Dialog Seri 20: 27
Tilmidzi: “Apakah yang Fir’aun lakukan setelah menyetujui waktu pertandingan antara para ahli sihirnya dengan Nabi Musa?”
Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Maka Fir’aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang. (Thaahaa 60)
Para pembesar negeri berunding mengatur siasat dengan melemparkan berbagai usulan yang baik ataupun yang buruk demi untuk mengalahkan Nabi Musa. Setelah itu mereka merahasiakan hasil perundingannya. Allah SWT menjelaskan itu sebagai berikut:
Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka dan mereka merahasiakan percakapan (mereka). (Thaahaa 62)
Fir’aun lalu memutuskan usulan-usulan yang dirundingkan oleh para pembesarnya dan dia memerintahkan mereka sebagai berikut:
Fir’aun berkata (kepada pemuka kaumnya): “Datangkanlah kepadaku semua ahli-ahli sihir yang pandai!” (Yunus 79)
Tilmidzi: “Apakah ahli-ahli sihir dari negeri Mesir lalu mendatangi Fir’aun?”
Mudariszi: “Para ahli sihir dari Mesir mendatangi Fir’aun. Mereka lalu dijelaskan oleh para pembesar negeri tentang tujuan bertanding sihir dan dijelaskan tentang tujuan Nabi Musa dengan sihirnya. Mereka lalu diminta untuk bersungguh-sungguh dalam bertanding sihir. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Mereka berkata: “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama. Maka himpunlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris, dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari ini.” (Thaahaa 63-64)
Para ahli sihir lalu bertanya kepada Fir’aun, sebagai berikut:
Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Fir’aun mengatakan: “(Apakah) sesungguhnya kami akan mendapat upah jika kamilah yang menang?” (Al A’raaf 113)
Maka tatkala ahli-ahli sihir itu datang, mereka bertanya kepada Fir’aun: “Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?” (Asy Syu’araa’ 41)
Dan Fir’aun memberikan jawabannya, yaitu sebagai berikut:
Fir’aun menjawab: “Ya, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku).” (Al A’raaf 114)
Fir’aun menjawab: “Ya, kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan (kepadaku).” (Asy Syu’araa’ 42)
Tilmidzi: “Apakah Fir’aun, para pembesarnya, rakyatnya dan para ahli sihir mendatangi tempat pertandingan pada hari (waktu) yang ditetapkan?”
Mudariszi: “Ya! Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Lalu dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang ma’lum, dan dikatakan kepada orang banyak: “Berkumpullah kamu sekalian, semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang.” (Asy Syu’araa’ 38-40)
Tilmidzi: “Bagaimana jalannya pertandingan sihir tersebut?”
Mudariszi: “Setelah Nabi Musa dan para ahli sihir itu bertemu (berkumpul), para ahli sihir lalu bertanya kepada Nabi Musa sebagai berikut:
(Setelah mereka berkumpul), mereka berkata: “Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?” (Thaahaa 65)
Ahli-ahli sihir berkata: “Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu ataukah kami yang akan melemparkan?” (Al A’raaf 115)
Nabi Musa lalu mengatakan kepada para ahli sihir tersebut sebagai berikut:
Berkatalah Musa kepada mereka: “Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan.” (Asy Syu’araa’ 43)
Musa menjawab: “Lemparkanlah (lebih dahulu)!” (Al A’raaf 116)
Para ahli sihir lalu melemparkan tali-tali dan tongkat-tongkat mereka ke tanah:
Lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat mereka dan berkata: “Demi kekuasaan Fir’aun, sesungguhnya kami benar-benar akan menang.” (Asy Syu’araa’ 44)
Allah SWT menjelaskan ketika para ahli sihir melemparkan tali dan tongkat-tongkatnya, melalui firman-Nya ini:
Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan). (Al A’raaf 116)
Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka. (Thaahaa 66)
Para ahli sihir menyulap (menyihir) mata orang yang melihatnya sehingga itu membuat mereka takut terhadap tali dan tongkat-tongkatnya, karena terlihat menjadi ular. Dan Nabi Musa termasuk pula yang takut melihatnya, dan hal itu dijelaskan firman-Nya ini:
Maka Musa merasa takut dalam hatinya. (Thaahaa 67)
Tilmidzi: “Apakah takutnya Nabi Musa itu berarti beliau menyerah kalah?”
