Dialog Seri 20: 53
Tilmidzi: “Apakah dengan Rasulullah SAW menerima wahyu-Nya berarti beliau menjadi Rasul-Nya?”
Mudariszi: “Rasulullah SAW menerima wahyu Allah yang pertama pada waktu beliau di gua Hira, yaitu menerima firman-Nya (wahyu-Nya), seperti dijelaskan berikut ini:
Dari Aisyah, menceritakan: “Hal itu terus beliau lakukan, sampai secara mendadak wahyu datang ketika beliau sedang berada di dalam gua Hira. Ada malakat (Jibril) datang dan berkata: “Bacalah!” Rasulullah SAW menjawab: “Aku tidak bisa membaca.” Rasulullah SAW bersabda: “Malaikat itu menangkap dan mendekapku hingga aku merasa kepayahan. Lalu dia melepaskanku seraya berkata: “Bacalah!” Aku menjawab: “Aku tidak bisa membaca.” Dia menangkap dan mendekapku untuk yang kedua kali hingga aku merasa kepayahan. Kemudian dia melepaskan sambil berkata: “Bacalah!” Aku menjawab: “Aku tidak bisa membaca.” Dan untuk yang ketiga kalinya dia menangkap dan mendekapku hingga aku merasa kepayahan. Lalu dia melepaskanku dan mengatakan: “Iqra’, Bismi Rabbika….. (surat Al ‘Alaq 1-5 : Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak dia ketahui.)” Rasulullah SAW pulang membawa ayat-ayat tersebut dalam keadaan bergetar seluruh tubuhnya, hingga beliau masuk ke rumah Khadijah seraya berkata: “Selimutilah aku, selimutilah aku!” Orang-orangpun menyelimutinya hingga hilang rasa gentar darinya. Kemudian beliau berkata kepada Khadijah: “Hai Khadijah! Apa yag telah terjadi denganku?” Lalu beliau menceritakan seluruh peristiwa. Beliau berkata: “Aku benar-benar khawatir terhadap diriku.” Khadijah menghibur beliau: “Jangan begitu, bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya. Demi Allah! Sungguh engkau telah menyambung tali persaudaraan, engkau selalu jujur dalam berkata, engkau telah memikul beban orang lain, engkau suka mengusahakan kebutuhan orang tak punya, engkau memang menyuguh tamu dan senantiasa membela kebenaran.” (HR Muslim)
Sekalipun Rasulullah SAW telah menerima wahyu-Nya, tapi beliau ketika itu belum menjadi Rasul-Nya. Ketika itu mungkin hanya sebagai pengetahuan (perkenalan) bagi Rasulullah SAW adanya kalimat yang beliau terima dari Jibril yang tidak diketahuinya.”
Tilmidzi: “Bagaimana Rasulullah SAW mengetahui bahwa yang mendatanginya di gua Hira itu adalah malaikat Jibril?”
Mudariszi: “Karena Rasulullah SAW ingin mengetahui siapa yang mendatanginya di gua Hira, beliau bersama Khadijah (isteri beliau) bertanya kepada saudara Khadijah, seorang Nasrani yang taat (beriman), yaitu Waraqah bin Naufal, sebagai berikut:
Dari Aisyah istri Rasulullah SAW, katanya: “Lalu Khadijah pergi bersama Rasulullah menuju kepada Waraqah bin Naufal, dimana ia adalah putra lelaki paman Khadijah saudara lelaki ayahnya dan ia adalah seorang lelaki yang memeluk agama Nasrani pada masa Jahiliyah, ia senantiasa membaca buku-buku yang berbahasa Arab dan menyalin kitab Injil dengan bahasa Arab, pokoknya masya Allah apa yang telah dia tulis, di samping itu dia adalah seorang guru besar yang telah buta. Khadijah berkata: “Wahai paman, dengarlah (keterangan) dari putra lelaki saudara lelakimu.” Waraqah bertanya: “Wahai putra lelaki saudaraku, apa yang kamu lihat?” Lantas Rasulullah SAW memberi tahu kepadanya dengan khabar yang telah ia lihat. Waraqah berkata: “Ini adalah Namus yang telah turun kepada Musa. Andaikata saya masih muda belia, andaikata saya masih hidup”, dia menyebutkan satu huruf. Waraqah berkata: “Ya, tak seorang lelakipun yang membawa apa yang telah engkau bawa melainkan ia diganggu (disakiti), jika saya menjumpai hari-harimu masih dalam keadaan hidup, tentulah aku akan membelamu dengan sungguh-sungguh.” (HR Bukhari)
Dengan demikian Rasulullah SAW mengetahui yang mendatanginya di gua Hira itu malaikat Jibril yaitu dari Waraqah bin Naufal, seorang Nasrani (Ahli Kitab).”
