Dialog Seri 9: 1
Tilmidzi: “Apakah ayat-ayat Allah itu?”
Mudariszi: “Ayat-ayat Allah (ayat-ayat-Nya) atau kalam Allah atau wahyu Allah atau firman Allah adalah keterangan (penjelasan) Allah atau penjelasan (keterangan) dari Allah SWT untuk manusia yang menjalani hidupnya di dunia. Ayat-ayat-Nya itu tersusun dalam kitab-Nya yang Dia turunkan (berikan) kepada Rasul-Rasul-Nya, dimana Rasul-Rasul-Nya lalu menjelaskan ayat-ayat-Nya tersebut kepada umat Rasul (manusia). Allah SWT berfirman:
Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu. (An Nuur 18)
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. (An Nuur 59)
Yang dimaksud dengan manusia itu adalah semua orang (laki-laki dan perempuan) yang dihidupkan (diciptakan) oleh Allah SWT di dunia dengan berbeda bangsa, suku, bahasa dan warna kulit. Allah SWT berfirman:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. (Al Hujuraat 13)
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. (Ar Ruum 22)
Tilmidzi: “Untuk apakah ayat-ayat-Nya (kitab-Nya) itu bagi manusia?”
Mudariszi: “Allah SWT menurunkan ayat-ayat-Nya untuk manusia agar dibaca dan dipelajarinya hingga diketahui perkara-perkara yang tidak diketahuinya sejak lahir di dunia. Allah SWT menjelaskan itu sebagai berikut:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut Ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. (An Nahl 78)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al ‘Alaq 1-5)
Firman-Nya di atas menunjukkan pula bahwa ayat-ayat-Nya (kalam-Nya) itu bukan saja penjelasan-Nya, tapi juga pengajaran-Nya bagi manusia dalam mengetahui perkara-perkara yang tidak diketahuinya. Allah SWT mengajarkan manusia tentang perkara-perkara yang tidak diketahuinya dengan ayat-ayat-Nya. Contoh, Allah SWT mengajarkan Al Qur’an (kitab-Nya yang berisikan ayat-ayat-Nya) kepada manusia, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al Qur’an. (Ar Rahmaan 1-2)
Karena Allah SWT menjelaskan dan mengajarkan manusia dengan ayat-ayat-Nya, maka manusia dapat memikirkannya hingga dipahaminya. Dan itu dijelaskan firman-Nya ini:
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya. (Al Baqarah 266)
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya. (An Nuur 61)
Karena itu, ayat-ayat-Nya tersebut merupakan pelajaran bagi manusia dari Allah SWT, contoh Al Qur’an, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al Qamar 17)
Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al Qur’an) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. (Al Qashash 51)
Tilmidzi: “Apakah ada manfaat lain dari ayat-ayat-Nya itu bagi manusia?”
Mudariszi: “Ayat-ayat-Nya (kitab-Nya) itu juga sebagai peringatan dari Allah SWT untuk manusia, contoh Al Qur’an, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Dan Al Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat. (Al Qalam 52)
Sehingga ayat-ayat-Nya itu merupakan penjelasan, pelajaran dan peringatan dari Allah SWT untuk manusia ketika menjalani hidupnya di dunia. Allah SWT berfirman:
(Al Qur’an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya. (Ibrahim 52)
Sesungguhnya Al Qur’an itu adalah peringatan. Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al Qur’an). (Al Muddatstsir 54-55)
Selain sebagai penjelasan, pelajaran dan peringatan, ayat-ayat-Nya (kitab-Nya) juga sebagai petunjuk bagi manusia. Contoh, kitab-kitab-Nya ini:
Ini (Al Qur’an) adalah petunjuk. (Al Jaatsiyah 11)
Dan sebelum Al Qur’an itu telah ada Kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. (Al Ahqaaf 12)
Sehingga ayat-ayat-Nya (kitab-Nya) itu merupakan petunjuk dan peringatan dari Allah SWT untuk manusia. Contoh, Taurat, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa; dan Kami wariskan Taurat kepada Bani Israil, untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berfikir. (Al Mu’min 53-54)
Dengan demikian, ayat-ayat-Nya (kitab-Nya) itu merupakan penjelasan, pelajaran, peringatan, petunjuk dan pedoman dari Allah SWT untuk manusia ketika menjalani hidupnya di dunia. Contoh, Al Qur’an dan Injil, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Dan Kami iringkan jejak mereka (Nabi-Nabi Bani Israil) dengan ‘Isa putra Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat; dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. (Al Maa-idah 46)
(Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Ali ‘Imran 138)
Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (Al Jaatsiyah 20)
Tilmidzi: “Jika ayat-ayat-Nya (kitab-Nya) itu petunjuk dari Allah SWT, apakah Dia menunjuki manusia dengan ayat-ayat-Nya tersebut?”
