Dialog Seri 1: 6
Tilmidzi: “Apakah Rasulullah SAW mencatat ayat-ayat Al Qur’an yang diterimanya dari Jibril?”
Mudariszi: “Setiap Rasulullah SAW menerima wahyu-wahyu Allah (ayat-ayat Al Qur’an) dari Jibril, beliau lalu membacakannya kepada sahabat beliau dan memerintahkan mereka untuk mencatatnya. Contoh seperti yang dijelaskan sunnah Rasulullah ini:
Dari Al Barra, dia berkata: “Ketika turun ayat: “Tidaklah sama antara mu’min yang duduk (yang tidak turut berperang) dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah” (surat An Nisaa’ ayat 95), Rasulullah SAW bersabda: “Panggilkan aku Zaid dan hendaklah (suruhlah) ia datang dengan membawa papan (saba’), tinta dan tulang bahu.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Tulislah.” (HR Bukhari)
Sunnah Rasulullah di atas menunjukkan bahwa wahyu Allah yang diterima oleh Rasulullah SAW dari Jibril itu ditulis di papan, tulang, batu oleh para sahabat. Adapun beberapa sahabat Rasulullah yang mengumpulkan dan mencatat ayat-ayat Al Qur’an itu adalah sebagai berikut:
Dari Qatadah, ia berkata: “Aku bertanya kepada Anas bin Malik: “Siapa yang mengumpulkan Al Qur’an pada zaman Rasulullah?” Anas menjawab: “Empat orang, semuanya dari golongan Anshar: Ubaiy bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid.” (HR Bukhari)
Selain memerintahkan para sahabat untuk mencatat ayat-ayat Al Qur’an, Rasulullah SAW juga memerintahkan mereka untuk membacanya, menghafalkannya, mempelajarinya (memahaminya) dan mengamalkannya. Para sahabat membaca, menghafal, mempelajari, mengamalkan ayat-ayat Al Qur’an tersebut dengan mengikuti pengajaran dari Rasulullah, dimana pengajaran beliau itu pula mengikuti pengajaran dari Jibril. Sehingga di antara para sahabat tersebut ada yang berilmu Al Qur’an, contohnya seperti dijelaskan sunnah Rasulullah ini:
Dari Abdullah bin Mas’ud, katanya: “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Ambillah Al Qur’an dari empat orang: Abdullah bin Mas’ud, Salim, Mu’adz dan Ubay bin Ka’ab.” (HR Bukhari)
Tilmidzi: “Apakah Rasulullah SAW mencatat ayat-ayat Al Qur’an karena mengikuti perintah Allah?”
Mudariszi: “Tidak ada perintah Allah kepada Rasulullah SAW untuk mencatat ayat-ayat Al Qur’an. Tetapi perintah Allah kepada Rasulullah SAW untuk menyampaikan dan menjelaskan Al Qur’an kepada manusia itu lalu menjadikan Rasulullah SAW mencatat semua ayat-ayat Al Qur’an yang diterimanya. Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Qur’an) untuk manusia dengan membawa kebenaran. (Az Zumar 41)
Kami turunkan kepadamu Al Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (An Nahl 44)
Para sahabat yang bersama Rasulullah SAW ketika Al Qur’an diturunkan kepada beliau dapat membaca, menghafal, mempelajari dan mengamalkan Al Qur’an. Jika mereka lupa atau tidak mengetahui ta’wil ayat-ayat Al Qur’an, mereka dapat langsung bertanya kepada Rasulullah SAW. Tapi Allah SWT tidak menjadikan manusia itu hidup kekal di dunia. Allah SWT berfirman:
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (Al ‘Ankabuut 57)
Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun. (Al Anbiyaa’ 34)
Jika Rasulullah SAW wafat, maka tidak ada lagi tempat untuk bertanya bagi para sahabat. Demikian pula jika semua para sahabat yang hafal Al Qur’an wafat, maka tidak ada tempat untuk bertanya karena tidak ada catatan. Sehingga, dengan sendirinya Al Qur’an akan lenyap dan orang-orang yang lahir kemudian tidak akan mengetahuinya. Padahal Al Qur’an itu untuk manusia (seperti yang dijelaskan di atas), termasuk untuk orang-orang yang lahir kemudian hingga kiamat. Karena itu, agar Al Qur’an tidak lenyap karena wafatnya Rasulullah SAW dan para sahabat yang hafal Al Qur’an, Rasulullah SAW lalu memerintahkan sahabat beliau untuk mencatat semua ayat-ayat Al Qur’an yang beliau terima.”