Tilmidzi: “”Jika demikian, kapan Rasulullah SAW diangkat-Nya menjadi Rasul-Nya?”
Mudariszi: “Rasulullah SAW diangkat oleh Allah SWT menjadi Rasul-Nya setelah beliau menerima wahyu-Nya yang kedua, yaitu dua atau tiga tahun setelah beliau menerima wahyu-Nya yang pertama. Ketika itu Rasulullah SAW kembali didatangi oleh Jibril dengan memanggil beliau dari langit. Rasulullah SAW menjelaskan itu sebagai berikut:
Dari Jabir bin Abdullah, bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Kemudian wahyu itu terhenti kepadaku dalam masa (fatrah, tiga tahun). Lalu ketika aku sedang berjalan, aku mendengar suara dari atas, maka aku mengangkat penglihatanku ke arah atas, tiba-tiba malaikat yang datang kepadaku di (gua) Hira sedang duduk di atas kursi di antara langit dan bumi, maka aku gemetar (ketakutan) kepadanya hingga aku terjatuh ke tanah, lalu aku datang kepada keluargaku, maka aku katakan: “Selimutilah aku, selimutilah aku.” Lalu Allah Ta’ala menurunkan: “Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan, dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan berhala-berhala tinggalkanlah .….” (surat Al Muddatstsir ayat 1 – 5). (HR Bukhari)
Dalam sunnah Rasulullah di atas terdapat perintah-Nya (firman-Nya) kepada beliau yaitu: Hai orang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan. Orang berselimut itu adalah Rasulullah SAW yang ketika itu ketakutan karena didatangi kembali oleh Jibril. Perintah Allah kepada hamba-Nya untuk memberikan peringatan itu hanya Dia tujukan kepada Rasul-Rasul-Nya, dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan tidaklah Kami mengutus Rasul-Rasul melainkan sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. (Al Kahfi 56)
Dan sesungguhnya telah Kami utus pemberi-pemberi peringatan (Rasul-Rasul) di kalangan mereka. (Ash Shaaffaat 72)
Dan hal tersebut di atas terjadi dengan Rasulullah SAW yaitu melalui firman-Nya ini:
Dia (Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan. (Al A’raaf 184)
Ini (Muhammad) adalah seorang pemberi peringatan di antara pemberi-pemberi peringatan yang telah terdahulu. (An Najm 56)
Tilmidzi: “Apakah setelah Rasulullah SAW menjadi Rasul, beliau lalu sering menerima wahyu-wahyu-Nya (ayat-ayat Al Qur’an) dari Jibril?”