Mudarisiz: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. (Ali ‘Imran 103)
Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. (Az Zumar 23)
Allah SWT menjelaskan pula bahwa hanya Dia saja yang dapat menunjuki manusia, melalui firman-Nya ini:
Sesungguhnya kewajiban Kami-lah memberi petunjuk. (Al Lail 12)
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Al Qashash 56)
Tilmidzi: “Perkara apa saja yang tidak diketahui oleh manusia yang dijelaskan dalam ayat-ayat-Nya?”
Mudariszi: “Yaitu perkara-perkara yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia ketika menjalani hidupnya sebagai khalifah. Contoh perkara tentang Allah SWT, Tuhan manusia. Allah SWT berfirman:
Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. (Al Hajj 74)
(Al Qur’an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (Ibrahim 52)
Selain itu, perkara tentang manusia itu sendiri. Allah SWT berfirman:
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? (Ar Ruum 8)
Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. (Faathir 39)
Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (Al Mu’minuun 115)
Juga perkara tentang kehidupan dunia dengan bumi sebagai tempat tinggal manusia ketika menjalani hidupnya di dunia. Allah SWT berfirman:
Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. (Al Mu’min 64)
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang ada di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. (Luqman 20)
Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup. (Al Hijr 20)
Lalu perkara tentang kehidupan akhirat, yaitu kehidupan bagi manusia setelah mati meninggalkan kehidupan dunia. Allah SWT berfirman:
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (Ali ‘Imran 185)
Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Az Zalzalah 6-8)
Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. (Al Mu’min 39)
Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (Al ‘Ankabuut 64)
Dan perkara tentang syaitan, musuh manusia, yang berpengaruh kepada perbuatan manusia ketika menjalani hidup di dunia. Allah SWT berfirman:
Dia (Iblis) berkata: “Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya kecuali sebahagian kecil.” (Al Israa’ 62)
Hai anak-anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan Ibu Bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (Al A’raaf 27)
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (Faathir 5-6)
Dan Allah lebih mengetahui (daripada kamu) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagimu). (An Nisaa’ 45)
Allah SWT menjelaskan semua perkara yang tidak diketahui oleh manusia itu agar manusia mengetahuinya dan selamat menjalani hidupnya di dunia dan di akhirat. Allah SWT berfirman:
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir tentang dunia dan akhirat. (Al Baqarah 219-220)
Dan sesungguhnya kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia. (Al Lail 13)
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT menjelaskan jalan bagi manusia ketika menjalani hidupnya di dunia dalam ayat-ayat-Nya tersebut?”
