Bagaimana Maryam Yang Tidak Bersuami Melahirkan Nabi ‘Isa?

Dialog Seri 20: 45

 

Tilmidzi: “Apakah Maryam itu seorang dari Bani Israil?”

 

Mudariszi: “Ya! Maryam adalah puteri keluarga Imran yang Ibunya menginginkan agar Allah SWT mengaruniakannya seorang anak sebagai berikut:

 

(Ingatlah) ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk. (Ali ‘Imran 35-36)

 

Baitul Maqdis dalam firman-Nya di atas adalah tempat ibadah dan kiblat bagi umat Nabi Musa termasuk Bani Israil, dan hal itu dijelaskan firman-Nya ini:

 

Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka. (Al Baqarah 145)

 

Orang-orang Yahudi dalam firman-Nya di atas adalah Bani Israil yang diberikan-Nya kitab Taurat. Sedangkan orang-orang Nasrani adalah umat Nabi ‘Isa yang diberikan-Nya kitab Injil di samping kitab Taurat itu sendiri sebagai kitab warisan  bagi Bani Israil yaitu kepada Nabi ‘Isa. Allah SWT berfirman:

 

Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa; dan Kami wariskan Taurat kepada Bani Israil untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berfikir. (Al Mu’min 53-54)

 

Tilmidzi: “Apakah nazar isteri ‘Imran itu tidak dikabulkan oleh Allah SWT?”

 

Mudariszi: “Allah SWT sebenarnya menerima nazar isteri ‘Imran, tetapi karena manusia tidak mengetahui takdir-Nya, maka isteri ‘Imran merasa nazarnya tidak dikabulkan-Nya dengan melahirkan anak perempuan. Contoh Allah SWT mengabulkan permintaan atau nazar isteri ‘Imran, yaitu Dia melindungi Maryam dari syaitan ketika dilahirkan. Hal itu dijelaskan oleh Rasulullah SAW sebagai berikut:

 

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Aku mendengar Rasulul­lah SAW bersabda: Tidak ada seorang bayipun dari bani Adam (manu­sia) kecuali dijamah setan ketiga ia lahir, maka ia menangis keras-keras oleh jamahan setan, selain (bayi) Maryam dan putranya (Isa).” (HR Bukhari)

 

Contoh lain, isteri ‘Imran meminta kepada-Nya agar anaknya dapat berkhidmat di Baitul Maqdis, maka Allah SWT menjadikan Nabi Zakariya, yaitu Rasul-Nya yang shaleh dan berilmu, sebagai pemelihara Maryam. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dan Zakaria, Yahya, ‘Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh. (Al An’aam 84-85)

 

Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. (Ali ‘Imran 37)

 

Nabi Zakariya pula saudara Maryam, seperti djelaskan oleh Rasulullah SAW ini:

 

Dari Malik bin Shashaah, dia berkata: Sesungguhnya Rasulullah SAW memberitakan kepada para sahabat: Yahya dan Isa, yang keduanya adalah putra bibi (dari Ibu, yakni Ibunda Isa, Maryam adalah saudara Ibunda Yahya, Isya). (HR Bukhari)

 

Dengan demikian, Maryam memperoleh ilmu agama-Nya dari Nabi Zakariya dan suka beribadah di Baitul Maqdis.”

 

Tilmidzi: “Apakah Maryam itu wanita yang shaleh dan taat kepada Allah SWT?”

 

Mudariszi: “Pengajaran Nabi Zakariya menjadikan Maryam sebagai wanita yang shaleh dan taat kepada Allah SWT. Maryam menghabiskan waktunya dengan taat beribadah kepada Allah SWT di Baitul Maqdis. Kedekatan Maryam dengan Allah SWT diketahui oleh Nabi Zakariya sebagai berikut:

 

Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (Ali ‘Imran 37)

 

Nabi Zakaria mempercayai ucapan Maryam (dalam firman-Nya di atas) itu karena beliau mengetahui ketaatan Maryam kepada Allah SWT. Rasulullah SAW menjelaskan tentang Maryam sebagai berikut:

 

Dari Abu Musa Al-Asyari, dia berkata: Bersabda Rasulullah SAW: Banyak dari kaum laki-laki yang sempurna dan tidaklah sempurna dari kaum perempuan selain Maryam putri Imran dan Asiyah istri Fir’aun.” (HR Bukhari)

 

Dari Ali, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sebaik-baik kaum perempuan (di masa)nya adalah Maryam putri Imran, dan sebaik-baik kaum perempuan (umat kini)nya adalah Khadi­jah. (HR Bukhari)

 

Tilmidzi: “Apakah Allah SWT menghendaki sesuatu dari Maryam hingga Dia memberikan makanan kepadanya?”

