Dialog Seri 8: 9
Tilmidzi: “Apakah mungkin manusia tidak dibisiki kejahatan oleh syaitan?”
Mudariszi: “Tidak mungkin manusia tidak dibisiki kejahatan oleh syaitan, karena Allah SWT telah membiarkan (mengizinkan) syaitan untuk menggoda manusia guna menguji perbuatan manusia di dunia. Contoh Samiri, yaitu syaitan dari golongan manusia yang menggoda umat Nabi Musa, sebagai berikut:
Allah berfirman: “Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.” Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: “Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?” Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya.” Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: “Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.” Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan? (Thaahaa 85-89)
Firman-Nya di atas menunjukkan bahwa Allah SWT membiarkan (mengizinkan) syaitan menggoda manusia agar Dia mengetahui bagaimana manusia berfikir dan berbuat terhadap godaan syaitan itu.”
Tilmidzi: “Apakah ada jalan bagi manusia untuk tidak dapat dibisiki kejahatan oleh syaitan?”
Mudariszi: “Tidak ada jalan bagi manusia untuk tidak dapat dibisiki kejahatan oleh syaitan, karena manusia tidak dapat melihat syaitan sedangkan syaitan dapat melihat manusia, seperti firman-Nya ini:
Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (Al A’raaf 27)
Contoh, Samiri itu syaitan dari golongan manusia (dalam firman-Nya di atas) yang dapat dilihat oleh umat Nabi Musa, tapi niat jahat di hati Samiri tidak diketahui oleh umat Nabi Musa karena tidak terlihat. Niat atau keinginan jahat di hati Samiri itulah syaitan. Sehingga, niat jahat (kejahatan) syaitan dari golongan jin makin tidak terlihat karena makhluk jin tidak terlihat oleh manusia. Syaitan dari golongan jin itu yang membisiki kejahatan ke dalam hati manusia.”
Tilmidzi: “Apakah manusia tidak dapat mengetahui letak hatinya?”
Mudariszi: “Hati manusia, tempat masuknya bisikan jahat syaitan, tidak diketahui letak keberadaannya oleh manusia. Manusia hanya dapat merasakan keberadaan hatinya, yaitu di dadanya. Allah SWT berfirman:
Ialah hati yang di dalam dada. (Al Hajj 46)
Manusia tidak mengetahui letak hatinya karena Allah SWT membatasi keduanya. Allah SWT berfirman:
Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya. (Al Anfaal 24)
Dengan manusia tidak mengetahui letak hatinya (karena dibatasi oleh Allah SWT) dan tidak pula dapat melihat syaitan, maka tidak ada jalan bagi manusia untuk tidak dapat dibisiki kejahatan oleh syaitan.”
Tilmidzi: “Apakah ada jalan bagi manusia untuk membatasi masuknya bisikan syaitan ke hati manusia?”
Mudariszi: “Ya ada! Yaitu dengan menjaga mata dan telinganya, karena keduanya tidak dibatasi dengan manusia oleh Allah SWT seperti Dia membatasi manusia dengan hatinya, sehingga manusia dapat menguasai mata dan telinganya. Sementara itu, hati terkait erat dengan penglihatan dan pendengarannya. Allah SWT menjelaskan melalui firman-Nya ini:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut Ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (An Nahl 78)
Contoh, seseorang dapat tertarik atas sesuatu yang dilihatnya atau didengarnya. Yang tertariknya itu adalah hatinya. Hal itu menunjukkan adanya keterkaitan antara hati dengan penglihatannya dan pendengarannya, yaitu sesuatu yang dilihat oleh matanya atau yang didengar oleh telinganya akan langsung ke hatinya. Hati lalu memahami sesuatu itu dengan memikirkannya melalui akalnya, karena akal terkait erat pula dengan hati. Allah SWT berfirman:
Lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami. (Al Hajj 46)
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (Az Zumar 21)