Mudariszi: “Ya! Allah SWT menjelaskan dalam ayat-ayat-Nya tentang jalan yang harus ditempuhnya ketika menjalani hidupnya di dunia agar selamat di dunia dan di akhirat. Yaitu Allah SWT menetapkan syariat (peraturan) dalam agama-Nya bagi manusia untuk diikutinya, dan Dia melarang manusia mengikuti agama selain agama-Nya. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (Al Jaatsiyah 18)
Atau adakah kamu mempunyai sebuah kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu membacanya bahwa di dalamnya kamu benar-benar boleh memilih apa yang kamu sukai untukmu? (Al Qalam 37-38)
Di samping itu, Allah SWT menjelaskan pula jalan-Nya yang lurus dalam ayat-ayat-Nya dan memerintahkan manusia untuk mengikuti jalan-Nya itu ketika menjalani hidupnya dan melarang manusia mengikuti jalan-jalan selain jalan-Nya. Allah SWT berfirman:
Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah Dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa. (Al An’aam 153)
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT menjelaskan agama-Nya, syariat agama-Nya, jalan-Nya yang lurus kepada manusia dalam kitab-Nya?”
Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan agama-Nya yang lurus dalam ayat-ayat-Nya, yaitu agama tauhid yang bersih dari syirik dan Dia memerintahkan manusia agar menyembah Dia saja ketika menjalani hidupnya di dunia. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). (Az Zumar 3)
Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. (Al Anbiyaa’ 92)
Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Yusuf 40)
Allah SWT menjelaskan syariat agama-Nya dalam ayat-ayat-Nya termasuk menjelaskan hukum-hukum agama-Nya bagi manusia untuk diikuti (dijalankan) ketika menjalani hidupnya di dunia. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
(Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. (An Nisaa’ 24)
Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. (Al Baqarah 149)
Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari’at tertentu yang mereka lakukan. (Al Hajj 67)
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. (Al Maa-idah 48)
Tujuan Allah SWT menetapkan syariat (hukum-hukum) agama-Nya bagi manusia ketika menjalani hidupnya itu adalah sebagai berikut:
Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. (An Nisaa’ 176)
Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). (Al Maa-idah 89)
Karena itu Allah SWT memperingatkan manusia dengan firman-Nya ini:
Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah sebagai permainan. (Al Baqarah 231)
Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. (Ath Thalaaq 1)
Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zalim. (Al Baqarah 229)
Allah SWT menjelaskan syariat (hukum-hukum) agama-Nya dalam ayat-ayat-Nya yaitu agar manusia memahaminya, sehingga mudah dijalankannya ketika menjalani hidupnya. Allah SWT berfirman:
Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (Al Baqarah 221)
Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu memahaminya. (Al Baqarah 242)
Allah SWT juga menjelaskan jalan-Nya yang lurus kepada manusia, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. (Huud 56)
Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. (An Nahl 9)
Allah SWT menjelaskan bahwa manusia hanya dapat mengikuti jalan-Nya yang lurus jika mereka memegang teguh agama-Nya, yaitu taat mengikuti syariat agama-Nya. Dan Allah SWT akan menunjukinya kepada jalan yang lurus jika mereka berpegang teguh kepada agama-Nya dengan taat mengikuti syariat agama-Nya. Allah SWT berfirman:
Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Ali ‘Imran 101)
Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya. (An Nisaa’ 175)
Dan Allah SWT menunjuki manusia kepada jalan yang lurus yaitu dengan ayat-ayat-Nya (kitab-Nya) tersebut. Allah SWT berfirman:
Dan inilah jalan Tuhanmu, (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran. Bagi mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi Tuhannya dan Dia-lah Pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan. (Al An’aam 126)
Dengan Kitab (Al Qur’an) itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Al Maa-idah 16)
Tilmidzi: “Tapi bagaimana Allah SWT menjelaskan, memperingatkan, mengajarkan dan menunjuki manusia dengan ayat-ayat-Nya (kitab-Nya)?”
Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan, memperingatkan, mengajarkan, menunjuki manusia dengan ayat-ayat-Nya (kitab-Nya), yaitu dengan Dia menurunkan ayat-ayat-Nya (kitab-Nya) itu kepada Rasul-Rasul-Nya. Allah SWT berfirman:
Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu Rasul-Rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al A’raaf 35)
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-Rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (Al Hadiid 25)
Allah SWT lalu memerintahkan Rasul-Rasul-Nya untuk menyampaikan, menjelaskan dan memperingatkan ayat-ayat-Nya itu kepada umat Rasul (manusia). Allah SWT berfirman:
Kami tidak mengutus seorang Rasulpun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. (Ibrahim 4)
Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (An Nuur 54)
Dan kewajiban Rasul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan (agama Allah) dengan seterang-terangnya. (Al ‘Ankabuut 18)
Tilmidzi: “Apakah para Rasul atau Nabi itu adalah hamba-hamba-Nya yang diberikan petunjuk oleh Allah SWT dengan ayat-ayat-Nya, termasuk petunjuk kepada jalan yang lurus?”
Mudariszi: “Ya! Contoh para Rasul dan Nabi seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dan Zakaria, Yahya, ‘Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh, dan Isma’il, Alyasa’, Yunus dan Luth. Masing-masingnya Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya). (Dan Kami lebihkan pula derajat) sebahagian dari Bapak-Bapak mereka, keturunan mereka dan saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul) dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Al An’aam 82-87)
Demikian pula dengan Rasulullah SAW yang ditunjuki-Nya dengan Al Qur’an termasuk ditunjuki-Nya kepada jalan yang lurus sehingga beliau berada di jalan yang lurus. Allah SWT berfirman:
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, (yaitu) jalan Allah, yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan. (Asy Syuura 52-53)
Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar.” (Al An’aam 161)
Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus. (Al Hajj 67)
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT memerintahkan manusia (umat Rasul) untuk mengikuti Rasul-Nya?”
Mudariszi: “Ya! Allah SWT menjelaskan itu sebagai berikut:
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. (Al Hasyr 7)
Barangsiapa mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. (An Nisaa’ 80)
Mentaati Allah SWT dalam firman-Nya di atas adalah mentaati ayat-ayat-Nya yang dijelaskan oleh Rasul-Nya. Dan jika umat Rasul itu mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya, maka dia akan diberikan-Nya petunjuk, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Katakanlah: “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul; dan jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk.” (An Nuur 54)
Allah SWT dan Rasul-Nya kemudian memerintahkan umat Rasul untuk bertakwa kepada-Nya semampunya ketika menjalani hidupnya, yaitu seperti dijelaskan sebagai berikut:
Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah. (At Taghaabun 16)
Diceritakan oleh Abu Salamah bin Abdurrahman dan Sa’id bin Al Musyyab, keduanya berkata: “Abu Hurairah pernah bercerita, bahwa sesungguhnya dia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Apa saja yang aku larang dari kalian, maka tinggalkanlah. Dan apa saja yang telah aku perintahkan kepada kalian, maka lakukanlah sebatas kemampuan kalian.” (HR Muslim)
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT memperingatkan manusia untuk tidak mengingkari (mendustakan) ayat-ayat-Nya dan Rasul-Rasul-Nya?”
Mudariszi: “Ya! Allah SWT dan Rasul-Nya memperingatkan manusia agar tidak mengingkari ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya, sebagai berikut:
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Al A’raaf 36)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Seluruh umatku akan masuk surga kecuali orang yang tidak mau.” Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang tidak mau itu?” Beliau bersabda: “Barangsiapa yang taat kepadaku tentu dia akan masuk surga. Barangsiapa yang durhaka kepadaku, itulah orang yang tidak mau.” (HR Bukhari)
Orang-orang yang rugi (di neraka) pada waktu di akhirat tidak dapat lagi menyalahkan Allah SWT, karena Dia telah memberikan dan menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada mereka melalui Rasul-Rasul-Nya ketika di dunia dan telah memperingatkan mereka dengan ayat-ayat-Nya dan Rasul-Rasul-Nya tersebut. Allah SWT berfirman:
Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang Rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan jadilah kami termasuk orang-orang mu’min.” (Al Qashash 47)
(Mereka Kami utus) selaku Rasul-Rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-Rasul itu. (An Nisaa’ 165)
Wallahu a’lam.