Dialog Seri 20: 36
Tilmidzi: “Bagaimana Allah SWT melebihkan Bani Israil di suatu masa?”
Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan sesungguhnya telah Kami selamatkan Bani Israil dari siksaan yang menghinakan dari (azab) Fir’aun. Sesungguhnya dia adalah orang yang sombong, salah seorang dari orang-orang yang melampaui batas. Dan sesungguhnya telah Kami pilih mereka dengan pengetahuan (Kami) atas bangsa-bangsa. Dan Kami telah memberikan kepada mereka di antara tanda-tanda kekuasaan (Kami) sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang nyata. (Ad Dukhaan 30-33)
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil Al Kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian dan Kami berikan kepada mereka rezeki-rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya). (Al Jaatsiyah 16)
Allah SWT melebihkan Bani Israil atas bangsa-bangsa lain di masanya, yaitu dibantu-Nya mengalahkan kekuasaan Fir’aun dan diberikan-Nya kitab Taurat kepada Nabi Musa, dimana Taurat itu kitab pelita dan petunjuk bagi manusia. Taurat bukan hanya untuk Bani Israil saja tapi juga untuk manusia atau bangsa-bangsa lain. Allah SWT berfirman:
Allah berfirman: “Hai Musa sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku.” (Al A’raaf 144)
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan petunjuk dan rahmat agar mereka ingat. (Al Qashash 43)
Bani Israil yang bersama Nabi Musa ketika beliau menerima Taurat, menjadikan yang pertama yang mendapat pengajaran Taurat. Dan pada waktu pengajaran Taurat itu Bani Israil tersebut telah diambil janjinya oleh Allah SWT, sebagai berikut:
Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka 12 (dua belas) orang pemimpin dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada Rasul-Rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Ku-masukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (Al Maa-idah 12)
Selain diberikan Taurat yang menjadi petunjuk hidup, Bani Israil diberikan pula makanan dan minuman oleh Allah SWT sebagai kebutuhan hidup mereka. Allah SWT berfirman:
Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: “Pukullah batu itu dengan tongkatmu.” Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (Al Baqarah 60)
Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu manna dan salwa. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. (Al Baqarah 57)
Allah SWT melebihkan Bani Israil di masa itu dijelaskan oleh Nabi Musa sebagai berikut:
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat Nabi-Nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang lain.” (Al Maa-idah 20)
Tilmidzi: “Apakah Bani Israil itu bersyukur kepada Allah SWT?”
Mudariszi: “Kebanyakan dari Bani Israil tidak bersyukur kepada Allah SWT, yaitu mereka tidak taat mengikuti syariat agama-Nya yang dijelaskan oleh Taurat dan Nabi Musa ketika mereka menjalani hidupnya. Allah SWT berfirman:
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya agar kamu bertakwa.” Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang-orang yang rugi. (Al Baqarah 63-64)
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada Ibu Bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Al Baqarah 83)
Tilmidzi: “Apakah kebanyakan Bani Israil itu tetap tidak taat mengikuti syariat agama-Nya (tidak taat mengikuti Taurat dan sunnah Nabi Musa) setelah Nabi Musa wafat?”
Mudariszi: “Kebanyakan Bani Israil yang tidak taat mengikuti syariat agama-Nya setelah Nabi Musa wafat itu tidak berbeda. Mereka tetap lebih suka menuruti hawa nafsunya atau mengikuti syaitan daripada mengikuti Allah SWT dan agama-Nya. Bahkan sejak Nabi Musa wafat, kebanyakan Bani Israil menjadi suka dengan kehidupan dunia yang dipenuhi dengan berbagai kesenangan. Jika Bani Israil di masa Nabi Musa berhasil ditipu oleh syaitan tentang Allah SWT, maka setelah Nabi Musa wafat, Bani Israil berhasil ditipu oleh syaitan hingga mereka menyukai kehidupan dunia. Padahal Allah SWT telah memperingatkan tentang kehidupan dunia itu sebagai berikut:
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (Faathir 5)
Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. (Al Mu’min 39)
Tilmidzi: “Apakah dampak buruk dari suka mengikuti kehidupan dunia?”