Tilmidizi: “Mengapa susunan ayat-ayat Al Qur’an dalam kitab Al Qur’an tidak mengikuti urutan ayat-ayat Al Qur’an yang diterima oleh Rasulullah SAW?”
Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya ini:
Al Qur’an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh. (Al Buruuj 21-22)
Al Qur’an yang tersimpan dalam Lauh Mahfuzh dari firman-Nya di atas memiliki susunan ayat-ayat Al Qur’an yang Dia telah tetapkan. Sehingga, walaupun susunan ayat-ayat Al Qur’an dalam kitab Al Qur’an tidak sesuai dengan urutan ayat-ayat Al Qur’an yang diterima oleh Rasulullah SAW, tapi susunan ayat-ayat Al Qur’an dalam kitab Al Qur’an itu sesuai dengan susunan ayat-ayat Al Qur’an yang ada dalam kitab Lauh Mahfuzh, karena Allah SWT berfirman:
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya. (Al An’aam 115)
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Al Hijr 9)
Sempurnanya kalimat Allah (Al Qur’an) dalam firman-Nya di atas menunjukkan susunan ayat-ayat Al Qur’an dalam kitab Al Qur’an yang ada sekarang telah sesuai dengan susunan Al Qur’an yang ada dalam kitab Lauh Mahfuzh.”
Tilmidzi: “Tapi mengapa Allah SWT tidak menurunkan ayat-ayat Al Qur’an itu menurut urutan susunan ayat-ayat Al Qur’an dalam kitab Lauh Mahfuzh?”
Mudariszi: “Karena Allah SWT hendak memudahkan Rasulullah SAW membaca dan memahami ayat-ayat Al Qur’an dan agar memudahkan beliau pula dalam menyampaikan dan menjelaskan ayat-ayat Al Qur’an tersebut kepada manusia. Allah SWT berfirman:
Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah). (Thaahaa 2-3)
Dan Al Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (Al Israa’ 106)
Contoh, Allah SWT menurunkan sebagian ayat-ayat Al Qur’an mengikuti kejadian yang menimpa Rasulullah SAW ketika itu. Ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT itu merupakan jawaban atas perkara yang sedang dihadapi oleh beliau. Jalan (cara) tersebut menjadikan Rasulullah SAW memahami ayat-ayat Al Qur’an dan hikmah-hikmahnya. Sehingga jalan (cara) itu memudahkan beliau dalam menjelaskan ayat-ayat Al Al Qur’an tersebut kepada umat manusia. Umat Rasulullah pula menjadi mudah memahami ayat-ayat Al Qur’an karena adanya hikmah-hikmah Al Qur’an yaitu perbuatan dan penjelasan Rasulullah (sunnah Rasulullah). Allah SWT berfirman:
Dia-lah yang mengutus kepada kamu yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al Jumu’ah 2-3)
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (Al Baqarah 151)
Dengan demikian, perbedaan susunan ayat-ayat Al Qur’an dalam kitab Al Qur’an dengan ketika ayat-ayat Al Qur’an itu diturunkan kepada Rasulullah SAW, justru menguntungkan umat manusia, karena menjadi dimudahkan dalam membaca, menghafal dan memahami Al Qur’an dengan hikmah-hikmahnya melalui sunnah (perbuatan dan penjelasan) Rasulullah. Semua itu dapat terjadi karena Allah SWT berfirman:
Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu, maka (katakanlah olehmu): “Ketahuilah, sesungguhnya Al Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah.” (Huud 14)
Tilmidzi: “Jika demikian, apakah susunan ayat-ayat Al Qur’an dalam kitab Al Qur’an itu karena mengikuti perintah Allah?”