 

Mudariszi: “Ketika itu tiada siapapun yang mengetahui apa yang dikehendaki oleh Allah SWT terhadap Maryam kecuali Dia saja. Taatnya Maryam kepada Allah SWT membuat semua orang tidak mencurigai perbuatannya termasuk ketika Maryam menjauh dari keluarganya untuk menyendiri di suatu tempat, seperti dijelaskan firman-Nya ini:

 

Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur’an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka. (Maryam 16-17)

 

Ketika menyendiri, Maryam tetap taat beribadah kepada Allah SWT hingga lalu didatangi oleh malaikat Jibril dalam bentuk manusia. Allah SWT menjelaskan itu sebagai berikut:

 

Lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. (Maryam 17)

 

Maksud dari Kami mengutus roh Kami kepadanya dalam firman-Nya di atas, yaitu Allah SWT mengutus Jibril kepada Maryam.”

 

Tilmidzi: “Apakah yang dilakukan oleh Maryam ketika mengetahui didatangi seseorang?”

 

Mudariszi: “Maryam terkejut hingga mengatakan sebagai berikut:

 

Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah jika kamu seorang yang bertakwa. (Maryam 18)

 

Firman-Nya di atas menunjukkan bahwa ketakwaan Maryam membuatnya langsung meminta perlindungan kepada Allah SWT atas orang yang tidak dikenalnya. Jibril yang mengetahui ketakutan Maryam itu lalu menenangkannya sebagai berikut:

 

Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang orang yang rukuk.” (Ali ‘Imran 42-43)

 

Tilmidzi: “Apakah tujuan Jibril mendatangi Maryam?”

 

Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci. (Maryam 19)

 

Tilmidzi: “Bagaimana tanggapan Maryam mendengar penjelasan Jibril tersebut?”

 

Mudariszi: “Maryam terheran-heran dengan penjelasan Jibril tersebut sehingga beliau lalu bertanya kepada Jibril sebagai berikut:

 

Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun.(Ali ‘Imran 47)

 

Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” (Maryam 20)

 

Tilmidzi: “Apakah yang dijelaskan oleh Jibril atas pertanyaan Maryam itu?”

 

Mudariszi: “Jibril lalu menjelaskan kepada Maryam sambil menyampaikan firman-Nya (kalimat-Nya), yaitu sebagai berikut:

 

Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.” Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia. (Ali ‘Imran 47)

 

Jibril berkata: “Demikianlah. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan. (Maryam 21)

 

Adapun putera yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada Maryam dengan kalimat-Nya itu adalah seperti yang dijelaskan firman-Nya ini:

 

(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih ‘Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh. (Ali ‘Imran 45-46)

 

Tilmidzi: “Apakah Maryam hamil dan melahirkan Nabi ‘Isa dengan terjadi begitu saja tanpa proses hamil dan melahirkan seperti proses perkawinan laki-laki dan perempuan?”

 

Mudariszi: “Allah SWT menjadikan manusia melalui perkawinan laki-laki dan perempuan, yaitu melalui proses pembuahan air mani laki-laki hingga pembentukannya dalam rahim perempuan. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur. (Al Insaan 2)

 

Bukankah Kami telah menciptakan kamu dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim), sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan. (Al Mursalaat 20-23)

 

Maryam yang tidak melakukan perkawinan dengan laki-laki, maka air mani dalam rahim Maryan yang dibuahkannya itu terjadi karena kalimat-Nya, yaitu seperti yang dijelaskan sebelumnya (dalam firman-Nya) di atas. Menjadikan air mani laki-laki dalam rahim Maryam tidak sulit bagi Allah SWT, karena di tubuh manusia ada partikel (saripati) tanah yang dapat menjadi air mani. Jibril yang cerdas mudah membuat saripati tanah dalam tubuh Maryam menjadi air mani yang lalu dipindahkan ke dalam rahim Maryam hingga terjadi pembuahan. Setelah itu Allah SWT kemudian membentuk Nabi ‘Isa dalam rahim Maryam (melalui malaikat utusan-Nya). Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minuun 12-14)

 

Tilmidzi: “Bukankah Allah SWT meniupkan roh ciptaan-Nya ke setiap tubuh manusia, sehingga apakah Dia juga meniupkan roh ciptaan-Nya ke tubuh Nabi ‘Isa?”

