Bagaimana Allah SWT Turunkan Al Qur’an Hingga Ke Manusia?

Dialog Seri 1: 3

 

Tilmidizi: “Apakah Rasulullah SAW sudah mengetahui akan menerima Al Qur’an dari Allah SWT?”

 

Muadriszi: “Rasulullah SAW tidak mengetahui akan menerima Al Qur’an dari Allah SWT, bahkan beliau tidak pernah mengharapkannya. Hal itu dijelaskan dalam Al Qur’an sebagai berikut:

 

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al Qur’an). (Asy Syuura 52)

 

Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Qur’an diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu. (Al Qashash 86)

 

Tilmidzi: “Bagaimana Allah SWT menurunkan Al Qur’an kepada Rasulullah SAW?”

 

Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan tentang Dia dalam Al Qur’an sebagai berikut::

 

Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. (Al An’aam 103)

 

Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia. (An Naba’ 37)

 

Karena sifat Allah seperti dijelaskan di atas, maka Dia menurunkan ayat-ayat-Nya (kitab-Nya) kepada Rasul-Nya sebagai berikut:

 

Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. (Asy Syuura 51)

 

Contoh Allah SWT tidak berkata-kata dengan manusia kecuali dengan perantaraan wahyu, yaitu seperti yang terjadi pada Nabi Ibrahim ketika menerima wahyu-Nya berupa mimpi yang beliau menyembelih anaknya sendiri, seperti dijelaskan sebagai berikut:

 

Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku meyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggilah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. (Ash Shaaffaat 101-105)

 

Contoh Allah SWT tidak berkata-kata dengan manusia kecuali di belakang tabir, yaitu seperti yang terjadi pada Nabi Musa ketika bermunajat dengan Allah SWT hingga Dia berfirman langsung kepada beliau, seperti dijelaskan sebagai berikut:

 

Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.” Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala), niscaya kamu dapat melihat-Ku.” Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman.” (Al A’raaf 143)

 

Sedangkan maksud dari Allah SWT tidak berkata-kata dengan manusia kecuali dengan mengutus malaikat lalu diwahyukan kepadanya, yaitu seperti dijelaskan sebagai berikut:

 

(Dia-lah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai ‘Arsy, Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari Kiamat). (Al Mu’min 15)

 

Dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. (Asy Syuura 51)

 

Tilmidzi: “Apakah malaikat yang menerima wahyu Allah itu adalah juga utusan-Nya?”

 

Mudariszi: “Ya! Allah SWT menjelaskan dalam Al Qur’an sebagai berikut:

 

Allah memilih utusan-utusan(-Nya) dari malaikat dan dari manusia. (Al Hajj 75)

 

Ketika menurunkan Al Qur’an, Allah SWT memilih Jibril sebagai utusan-Nya dari golongan (makhluk) malaikat dan memilih Rasulullah SAW sebagai utusan-Nya dari golongan (makhluk) manusia. Allah SWT memberikan wahyu-wahyu-Nya (firman-firman-Nya) atau ayat-ayat Al Qur’an tersebut kepada Jibril untuk disampaikan dan dijelaskan kepada Rasulullah SAW. Dan hal itu dijelaskan dalam Al Qur’an sebagai berikut:

 

Sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya. (At Takwiir 19-21)

 

Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. (Asy Syu’araa 192-195)

 

Ucapannya (Muhammad) itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai akal yang cerdas. (An Najm 4-6)

 

Setelah menerima dari Jibril, Rasulullah SAW lalu menyampaikan dan menjelaskan ayat-ayat Al Qur’an atau wahyu-wahyu-Nya itu kepada manusia melalui kaum beliau.”

 

Tilmidzi: ”Apakah ada wahyu Allah yang diwahyukan langsung kepada Rasulullah SAW?”

 

Mudariszi: “Ya! Contohnya adalah wahyu-Nya yang diterima oleh Rasulullah SAW ketika beliau melakukan Israa’ Mi’raj, yaitu wahyu perintah shalat lima waktu sehari semalam, seperti dijelaskan dalam sunnah Rasulullah berikut ini:

 

Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW ber­sabda:Allah berfirman: Hai Muhammad! Sesungguhnya yang Aku fardlu­kan adalah lima shalat setiap sehari semalam. Setiap shalat mempunyai nilai sepuluh. Dengan demikian, lima shalat sama dengan lima-puluh shalat. Dan barangsiapa meniatkan kebaikan tetapi tidak melaksana­kannya, maka dicatat satu kebaikan baginya. Jika dia melaksanakan­nya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barangsiapa meniatkan kejahatan tetapi tidak jadi melaksanakannya, maka tidak se­suatupun dicatat. Kalau dia jadi mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan.” (HR Muslim)

 

Tapi firman atau wahyu Allah tersebut (di atas) bukan bagian dari ayat-ayat Al Qur’an, sehingga tidak ada dalam Al Qur’an.”

 

Tilmidzi: “Jika Al Qur’an itu merupakan wahyu-wahyu-Nya atau firman-firman-Nya atau ayat-ayat-Nya, apakah hal itu dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an?”