Mudariszi: “Ya! Perintah Allah kepada Jibril itu bukan hanya untuk menyampaikan ayat-ayat Al Qur’an kepada Rasulullah SAW, tapi juga termasuk perintah menyusun ayat-ayat Al Qur’an pada tempat-tempatnya. Perintah Allah itu lalu dilaksanakan oleh Rasulullah SAW, yaitu dengan menghafalkannya dan memerintahkan para sahabat untuk menyusun ayat-ayat Al Qur’an (yang beliau terima) pada tempat-tempatnya serta menamakan surat-suratnya. Dan perintah Rasulullah itu dijelaskan dalam sunnah beliau ini:
Yazid Al Farisi dari Ibnu Abbas menceritakan kepada kami, ia berkata: “Utsman berkata: “Rasulullah SAW dalam masa yang lama tiada turun sesuatu dan (terkadang) dalam masa yang lama (selalu) turun ayat-ayat yang panjang, dan ketika turun padanya sesuatu (dari Al Qur’an) beliau memanggil orang-orang yang menulis (wahyu) dan beliau bersabda: “Letakkan ayat-ayat ini di dalam surat yang disebut di dalamnya ayat ini dan itu.” Tatkala turun padanya ayat, beliau bersabda: “Letakkan ayat ini di dalam surat yang disebut di dalamnya ayat ini dan itu.” (HR Tirmidzi)
Rasulullah SAW tidak berani bertindak sendiri dalam menyusun penempatan ayat-ayat Al Qur’an, karena beliau takut dengan ancaman-Nya ini:
Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. (Al Haaqqah 43-46)
Tilmidzi: “Bagaimana Rasulullah SAW dapat mengingat semua ayat-ayat Al Qur’an yang diterimanya hingga tersusun di tempat-tempatnya sesuai dengan kehendak-Nya?”
Mudariszi: “Rasulullah SAW dapat menghafal dan memahami Al Qur’an tersebut karena diajarkan oleh Allah SWT melalui Jibril. Allah SWT berfirman:
(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al Qur’an. (Ar Rahmaan 1-2)
Kami akan membacakan (Al Qur’an) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak akan lupa. (Al A’laa 6)
Ucapannya (Muhammad) itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai akal yang cerdas. (An Najm 4-6)
Setiap ayat-ayat Al Qur’an yang disampaikan dan diajarkan oleh Jibril, akan dibaca oleh Rasulullah SAW lalu dihafalkannya. Jibril akan mengoreksi bacaan dan hafalan beliau pada kunjungan berikutnya. Selain mengoreksi bacaan beliau, Jibril menjelaskan pula tempat ayat-ayat Al Qur’an yang beliau terima di surat-suratnya masing-masing. Jibril mendatangi Rasulullah SAW setiap malam di bulan Ramadhan guna mengoreksi bacaan dan hafalan Al Qur’an beliau termasuk penempatan ayat-ayatnya dan surat-suratnya. Di tahun menjelang beliau wafat, Jibril mendatangi beliau dua kali, seperti dijelaskan sunnah Rasulullah ini:
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Adalah Rasulullah SAW manusia yang paling baik dengan perkara yang baik dan lebih baiknya sesuatu yang terdapat dalam bulan Ramadhan, karena Jibril menemuinya pada setiap malam dalam bulan Ramadhan hingga bulan Ramadhan itu berlalu. Rasulullah SAW menyodorkan Al Qur’an kepada Jibril. Maka apabila beliau dijumpai Jibril, beliaulah orang yang paling dermawan dengan kebajikan dibanding dengan yang berhembus.” (HR Bukhari)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Adalah Jibril menyodorkan Al Qur’an kepada Rasulullah SAW pada setiap tahun satu kali. Kemudian mengajukan kepada beliau dua kali pada tahun menjelang beliau wafat. Dan beliau setiap tahun i’tikaf sepuluh kali. Kemudian dua puluh kali pada tahun menjelang beliau wafat.” (HR Bukhari)
Koreksi bacaan dan hafalan Al Qur’an Rasulullah termasuk susunan ayat-ayat Al Qur’an dan surat-suratnya itu berlangsung selama dua puluh tahun. Itu merupakan waktu yang lama sehingga memungkinkan beliau dapat membaca dan menghafalkan Al Qur’an dengan benar. Karena itu, walaupun susunan ayat-ayat Al Qur’an dalam kitab Al Qur’an yang ada sekarang ini tidak mengikuti urutan turunnya ayat-ayat Al Qur’an tersebut, tapi susunan ayat-ayat Al Qur’an dalam kitab Al Qur’an itu benar menurut kehendak-Nya dan sesuai dengan susunan ayat-ayat Al Qur’an dalam kitab Lauh Mahfuzh. Jika ayat-ayat Al Qur’an itu disusun mengikuti urutan ayat-ayat yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, maka Al Qur’an itu menjadi kisah perjalanan hidup Rasulullah SAW dalam menerima ayat-ayat Al Qur’an. Hal itu bukanlah yang dikehendaki oleh Allah SWT, karena itu Dia menjelaskan melalui firman-Nya ini:
Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya. (Ali ‘Imran 3)
Wallahu a’lam.