 

Mudariszi: “Ya! Allah SWT meniupkan roh ciptaan-Nya ke setiap tubuh manusia dalam rahim Ibu ketika Dia membentuk dan menyempurnakannya. Allah SWT dan Rasulullah SAW menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya. (As Sajdah 7-9)

 

Dari Abdullah (ibnu Masud), dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya seorang dari kamu penciptaannya dikumpulkan dalam perut Ibunya selama empat puluh hari. Kemudian menjadi segumpal darah seperti itu empat puluh hari. Kemudian menjadi sepotong daging seperti itu empat puluh hari. Kemudian (sesudah membentuk), Allah mengutus malaikat dan diperintahkan dengan empat kalimat dan dikatakan kepadanya: “Tulislah amalnya, rezkinya, ajalnya dan celaka atau bahagia, kemudian ditiupkan roh kepadanya. (HR Bukhari)

 

Maka, demikian pula dengan Nabi ‘Isa ketika dalam rahim Maryam, yaitu Allah SWT meniupkan roh ciptaan-Nya ke tubuh beliau dan Dia lalu membentuk tubuhnya dan menyempurnakannya. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami. (At Tahriim 12)

 

Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya roh dari Kami. (Al Anbiyaa’ 91)

 

Dengan adanya roh ciptaan-Nya di tubuh Nabi ‘Isa dalam rahim Maryam, maka Maryam hamil (mengandung anak) karena tubuh Nabi ‘Isa membesar. Allah SWT berfirman:

 

Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. (Maryam 22)

 

Dan jika perempuan hamil melahirkan bayinya pada waktu yang Dia tetapkan, seperti dijelaskan firman-Nya ini:

 

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi. (Al Hajj 5)

 

Maka demikian pula dengan Maryam yang melahirkan Nabi ‘Isa pada waktu yang Dia tetapkan, seperti dijelaskan firman-Nya ini:

 

Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon korma. (Maryam 23)

 

Demikian itulah yang terjadi dengan Nabi ‘Isa yang Allah SWT jadikannya (ciptakannya) dalam rahim Maryam, yaitu Dia menciptakan Nabi ‘Isa dengan kalimat-Nya atau Dia menciptakan beliau tanpa Bapak dalam rahim Maryam, hingga Maryam hamil dan melahirkan beliau ke dunia sebagai manusia biasa yang berupa laki-laki.”

 

Tilmidzi: “Apakah penciptaan Nabi ‘Isa putera Maryam yang tanpa Bapak itu tidak berbeda dengan penciptaan Nabi Adam yang tanpa orang tua?”

 

Mudariszi: “Ya! Jika Allah SWT menciptakan Nabi ‘Isa dari saripati tanah dengan kalimat-Nya seperti yang dijelaskan sebelumnya, maka Nabi Adam juga diciptakan-Nya dari tanah yang mengandung banyak saripati dengan kalimat-Nya. Allah SWT berfirman:

 

Sesungguhnya misal (penciptaan) ‘Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah ia. (Ali ‘Imran 59)

 

Jika Allah SWT meniupkan roh ciptaan-Nya ke tubuh Nabi ‘Isa ketika dalam rahim Maryam seperti dijelaskan sebelumnya di atas, maka Dia juga meniupkan roh ciptaan-Nya ke tubuh Nabi Adam, seperti dijelaskan firman-Nya ini:

 

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiaannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya. (Shaad 71-72)

 

Karena itu Allah SWT menjelaskan tentang penciptaan Nabi ‘Isa itu sebagai berikut:

 

Sesungguhnya Al Masih, ‘Isa putra Maryam itu adalah utusan (Rasul) Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. (An Nisaa’ 171)

 

Kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan dengan tiupan roh dari-Nya dalam firman-Nya di atas itu dilakukan oleh Jibril, yaitu Jibril menyampaikan kalimat-Nya kepada Maryam dan meniupkan roh ciptaan-Nya ke tubuh Nabi ‘Isa dalam rahim Maryam. Dengan demikian Nabi ‘Isa yang diciptakan-Nya dengan kalimat-Nya dan tanpa Bapak itu dilaksanakan oleh Jibril. Perbedaan penciptaan Nabi ‘Isa dan Nabi Adam, yaitu Nabi ‘Isa diciptakan-Nya di dalam rahim Ibu (Maryam), sedangkan Nabi Adam diciptakan-Nya di luar rahim Ibu, seperti dijelaskan oleh Rasulullah SAW berikut ini:

 

Dari Annas, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Ketika Allah SWT membentuk Adam di surga, Allah SWT membiarkan apa yang ingin dibiarkanNya. (HR Muslim)

 

Tilmidzi: “Bagaimana ketika Maryam melahirkan Nabi ‘Isa?”

