadaan tidur atau jaga.” (HR Muslim)
Sunnah Rasulullah di atas menunjukkan bahwa Al Qur’an yang diturunkan-Nya kepada Rasulullah SAW ketika itu justru untuk Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. Seperti Taurat yang diturunkan-Nya kepada Nabi Musa itu adalah untuk Bani Israil dan manusia, dimana manusia disitu adalah orang-orang musyrik. Tapi ketika Al Qur’an diturunkan, umat Islam belum ada dan Rasulullah SAW belum menjadi Islam karena beliau belum mengetahui Al Qur’an (agama-Nya) dan iman, dan hal itu dijelaskan firman-Nya ini:
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu. (Asy Syuura 52)
Al Qur’an juga untuk Ahli Kitab, karena Al Qur’an itu membenarkan Taurat dan Injil serta menjelaskan perselisihan di antara Ahli Kitab, agar mereka tidak lagi berselisih dan kembali beragama dengan agama-Nya yang benar. Allah SWT berfirman:
Dia menurunkan Al Kitab kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan Kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil sebelum (Al Qur’an). (Ali ’Imran 3-4)
Sesungguhnya Al Qur’an ini menjelaskan kepada Bani Israil sebahagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya. (An Nam 76)
Al Qur’an itu untuk Ahli Kitab dan orang-orang musyrik juga dijelaskan oleh Allah SWT, sebagai berikut:
(Kami turunkan Al Qur’an itu) agar kamu (tidak) mengatakan: “Bahwa Kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan (Yahudi dan Nasrani) saja sebelum kami, dan sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca.” (Al An’aam 156)
Agar kamu tidak mengatakan dalam firman-Nya di atas adalah orang-orang musyrik. Allah SWT menghendaki agar orang-orang musyrik tidak menyekutukan-Nya karena agamanya menjadikan mereka sebagai orang-orang yang rugi ketika di akhirat.”
Tilmidzi: “Bagaimana jika Rasul-Nya dari Arab itu dibunuh oleh Bani Israil atau kitab-Nya yang akan diturunkan dirubah seperti mereka merubah Taurat dan Injil?”
Mudariszi: “Perkara di atas bukan tidak mungkin terjadi. Tapi Allah SWT akan lebih mengetahui tentang perkara tersebut karena Dia akan mengawasi dan menjaga Rasul-Nya hingga beliau menyampaikan agama-Nya dengan Al Qur’an. Allah SWT berfirman:
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al Maa-idah 67)
Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Tuhan-mu (Al Qur’an). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya. (Al Kahfi 27)
Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami. (Ath Thuur 48)
Allah SWT perintahkan Rasul-Nya untuk tetap menyampaikan agama-Nya dan syariat agama-Nya tanpa terpengaruh oleh godaan syaitan dan orang-orang kafir yang selalu berusaha untuk menggagalkannya, karena Al Qur’an dan agama-Nya itu adalah untuk keselamatan mereka dan orang-orang yang lahir kemudian. Allah SWT berfirman:
Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari’at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari’at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus. Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah: “Allah lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan.” (Al Hajj 67-68)
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT menjaga dan memelihara Al Qur’an itu hingga kiamat?”
Mudariszi: “Agama Allah yang dibawa oleh Rasulullah SAW itu merupakan agama-Nya yang terakhir yang Dia turunkan untuk manusia, dan tidak ada Nabi setelah Rasulullah SAW. Agar agama-Nya itu tidak berubah seperti agama-Nya yang dibawa oleh Nabi Musa dan Nabi ‘Isa karena disembunyikannya atau dirubahnya sebagian ayat-ayat Taurat dan ayat-ayat Injil, maka Allah SWT lalu menjelaskan kepada manusia temasuk kepada orang-orang kafir sebagai berikut:
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur’an), sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya. (Al An’aam 115)
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Al Hijr 9)
Firman-Nya di atas menunjukkan bahwa orang-orang kafir tidak akan dapat merubah ayat-ayat Al Qur’an seperti mereka merubah ayat-ayat Taurat dan ayat-ayat Injil hingga kiamat, karena Al Qur’an dipelihara langsung oleh Allah SWT, sehingga mereka tidak akan dapat merubah agama-Nya sekalipun Rasulullah SAW telah wafat.”
Wallahu a’lam.