Mudariszi: “Dampak buruk dari menyukai kehidupan dunia, yaitu cenderung menuruti hawa nafsunya guna mencapai kesenangan dunia sehingga akan melanggar syariat agama-Nya. Contoh, mereka mengusir atau membunuh saudaranya sendiri hanya demi untuk memperoleh harta (keuntungan) dunia, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya. Kemudian (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. (Al Baqarah 84-85)
Contoh lain, mereka menangkap ikan di hari yang dilarang oleh agama-Nya demi untuk memperoleh harta (keuntungan) dunia, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. (Al A’raaf 163)
Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina.” (Al Baqarah 65)
Tilmidzi: “Apakah di antara Bani Israil itu ada yang merubah ayat-ayat Taurat karena untuk memperoleh kesenangan dunia?”
Mudariszi: “Bani Israil di masa Nabi Musa suka mengganti perintah Allah dalam Taurat atau perintah Nabi Musa, yaitu seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Dan (ingatlah), ketika dikatakan kepada mereka (Bani Israil): “Diamlah di negeri ini saja (Baitul Maqdis) dan makanlah dari (hasil bumi)nya dimana saja kamu kehendaki.” Dan katakanlah: “Bebaskanlah kami dari dosa kami dan masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Kelak akan Kami tambah (pahala) kepada orang-orang yang berbuat baik.” Maka orang-orang yang zalim di antara mereka itu mengganti (perkataan itu) dengan perkataan yang tidak dikatakan kepada mereka, maka Kami timpakan kepada mereka azab dari langit disebabkan kezaliman mereka. (Al A’raaf 161-162)
Jika mereka sudah berani merubah perintah Allah ketika bersama Nabi Musa, maka mereka lebih berani lagi merubah ayat-ayat Taurat setelah Nabi Musa wafat karena menuruti hawa nafsunya untuk memperoleh kesenangan dunia. Mereka merubah atau menyembunyikan ayat-ayat Taurat yang tidak sesuai dengan keinginan mereka untuk mencapai kesenangan dunia. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia.” Katakanlah: “Siapakah yang menurunkan Kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan Kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan Bapak-Bapak kamu tidak mengetahui(nya)?” Katakanlah: “Allah-lah (yang menurunkannya).” (Al An’aam 91)
Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong. (Al Baqarah 86)
Tilmidzi: “Bukankah dengan dirubahnya ayat-ayat Taurat itu maka agama-Nya yang dijelaskan oleh Taurat dan Nabi Musa menjadi berubah?”
Mudariszi: “Ya! Dengan dirubahnya ayat-ayat Taurat, maka agama-Nya dan syariat agama-Nya yang dijelaskan dalam Taurat itu tidak lagi seperti yang diajarkan oleh Nabi Musa. Agama-Nya yang dijelaskan oleh Taurat dan Nabi Musa menjadi tidak benar. Bani Israil atau umat Nabi Musa yang mengikuti Taurat yang berubah itu membuat mereka menjadi tidak beragama dengan agama-Nya yang benar, dan mereka akan menjadi sesat. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka. (At Taubah 29)
Dan jika anak cucu mereka atau orang-orang yang lahir kemudian juga mengikuti Taurat yang berubah itu, maka mereka juga tidak akan beragama dengan agama-Nya yang benar dan akan menjadi sesat. Karena itu Allah SWT mengutuk Bani Israil yang merubah atau menyembunyikan ayat-ayat Taurat tersebut, sebagai berikut:
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya. (Al Maa-idah 13)
Dan mereka berkata: “Hati kami tertutup.” Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman. (Al Baqarah 88)
Tilmidzi: “Mengapa Allah SWT sampai mengutuk Bani Israil tersebut?”
Mudariszi: “Karena perbuatan Bani Israil yang merubah ayat-ayat Taurat hingga agama-Nya untuk manusia itu berubah akan menyesatkan orang-orang yang lahir kemudian. Mereka itu tidak berbeda dengan Iblis yang ingin menyesatkan manusia hingga kiamat dengan jalan sebagai berikut:
Dia (Iblis) berkata: “Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya kecuali sebahagian kecil.” (Al Israa’ 62)
Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (Al A’raaf 16)
Akibat dari keinginan Iblis itu, maka Allah SWT lalu mengutuknya, sebagai berikut:
Allah berfirman: “Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat.” (Al Hijr 34-35)
Tilmidzi: “Apakah di antara Bani Israil itu ada yang beriman dan bertakwa kepada-Nya?”