Proses hati memahami sesuatu karena ketertarikannya dari sejak dilihatnya atau didengarnya hingga dipikirkan dan dipahaminya itu sangat cepat. Setelah dipikirkan dan dipahaminya, sesuatu yang menarik hatinya itu dapat dibuangnya dari hatinya karena tidak disukainya, atau disimpan di hatinya karena disukainya dan menjadi keinginannya. Keinginan hati itu hanya dapat dicapai oleh perbuatannya, yaitu berbuat dengan semua organ yang ada pada tubuhnya. Allah SWT berfirman:
Dan supaya kamu mencapai suatu keperluan yang tersimpan dalam hati. (Al Mu’min 80)
Dengan demikian, salah satu manusia berkeinginan dan berbuat adalah karena manusia melihat atau mendengar sesuatu yang menarik hatinya. Dan Allah SWT menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (Al Insaan 2)
Perbuatan manusia untuk mencapai keinginannya itu wajib mengikuti syariat (peraturan) agama-Nya. Perbuatan yang melanggar syariat agama-Nya berakibat kepada perbuatan dosa, yaitu perbuatan yang diinginkan oleh syaitan. Karena itu, agar manusia mengurangkan (membatasi) perbuatan dosa, manusia dapat melakukannya dengan menjaga matanya dan telinganya dari melihat atau mendengar sesuatu yang dapat menimbulkan hawa nafsu dari syaitan yang menyuruh untuk berbuat keji dan jahat yang dilarang oleh syariat agama-Nya. Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. (Al Baqarah 169)
Tilmidzi: “Jika demikian, bukankah syaitan dapat mengetahui ketika manusia mempunyai keinginan atau tertarik atas sesuatu?”
Mudariszi: “Ya! Allah SWT menjelaskan melalui firman-Nya ini:
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasulpun dan tidak (pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu. (Al Hajj 52)
Firman-Nya di atas menunjukkan bahwa syaitan mengetahui ketika manusia berkeinginan, karena itu syaitan lalu menggodanya. Tapi syaitan dapat pula membuat manusia berkeinginan, yaitu dengan membuatnya melihat atau mendengar sesuatu yang membuat hatinya tertarik dan lalu menjadi keinginannya. Syaitan melakukannya dengan membisikkan janji-janji manis ke dalam hatinya. Godaan (bisikan) syaitan itu terasa indah dan bagus di hati manusia. Padahal janji-janji syaitan itu hanya tipu daya syaitan saja, karena syaitan selalu menyuruh manusia kepada kejahatan. Bisikan yang terasa indah di hati itu sulit diketahui oleh manusia dari syaitan. Sehingga, untuk membatasi masuknya bisikan syaitan ke hati hingga timbul hawa nafsu keinginannya (karena melihat atau mendengar sesuatu), manusia dapat menutup matanya atau telinganya atau mengalihkan pandangan matanya atau pendengaran telinganya kepada sesuatu yang lain. Allah SWT dan Rasulullah SAW memperingatkan manusia agar menjaga matanya, contohnya sebagai berikut:
Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al Maa-idah 100)
Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata: “Pada suatu saat Fadl membonceng Rasulullah SAW di kendaraannya, lalu didatangkan seorang perempuan dari Khats’am, Fadl melihat kepada perempuan itu, kemudian beliau memalingkan wajah Fadl ke arah yang lainnya.” (HR Bukhari)
Dan Allah SWT dan Rasulullah SAW memperingatkan pula manusia agar menjaga telinganya, contohnya sebagai berikut:
Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? (Al Munaafiquun 4)
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: “Sesungguhnya ada dua orang laki–laki dari Timur datang. Mereka berpidato dan membuat orang-orang merasa kagum akan ucapan mereka yang fasih. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya pada ucapan yang fasih itu ada unsur sihir. Atau sesungguhnya sebagian daripada ucapan fasih itu adalah sihir.” (HR Bukhari)
Tilmidzi: “Apakah ada jalan untuk menghilangkan bisikan syaitan itu?”
Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan melalui firman-Nya ini:
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasulpun dan tidak (pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. (Al Hajj 52)
Firman-Nya di atas menunjukkan bahwa bisikan syaitan yang jahat dapat dihilangkan dengan ayat-ayat-Nya. Tapi orang itu harus membaca ayat-ayat-Nya, karena firman-Nya di atas, Allah SWT menghilangkan bisikan syaitan dengan menguatkan ayat-ayat-Nya, itu berarti ayat-ayat-Nya tersebut telah diketahui (dibaca) oleh Nabi. Orang yang selalu membaca ayat-ayat-Nya akan membuatnya dilindungi oleh Allah SWT dari gangguan syaitan, karena dia mengetahui firman-Nya ini:
Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al A’raaf 200)
Contoh Rasulullah SAW yang digoda oleh syaitan ketika beliau melakukan shalat hingga beliau lalu dibantu oleh Allah SWT, seperti dijelaskan sunnah Rasulullah berikut ini:
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW, bahwa beliau melakukan suatu shalat, lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya setan menggoda kepadaku, maka berat terhadapku untuk memotong shalatku, lalu Allah memampukan aku dari (godaan)nya.” (HR Bukhari)
Dengan demikian, ayat-ayat-Nya bukan saja untuk menghilangkan bisikan syaitan yang jahat, tapi juga menahan dari masuknya bisikan syaitan. Ayat-ayat-Nya yang masuk ke hatinya (karena dibacanya) itu membuat dirinya dilindungi oleh Allah SWT. Sebaliknya, jika hatinya kosong dari ayat-ayat-Nya, maka dia tidak dilindungi oleh Allah SWT dan itu memudahkan syaitan membisikkan kejahatan ke hatinya. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan), maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (Az Zukhruf 36)
Berpaling dari pengajaran Allah dalam firman-Nya di atas adalah berpaling dari Al Qur’an, yaitu tidak membaca atau meninggalkan Al Qur’an setelah dibacanya (diketahuinya).”
Tilmidzi: “Jika demikian, apakah syaitan akan menggoda orang yang mau membaca Al Qur’an (ayat-ayat-Nya) agar tidak membacanya?”
Mudariszi: “Ya! Karena itu Allah SWT memerintahkan manusia ketika akan membaca Al Qur’an sebagai berikut:
Apabila kamu membaca Al Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (An Nahl 98)
Syaitan terhadap manusia yang membaca ayat-ayat-Nya (Al Qur’an) itu seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an ketika Al Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia. (Al Furqaan 29)
Tilmidzi: “Jika Allah SWT menghilangkan bisikan syaitan dengan menguatkan ayat-ayat-Nya, apakah itu berarti Dia membuat orang beriman melalui hatinya dengan ayat-ayat-Nya yang dibacanya?”
Mudariszi: “Ya! Ayat-ayat-Nya yang didengar oleh manusia melalui telinganya itu akan masuk ke hatinya; ciptaan-Nya di dunia yang dijelaskan dalam ayat-ayat-Nya (kitab-Nya) yang dilihat oleh manusia melalui matanya itu akan masuk ke hatinya; ayat-ayat-Nya yang dibacanya karena dilihatnya atau didengarnya itu akan masuk ke hatinya. Hatinya lalu memikirkan ayat-ayat-Nya tersebut dengan akalnya hingga dipahaminya. Jika dipahaminya dan diyakini kebenarannya, maka mereka mempercayai atau beriman kepada ayat-ayat-Nya dan kepada Allah SWT yang menurunkan ayat-ayat-Nya tersebut. Itu berarti Allah SWT membuat orang menjadi beriman yaitu melalui hatinya dengan ayat-ayat-Nya. Dan Allah SWT menjelaskan hal itu pula sebagai berikut:
Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut ‘Isa yang setia: “Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku.” Mereka menjawab: “Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).” (Al Maa-idah 111)
Allah SWT ilhamkan kepada pengikut Nabi ‘Isa dalam firman-Nya di atas adalah Dia memasukkan ilham ke dalam hati pengikut Nabi ‘Isa hingga mereka beriman kepada Allah SWT dan Nabi ‘Isa. Karena itu, hati para Nabi yang penuh dengan ayat-ayat-Nya, lalu dikuatkan lagi oleh Allah SWT dengan ayat-ayat-Nya tersebut ketika syaitan menggodanya, hingga mereka meyakini kebenaran ayat-ayat-Nya yang menjelaskan kejahatan syaitan, dan itu membuat godaan (bisikan) syaitan dalam hatinya menjadi hilang. Allah SWT berfirman:
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasulpun dan tidak (pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. (Al Hajj 52)
Dengan demikian, orang yang selalu membaca (memahami) ayat-ayat-Nya (kitab-Nya), maka dia akan menjadi orang yang beriman. Orang itu akan berbuat (beramal) dengan taat mengikuti ayat-ayat-Nya atau syariat agama-Nya. Syaitan dengan bisikan atau janji-janji manisnya, menjadi sulit menyesatkan orang beriman itu karena dia dilindungi oleh Allah SWT melalui ayat-ayat-Nya yang dipahaminya (di hatinya). Orang itu menjadi seperti hamba-Nya dalam firman-Nya berikut ini:
Allah berfirman: “Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat.” (Al Hijr 41-42)
Syaitan terhadap hamba-Nya itu menjadi seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW sebagai berikut:
Dari Mujahid dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Satu orang yang pandai agama itu lebih berat bagi syaitan dari pada seribu orang ahli ibadah.” (HR Tirmidzi)
Dengan demikian, iman manusia terjadi di hatinya. Dan karena itu pula syaitan membisikkan kejahatannya ke hati manusia untuk mengurangkan atau menghilangkan imannya hingga mereka menjadi tersesat ketika menjalani hidupnya di dunia.”
Tilmidzi: “Jika demikian, apakah Allah SWT menguji keimanan manusia itu melalui hatinya, yaitu dengan membiarkan syaitan menggodanya (membisikkannya janji-janji manis)?”
Mudariszi: “Ya! Allah SWT membiarkan syaitan menggoda manusia dengan bisikan janji-janji manisnya agar menyukai kehidupan dunia dan melupakan Allah SWT dan ayat-ayat-Nya. Orang beriman yang membaca (memahami) ayat-ayat-Nya cenderung selalu waspada terhadap apa yang masuk ke dalam hatinya. Orang itu cenderung mengembalikan bisikan yang masuk ke hatinya dan mengganggu hatinya itu kepada ayat-ayat-Nya yang diketahuinya. Meskipun demikian, tidak selalunya dia mengetahui bisikan itu dari syaitan, karena pandainya syaitan dalam membisikkan janji-janji. Rasulullah SAW juga merasakan hal tersebut, karena itu beliau selalu berdoa kepada-Nya sebagai berikut:
Dari Abu Hani, bahwa dia mendengar Abu Abdurrahman Al Hubuliy, bahwa dia mendengar Abdullah bin Amer bin Al Ash, sesungguhnya dia mendengar Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya hati seluruh manusia itu berada dalam genggaman jemari Allah Yang Maha Pengasih seperti songgok hati saja. Dia mampu membolak-balikannya menurut mau–Nya.” Kemudian Rasulullah SAW berdo’a: “Ya Allah Yang membolak-balikkan hati, arahkanlah hati kami untuk taat kepada–Mu.” (HR Muslim)
Membolak-balikkan hati manusia menurut mau-Nya dalam sunnah Rasululah di atas, yaitu Dia membiarkan bisikan syaitan masuk ke dalam hatinya dan Dia menghilangkan bisikan syaitan itu. Jika orang bertakwa tertipu oleh syaitan hingga dia mengikuti bisikan syaitan, maka Allah SWT akan membersihkan hatinya yang berdosa tapi bukan karena keinginannya. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji kamu apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (Ali ‘Imran 154)
Demikian pula jika Allah SWT berkehendak untuk memperbaiki hati orang yang bertaubat kepada-Nya, maka Dia membersihkan hatinya yang kotor karena syaitan itu dengan ayat-ayat-Nya atau kitab-Nya (Al Qur’an) yang Dia turunkan untuk manusia. Allah SWT berfirman:
Dengan Kitab (Al Qur’an) itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Al Maa-idah 16)
Allah SWT akan membuatnya membaca ayat-ayat-Nya dan mengajarkannya dengan ayat-ayat-Nya itu hingga dipahaminya dan lalu ditunjukinya kepada jalan yang lurus untuk bebuat kebajikan atau beramal shaleh guna memperbaiki dan membersihkan hatinya dari dosa-dosanya karena syaitan sebelumnya.”