Mudariszi: “Allah SWT mengetahui isi hati Nabi Musa yang takut melihat ular-ular hasil sihir dari para ahli sihir. Allah SWT lalu mewahyukan kepada Nabi Musa sebagai berikut:
Kami berkata: “Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia datang.” (Thaahaa 68-69)
Dan Kami wahyukan kepada Musa: “Lemparkanlah tongkatmu!” (Al A’raaf 117)
Allah SWT menjelaskan ketika Nabi Musa melemparkan tongkatnya sebagai berikut:
Kemudian Musa melemparkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu. (Asy Syu’araa’ 45)
Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. (Al A’raaf 117)
Dengan tongkat Nabi Musa menelan semua ular dari para ahli sihir, maka pemenangnya adalah Nabi Musa. Selain itu diketahui pula kebenaran mu’jizat dengan sihir yang disaksikan oleh semua orang yang hadir. Sehingga terbukti perkara yang benar (mu’jizat daripada-Nya) dan yang salah (sihir dari syaitan). Allah SWT berfirman:
Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. (Al A’raaf 118)
Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina. (Al A’raaf 119)
Karena itu Nabi Musa lalu mengatakan kepada para ahli sihir, Fir’aun dan kaumnya yang menyaksikan pertandingan tersebut, sebagai berikut:
Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata: “Apa yang kamu lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidak benarannya.” Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan. Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya). (Yunus 81-82)
Tilmidzi: “Bagaimana tanggapan para ahli sihir itu setelah kejadian tersebut (kalah)?”
Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: “Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa.” (Thaahaa 70)
Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud (kepada Allah), mereka berkata: “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, (yaitu) Tuhan Musa dan Harun.” (Asy Syu’araa’ 46-48)
Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata: “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, (yaitu) Tuhan Musa dan Harun.” (Al A’raaf 120-122)
Para ahli sihir mengakui kekalahannya dan lalu bersujud kepada Allah SWT dan beriman kepada-Nya. Para ahli sihir melakukan hal tersebut karena mereka mengetahui sihirnya itu bukan mu’jizat dari Allah SWT. Jika sihirnya itu mu’jizat dari Allah SWT, maka tidak mungkin sihirnya tersebut akan dimakan (dikalahkan) oleh sihir Nabi Musa (seperti yang dikatakan oleh Fir’aun dan para pembesarnya). Mereka mengetahui bahwa apa yang dilakukan oleh Nabi Musa dengan tongkatnya itu bukan sihir, tapi mu’jizat dari Allah SWT; dan mereka mengetahui pula bahwa sihirnya itulah yang dari syaitan. Dan Allah SWT menjelaskan bahwa sihir itu memang dari syaitan melalui firman-Nya ini:
Hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia. (Al Baqarah 102)
Syaitan dari golongan jin mengajarkan sihir kepada manusia, misalnya kepada para ahli sihir dari Mesir tersebut, sehingga mereka dapat (mampu) melakukan sihir. Ahli-hli sihir bersama-sama dengan syaitan dari golongan jin lalu mengajarkan pula sihirnya tersebut kepada orang lain. Jika di antara ahli-ahli sihir itu bertanding sihir, maka seorang ahli sihir tidak akan selalunya menang atau kalah. Tapi ketika semua ahli sihir itu bertanding dengan Nabi Musa, sihir-sihir dari semua ahli sihir itu dikalahkan (ditelan) oleh tongkat Nabi Musa, sehingga tongkat Nabi Musa itu menunjukkan sebagai mu’jizat-Nya. Hal itulah yang membuat para ahli sihir lalu mengetahui bahwa yang dilakukan oleh Nabi Musa itu bukan sihir, tapi sesuatu yang datang dari Pencipta mu’jizat (bukan sihir), yaitu Allah SWT Tuhan Nabi Musa dan Nabi Harun, Tuhan semesta alam. Dan karena itu para ahli sihir tersebut lalu bersujud dan beriman kepada-Nya.”
Tilmidzi: “Bagaimana Fir’aun melihat para ahli sihir bersujud dan beriman kepada-Nya?”
Mudariszi: “Fir’aun terkejut melihat bersujudnya para ahli sihir itu sambil mengatakan beriman kepada Allah SWT (Tuhan Nabi Musa dan Nabi Harun) karena kekalahannya. Hal itu membuat Fir’aun marah, dan dia mengancaman para ahli sihir sebagai berikut:
Fir’au berkata: “Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya (perbuatan) ini adalah suatu muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya dari padanya; maka kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan ini). Demi, sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik, kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya.” (Al A’raaf 123-124)
Berkata Fir’aun: “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya.” (Thaahaa 71)
Berbagai tuduhan (fitnah) dan ancaman siksaan dilontarkan oleh Fir’aun kepada para ahli sihir itu. Fir’aun mengatakan demikian karena dia menuruti hawa nafsunya; Fir’aun dihantui oleh kekhawatirannya akan kehilangan kekuasaannya karena Nabi Musa telah memenangi pertandingan dan para ahli sihir telah menjadi orang-orang yang beriman atau tidak mengikutinya lagi. Fir’aun khawatir jika apa yang dilakukan oleh para ahli sihir tersebut bukan tidak mungkin akan diikuti pula oleh kaumnya yang lain.”