 

Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan ketika Maryam ingin melahirkan Nabi ‘Isa berikut ini:

 

Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan. (Maryam 23)

 

Maryam mengeluh dengan mengatakan seperti dalam firman-Nya di atas, yaitu karena Maryam merisaukan tuduhan keji dari orang-orang yang mengatakan beliau melahirkan anak di luar perkawinan. Sekalipun Maryam menjelaskan dengan yang sebenarnya, sulit bagi manusia untuk menerima kebenaran pernjelasannya terlebih lagi tidak ada saksi. Jibril mengetahui kerisauan hati Maryam, Jibril lalu menenangkannya sebagai berikut:

 

Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini. (Maryam 24-26)

 

Rasulullah SAW menjelaskan ketika Maryam melahirkan Nabi ‘Isa sebagai berikut:

 

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Aku mendengar Rasulul­lah SAW bersabda: Tidak ada seorang bayipun dari bani Adam (manu­sia) kecuali dijamah setan ketiga ia lahir, maka ia menangis keras-keras oleh jamahan setan, selain (bayi) Maryam dan putranya (Isa).” (HR Bukhari)

 

Sunnah Rasulullah di atas menunjukkan bahwa permintaan isteri ‘Imran (Ibu Maryam) dikabulkan oleh Allah SWT, yaitu Dia bukan saja melindungi Maryam tapi juga anaknya Nabi ‘Isa. Selain itu, nazar isteri ‘Imran juga dikabulkan-Nya dengan Maryam melahirkan Nabi ‘Isa karena beliau dijadikan-Nya sebagai Rasul-Nya yang berkhidmat di Baitul Maqdis, sekalipun nazarnya itu tidak langsung tapi melalui Maryam yang perempuan.”

 

Tilmidzi: “Apakah Maryam lalu membawa  puteranya (Nabi ‘Isa) kembali ke rumahnya?”

 

Mudariszi: “Maryam kemudian membawa Nabi ‘Isa dengan menggendongnya kembali ke rumahnya. Hal itu mengakibatkan Maryam akan bertemu dengan kaumnya. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. (Maryam 27)

 

Kaum Maryam (Bani Israil) yang melihat Maryam menggendong bayi, lalu menanyakan perihal bayi tersebut. Sehingga terjadilah berbagai tuduhan dan fitnah atas Maryam yang dirisaukannya. Allah SWT menjelaskan hal itu dalam firman-Nya ini:

 

Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat munkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan Ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina. (Maryam 27-28)

 

Maryam tidak menjawab pertanyaan dan tuduhan kaumnya dan Maryam hanya berbuat mengikuti petunjuk dari Jibril, yaitu sebagai berikut:

 

Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: ”Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini. (Maryam 26)

 

Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. (Maryam 29)

 

Penjelasan Maryam dengan isyarat itu membuat kaumnya semakin ingin mengetahui, dan hal itu dijelaskan firman-Nya ini:

 

Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” (Maryam 29)

 

Tilmidzi: “Apakah yang Maryam lakukan dengan pertanyaan kaumnya itu?”

 

Mudariszi: “Mendengar ucapan kaumnya, Nabi ‘Isa yang masih bayi dan digendong itu tiba-tiba berbicara dan menjelaskan kepada kaumnya, sebagai berikut:

 

Berkata ‘Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati dimana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada Ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. (Maryam 30-33)

 

Dan Allah SWT lalu menjelaskan melalui firman-Nya ini:

 

Itulah ‘Isa putera Maryam yang mengatakan perkataan yang benar yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (Maryam 34)

 

Allah SWT membiarkan Nabi ‘Isa yang masih bayi dapat berbicara kepada kaumnya agar Bani Israil mengetahui bahwa kelahiran beliau yang tanpa Bapak itu karena Allah SWT atau karena kekuasaan-Nya (mu’jizat-Nya). Penjelasan Nabi ‘Isa tersebut juga untuk menghilangkan tuduhan keji atas Maryam. Allah SWT menjelaskan itu sebagai berikut:

 

Dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. (Al Anbiyaa’ 91)

 

Tilmidzi: “Bagaimana Allah SWT memelihara Nabi ‘Isa dan Maryam?”

 

Mudariszi: “Tuduhan dan fitnah dari kaumnya itu tidak memungkinkan Maryam dapat memelihara Nabi ‘Isa dengan baik, sehingga menghendaki Allah SWT lalu memelihara keduanya di tempat yang lebih baik. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan telah Kami jadikan (‘Isa) putera Maryam beserta Ibunya suatu bukti yang nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minuun 50)

 

Al masih putra Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa Rasul, dan Ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. (Al Maa-idah 75)

 

Kedua hamba-Nya (manusia) yang terdiri dari Ibu dan anak itu menjalani hidupnya di suatu tempat seperti manusia lainnya menjalani hidupnya.”

 

Wallahu a’lam.

Leave a Reply