Tilmidzi: “Apakah iman Nabi (Rasul) masih dapat tergoda oleh syaitan?”
Mudariszi: “Ya! Sekalipun Nabi-Nabi (Rasul-Rasul) itu orang-orang yang paling bertakwa, mereka tetap masih tergoda oleh syaitan jika tidak dilindungi-Nya. Contoh godaan syaitan terhadap Nabi Ibrahim hingga beliau meminta kepada Allah SWT agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan orang mati supaya hatinya mantap dari godaan syaitan. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku).” Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu.” (Allah berfirman): “Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al Baqarah 260)
Contoh lain, Rasulullah SAW tergoda oleh syaitan hingga beliau mengharamkan yang dihalalkan-Nya dan lalu ditegur oleh Allah SWT, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (At Tahriim 1)
Tilmidzi: “Jika demikian, apakah orang yang beriman dan yang membaca (mengetahui) ayat-ayat-Nya itu masih dapat disesatkan oleh syaitan?”
Mudariszi: “Ya! Jika Rasul atau Nabi saja masih tergoda oleh syaitan, maka orang biasa yang beriman akan lebih mudah dan cepat lagi tergoda oleh syaitan. Contoh, orang-orang beriman dari Ahli Kitab dan umat Islam hingga mereka menjadi orang-orang kafir dan munafik, yaitu sebagai berikut:
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah; maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya, diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya, dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (Al A’raaf 175-176)
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya (berlaku kikir). Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. (At Taubah 67)
Tilmidzi: “Apakah orang-orang seperti firman-Nya di atas itu yang hatinya ditutup oleh Allah SWT sehingga mereka tidak lagi ditunjuki-Nya?”
Mudariszi: “Ya! Disadari atau tidak disadarinya, mereka menjadi pengikut syaitan, karena mereka menyukai kehidupan dunia dan melupakan Allah SWT dan ayat-ayat-Nya. Mereka sengaja mengingkari ayat-ayat-Nya hanya untuk kesenangan dunia. Karena itu Allah SWT menutup hati, penglihatan dan pendengarannya. Allah SWT berfirman:
Dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al Ahqaaf 26)
Akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum kafir. Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai. (An Nahl 106-108)
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Al Jaatsiyah 23)
Hati, penglihatan dan pendengarannya ditutup oleh Allah SWT dalam firman-Nya di atas, yaitu ditutup dari memahami ayat-ayat-Nya, sehingga mereka tidak pernah mengetahui yang benar dan yang salah menurut agama-Nya. Benar atau salah yang mereka ketahui hanya menurut hawa nafsunya saja. Mereka menjadi tersesat sejauh-jauhnya dan menjadi seperti Iblis, yaitu menghalang-halangi manusia dari jalan-Nya yang lurus. Allah SWT berfirman:
Barangsiapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. (Al A’raaf 186)
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. (Al Baqarah 6-7)
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). (Al Furqaan 43-44)
Tilmidzi: “Jika demikian, apakah mungkin manusia dapat lolos dari jeratan (penyesatan) syaitan jika tidak dibantu oleh Allah SWT?”
Mudariszi: “Sulit bagi manusia untuk dapat lolos dari penyesatan syaitan jika tidak dibantu atau dilindungi oleh Allah SWT. Agar Allah SWT melindunginya hingga syaitan sulit menggodanya, manusia hendaknya membaca (memahami) ayat-ayat-Nya dan berbuat (beramal) dengan mengikuti ayat-ayat-Nya dan syariat agama-Nya dengan taat ketika menjalani hidupnya. Ketaatannya itu akan membuatnya dirahmati oleh Allah SWT hingga Dia lalu mengaruniakannya petunjuk kepada jalan yang lurus. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikuti syaitan, kecuali sebagian kecil saja (di antaramu). (An Nisaa’ 83)
Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. (An Nuur 21)
Dan sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar). (An Nuur 20)
Wallahu a’lam.