Mudariszi: “Ya! Dan hal itu dijelaskan sunnah Rasulullah berikut ini:
Muhammad bin Syihab berkata: “Abu Salamah bercerita kepadaku bahwasanya Jabir bin Abdillah Al Anshariy berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Dimana beliau bercerita tentang tenggangnya waktu turun wahyu: “Ketika saya berjalan, tiba-tiba terdengar suara dari langit, lalu saya mendongakkan penglihatanku, tiba-tiba malaikat yang pernah mendatangiku di gua Hira sedang duduk di atas kursi yang terletak antara langit dan bumi. Lalu saya pergi darinya dan pulang, lalu saya berkata: “Selimutilah aku, selimutilah aku.” Mereka lalu menyelimutiku, lantas Allah menurunkan firman-Nya: “Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu, agungkanlah. Dan pakaianmu, bersihkanlah. Dan perbuatan dosa (menyembah berhala), tinggalkanlah.”(surat Al Muddatstsir ayat 1-5). Jabir berkata: “Kemudian wahyu turun beruntun.” (HR Bukhari)
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT mengutus Rasulullah SAW itu agar beliau memberikan peringatan kepada umat manusia?”
Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggung jawaban) tentang penghuni-penghuni neraka. (Al Baqarah 119)
Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (Faathir 24)
Selain sebagai pemberi peringatan, Rasulullah SAW juga sebagai pembawa berita gembira. Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT sebagai pemberi peringatan dan pembawa berita gembira itu bagi manusia. Allah SWT menjelaskan itu sebagai berikut:
Dan Kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (Saba’ 28)
Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya. (Huud 2)
Tilmidzi: “Apakah Rasulullah SAW memberikan peringatan kepada umat manusia itu dengan Al Qur’an?”
Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan tentang Al Qur’an yang Dia turunkan kepada Rasulullah SAW itu sebagai berikut:
(Al Qur’an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (Ibrahim 52)
Dengan demikian, firman-Nya di atas menunjukkan bahwa Rasulullah SAW ditugaskan-Nya untuk memberikan peringatan kepada umat manusia dengan Al Qur’an. Dan Allah SWT menjelaskan pula hal itu sebagai berikut:
Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam; dia dibawa oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas. (Asy Syu’araa’ 192-195)
Dan Kami turunkan (Al Qur’an) itu dengan sebenar-benarnya dan Al Qur’an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. (Al Israa’ 105)
Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi khabar gembira dengan Al Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (Maryam 97)
Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), yaitu diturunkan dari Allah Yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi, (yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy. (Thaahaa 2-5)
Rasulullah SAW memberikan peringatan dan kabar gembira dengan Al Qur’an tersebut bersamaan dengan beliau menjelaskan (menyampaikan) Al Qur’an kepada manusia. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (An Nahl 44)
Karena itulah Allah SWT perintahkan Rasulullah SAW melalui wahyu-Nya (firman-Nya) yang disampaikan oleh Jibril seperti yang dijelaskan sunnah Rasulullah di atas:
Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! (Al Muddatstsir 1-2)
Dan perintah Allah tersebut juga dijelaskan melalui firman-Nya ini:
Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa’atpun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa. (Al An’aam 51)
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al Ghaasyiyah 21-22)
Tilmidzi: “Apakah para Rasul sebelum Rasulullah SAW memberikan kabar gembira, peringatan dan penjelasan kepada kaumnya dengan ayat-ayat-Nya (kitab-Nya)?”
Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan tidaklah Kami mengutus para Rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (Al An’aam 48-49)
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, keterangan-keterangan (mu’jizat) dan Kitab-Kitab. (An Nahl 43-44)
Kami tidak mengutus seorang Rasulpun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. (Ibrahim 4)
Contoh Nabi Musa yang memberikan peringatan kepada Bani Israil (umat manusia) dengan Taurat yang Dia turunkan sebelum Al Qur’an, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Dan sebelum Al Qur’an itu telah ada Kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan ini (Al Qur’an) adalah Kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi khabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al Ahqaaf 12)
Dan tiadalah kamu berada di dekat gunung Thur ketika Kami menyeru (Musa), tetapi (Kami beritahukan ini kepadamu) sebagai rahmat dari Tuhanmu, supaya kamu memberi peringatan kepada kaum (Quraisy) yang sekali-kali belum datang kepada mereka pemberi peringatan sebelum kamu agar mereka ingat. (Al Qashash 46)
Wallahu a’lam.