 

Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan Al Qur’an itu adalah wahyu-Nya, yaitu sebagai berikut:

 

Sesungguhnya Al Qur’an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia. (Al Haaqqah 40)

 

Allah SWT menjelaskan Al Qur’an itu adalah firman-Nya, yaitu sebagai berikut:

 

Sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril). (At Takwiir 19)

 

Allah SWT menjelaskan Al Qur’an itu adalah ayat-ayat-Nya, yaitu sebagai berikut:

 

Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Qur’an) yang nyata (dari Allah). (Al Qashash 2)

 

Karena itu Allah SWT menjelaskan bahwa ayat-ayat-Nya atau wahyu-wahyu-Nya atau firman-firman-Nya dalam Al Qur’an itu adalah ayat-ayat (atau kitab) yang disucikan, yaitu Al Qur’an. Dan hal itu dijelaskan dalam Al Qur’an sebagai berikut:

 

(Yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Qur’an). (Al Bayyinah 2)

 

Tilmidzi: “Apakah Allah SWT menjelaskan dalam Al Qur’an jika Nabi Muhammad SAW itu adalah Rasul-Nya yang menerima Al Qur’an?”

 

Mudariszi: “Ya! Allah SWT menjelaskan hal itu dalam Al Qur’an melalui firman-Nya ini:

 

Muhammad itu sekali-kali bukanlah Bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-Nabi. (Al Ahzab 40)

 

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. (Al Insaan 23)

 

Kami dalam firman-Nya di atas maksudnya adalah Allah SWT; digunakannya kata kami tersebut karena ayat-ayat Al Qur’an (wahyu-wahyu-Nya) itu disampaikan oleh Jibril kepada Rasulullah SAW. Dengan demikian, Allah SWT menurunkan Al Qur’an kepada Rasulullah SAW melalui Jibril.”

 

Tilmidzi: “Apakah ayat-ayat Al Qur’an yang disampaikan oleh Jibril kepada Rasulullah SAW itu disaksikan oleh orang lain?”

 

Mudariszi: “Ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah SAW disaksikan oleh penduduk Mekkah dan Madinah termasuk sahabat beliau. Mereka menyaksikan ketika Rasulullah SAW menerima ayat-ayat Al Qur’an dari Jibril. Dan Hal itu dijelaskan dalam Al Qur’an dengan firman-Nya berikut ini:

 

Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Qur’an pun yang baru (diturunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main. (Al Anbiyaa’ 2)

 

Tilmidzi: “Apakah Allah SWT menjelaskan Al Qur’an itu untuk manusia dan apakah Rasululah SAW diperintahkan-Nya untuk menyampaikan Al Qur’an itu kepada manusia?”

 

Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan Al Qur’an itu untuk manusia melalui firman-Nya ini:

 

Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Qur’an) untuk manusia dengan membawa kebenaran. (Az Zumar 41)

 

(Al Qur’an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia. (Ibrahim 52)

 

Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia. (Al Jaatsiyah 20)

 

Karena firman-Nya di atas, maka Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW untuk menyampaikan Al Qur’an kepada manusia termasuk menjelaskannya. Allah SWT berfirman:

 

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al Maa-idah 67)

 

Maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (An Nahl 82)

 

Di lain pihak, agar manusia mengetahui akan menerima Al Qur’an termasuk penjelasan dari Rasulullah SAW, maka Dia menjelaskan kepada manusia melalui firman-Nya ini:

 

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu’jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur’an). (An Nisaa’ 174)

 

Dengan demikian Allah SWT memberikan (menurunkan) Al Qur’an untuk manusia melalui Rasulullah SAW.”

 

Tilmidzi: “Apakah Rasulullah SAW menyampaikan ayat-ayat Al Qur’an kepada manusia seperti yang diterimanya tanpa ditambah atau dikurangi?”

 

Mudariszi: “Rasulullah SAW menyampaikan ayat-ayat Al Qur’an kepada kaumnya seperti yang diterimanya dari Jibril. Tidak mungkin Rasulullah SAW merubah ayat-ayat Al Qur’an karena beliau telah diperingatkan oleh Allah SWT dengan firman-Nya ini:

 

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: Datangkanlah Al Qur’an yang lain dari ini atau gantilah dia.” Katakanlah: “Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat). (Yunus 15)

 

Dan Al Qur’an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu. (Al Haaqqah 41-47)

 

Tilmidzi: “Apakah ayat-ayat Al Qur’an itu tidak dapat dirubah oleh siapapun?”

 

Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu melalui firman-Nya ini:

 

Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya. (Al An’aam 115)

 

Firman-Nya di atas terbukti, karena Al Qur’an dengan ayat-ayatnya hingga saat ini tidak berubah, yaitu tetap sama seperti ketika diturunkan-Nya kepada Rasulullah SAW. Hal itu terjadi karena Allah SWT berfirman:

 

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Al Hijr 9)

 

Wallahu a’lam.

Leave a Reply