Mudariszi: “Di antara Bani Israil ada yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, tapi jumlah mereka tidak banyak. Mereka taat mengikuti syariat agama-Nya ketika menjalani hidupnya, contoh seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.” Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (Al A’raaf 164-165)
Bani Israil yang beriman itu ditunjuki-Nya kepada jalan yang lurus dengan Taurat, dan dengan petunjuk-Nya itu pula mereka memimpin manusia dengan adil. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan Kami jadikan Al Kitab (Taurat) itu petunjuk bagi Bani Israil. Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (As Sajdah 23-24)
Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak dan dengan yang hak itulah mereka menjalankan keadilan. (Al A’raaf 159)
Bani Israil yang beriman itu memelihara ayat-ayat Taurat dan syariat agama-Nya, dan mereka menggunakannya ketika memutuskan perkara yang dihadapi oleh umat manusia yang dipimpinnya. Mereka tidak mengganti (merubah) ayat-ayat Taurat demi untuk memperoleh keuntungan dunia bagi dirinya. Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh Nabi-Nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (Al Maa-idah 44)
Yahudi dalam firman-Nya di atas yaitu golongan dari anak cucu salah satu dari dua belas anak cucu Bani Israil yang suka mengingkari Taurat dan Nabi Musa dan yang paling banyak pengikutnya dan pengaruhnya.”
Tilmidzi: “Apakah berubahnya ayat-ayat Taurat menimbulkan perselisihan di antara umat Nabi Musa dan di antara Bani Israil?”
Mudariszi: “Berubahnya ayat-ayat Taurat yang berakibat berubahnya agama Allah yang diajarkan (dibawa) oleh Nabi Musa itu menimbulkan perselisihan di antara umat Nabi Musa yaitu yang beriman dan yang tidak beriman. Umat Nabi Musa yang tidak beriman itu yang merubah ayat-ayat Taurat dan mereka dari Bani Israil. Mereka itu tetap mengikuti Taurat (meskipun sudah berubah). Sehingga di antara Bani Israil itu terjadi perselisihan yaitu antara yang mengikuti Taurat yang asli dan yang mengikuti Taurat yang berubah. Adanya Bani Israil yang mengikuti Taurat yang asli karena Allah SWT mewariskan Taurat kepada Bani Israil seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa; dan Kami wariskan Taurat kepada Bani Israil untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berfikir. (Al Mu’min 53-54)
Perselisihan itu tidak kunjung teratasi karena Bani Israil yang mengikuti Taurat yang berubah tidak ingin meninggalkan agama-Nya meskipun syariat agama-Nya berubah. Mereka mengatakan Taurat itulah yang benar karena Taurat (yang berubah) itu membuat mereka memperoleh keinginannya dalam kehidupan dunia. Sedangkan Bani Israil yang beriman yang berjumlah sedikit tidak pernah berhasil menyadarkan mereka karena mereka beramal (berbuat) untuk kehidupan akhirat. Karena tidak dapat diatasi, maka Allah SWT menjelaskan bahwa Dia akan mengatasi perselisihan di antara umat Nabi Musa termasuk di antara Bani Israil, sebagai berikut:
Sesungguhnya diwajibkan (menghormati) hari Sabtu atas orang-orang (Yahudi) yang berselisih padanya. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan di antara mereka di hari kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu. (An Nahl 124)
Dan sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israil di tempat kediaman yang bagus dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik. Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu. (Yunus 93)
Tilmidzi: “Jika jumlah yang beriman sedikit, bagaimana Allah SWT mengatasi orang-orang yang lahir kemudian agar tidak sesat atau tidak mengikuti Taurat yang berubah?”
Mudariszi: “Untuk mengatasi perselisihan tentang Taurat agar orang-orang yang lahir kemudian tidak menjadi sesat, Allah SWT lalu mengutus Nabi-Nabi dari Bani Israil dengan diberikan ayat-ayat-Nya kepada Bani Israil yang menjelaskan perselisihan di antara mereka. Tapi setiap Nabi Bani Israil yang diutus-Nya kepada Bani Israil dengan membawa ayat-ayat-Nya yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, lalu Nabi itu diingkarinya atau dibunuhnya. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa suatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu angkuh; maka beberapa orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (Al Baqarah 87)
Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka Rasul-Rasul. Tetapi setiap datang seorang Rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari Rasul-Rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencanapun (terhadap mereka dengan membunuh Nabi-Nabi itu), maka (karena itu) mereka menjadi buta dan pekak, kemudian Allah menerima taubat mereka, kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli (lagi). Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (Al Maa-idah 70-71)
Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan) disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh Nabi-Nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: “Hati kami tertutup.” Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka. (An Nisaa’ 155)
Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (Al Baqarah 61)
Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang memberikan keputusan di antara mereka pada Hari Kiamat tentang apa yang selalu mereka perselisihkan padanya. (As Sajdah 25)
Wallahu a’lam.