Tilmidzi: “Bagaimana tanggapan para ahli sihir mendengar ancaman Fir’aun itu?”
Mudariszi: “Para ahli sihir yang telah beriman itu lalu menjawab sebagai berikut:
Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mu’jizat) yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya).” (Thaahaa 72-73)
Ahli-ahli sihir itu menjawab: “Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali. Dan kamu tidak menyalahkan kami melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami.” (Mereka berdo’a): “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).” (Al A’raaf 125-126)
Para ahli sihir mengatakan seperti di atas itu karena mereka telah mengetahui syaitan yang membuatnya mempelajari sihir dan melakukan sihir. Sehingga ancaman Fir’aun itu tidak berpengaruh bagi mereka, karena mereka mengetahui Fir’aun itupun bagian dari syaitan yaitu syaitan dari golongan manusia. Mereka mengetahui Fir’aun itu bagian dari syaitan karena Fir’aun mengingkari mu’jizat-Nya yang dikatakannya sihir, padahal sihir dan mu’jizat-Nya itu berbeda dan Fir’aun sendiri telah pula menyaksikannya.”
Tilmidzi: “Jika demikian, apakah Fir’aun tidak menerima kekalahan tersebut?”
Mudariszi: “Fir’aun harus menerima kekalahannya, tapi dia enggan mengakuinya. Jika Fir’aun mengakui kekalahan, maka berarti dia akan mengakui mu’jizat-Nya, sehingga dia harus beriman kepada-Nya seperti para ahli sihir. Karena itu Fir’aun tetap mengatakan Nabi Musa melakukan sihir. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan tatkala telah datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata: “Sesungguhnya ini adalah sihir yang nyata.” (Yunus 76)
Maka tatkala mu’jizat-mu’jizat Kami yang jelas itu sampai kepada mereka, berkatalah mereka: “Ini adalah sihir yang nyata.” (An Naml 13)
Selain dikatakan sebagai ahli sihir, Nabi Musa juga dikatakan oleh Fir’aun sebagai orang gila dan pendusta. Tujuan Fir’aun menuduh demikian agar kaumnya tidak mempercayai dan tidak mengikuti Nabi Musa. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan juga pada Musa (terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah) ketika Kami mengutusnya kepada Fir’aun dengan membawa mu’jizat yang nyata. Maka dia (Fir’aun) berpaling (dari iman) bersama tentaranya dan berkata: “Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila.” (Adz Dzaariyaat 38-39)
Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata kepada Fir’aun, Hamman dan Qarun, maka mereka berkata: “(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.” (Al Mu’min 23-24)
Tilmidzi: “Bagaimana tanggapan Nabi Musa setelah mendengar tuduhan Fir’aun itu?”
Mudariszi: “Nabi Musa lalu mengatakan kepada Fir’aun sebagai berikut:
Musa berkata: “Apakah kamu mengatakan terhadap kebenaran waktu ia datang kepadamu, sihirkah ini? Padahal ahli-ahli sihir itu tidaklah mendapat kemenangan.” (Yunus 77)
Fir’aun tetap tidak menerima penjelasan Nabi Musa itu. Fir’aun kemudian mengatakan kepada Nabi Musa dengan tuduhan lain, yaitu sebagai berikut:
Mereka berkata: “Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi? Kami tidak mempercayai kamu berdua.” (Yunus 78)
Maka tatkala Musa datang kepada mereka dengan (membawa) mu’jizat-mu’jizat Kami yang nyata, mereka berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang dibuat-buat dan kami belum pernah mendengar (seruan yang seperti) ini pada nenek moyang kami dahulu.” (Al Qashash 36)
Sehingga Nabi Musa lalu mengatakan kepada Fir’uan dan kaumnya sebagai berikut:
Musa menjawab: “Tuhanku lebih mengetahui orang yang (patut) membawa petunjuk dari sisi-Nya dan siapa yang akan mendapat kesudahan (yang baik) di negeri akhirat. Sesungguhnya tidaklah akan mendapat kemenangan orang-orang yang zalim.” (Al Qashash 37)
Dan setelah itu, Fir’aun lalu bertindak angkuh, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta.” Dan berlaku angkuhlah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. (Al Qashash 38-39)
Wallahu a’lam.