Dialog Seri 20: 6
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT kemudian menciptakan manusia yang banyak dari Nabi Adam (manusia pertama) dan isterinya (manusia kedua) tersebut?”
Mudariszi: “Ya! Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. (An Nisaa’ 1)
Dia-lah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah ia merasa ringan (beberapa waktu). (Al A’raaf 189)
Firman-Nya di atas menunjukkan bahwa Allah SWT menciptakan manusia pertama (laki-laki) dan manusia kedua (perempuan) itu bertujuan agar keduanya melakukan perkawinan hingga melahirkan keturunannya yang banyak. Allah SWT menjadikan perempuan itu dari tulang rusuk laki-laki agar keduanya saling menyenangi, mengasihi, menyayangi hingga menuju kepada perkawinan. Hal itu dijelaskan firman-Nya ini:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. (Al Hujuraat 13)
Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan. (Asy Syuura 11)
Dia-lah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya agar dia merasa senang kepadanya. (Al A’raaf 189)
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. (Ar Ruum 21)
Demikianlah Allah SWT menciptakan manusia dari tanah hingga menjadi diri yang satu (Nabi Adam) dan isterinya yang berasal dari diri Nabi Adam, kemudian kedua manusia itu melahirkan keturunan manusia yang banyak di dunia. Allah SWT berfirman:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (Ar Ruum 20)
Dan Dia-lah yang menciptakan serta mengembang biakkan kamu di bumi ini. (Al Mu’minuun 79)
Tilmidzi: “Bagaimana Allah SWT menciptakan manusia dari perkawinan (laki-laki dan perempuan) tersebut?”
Mudariszi: “Tanah yang merupakan asal penciptaan manusia pertama (Nabi Adam) mengandung partikel (saripati) tanah. Saripati tanah itu lalu diciptakan oleh Allah SWT menjadi air mani, sehingga tubuh Nabi Adam mengandung saripati atau air mani. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani. (Al Mu’minuun 12-13)
Ketika laki-laki dan perempuan melakukan perkawinan, maka air mani itu dijelaskan oleh Allah SWT sebagai berikut:
Dan bahwasanya Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan; dari air mani, apabila dipancarkan. (An Najm 45-46)
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan. Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath Thaariq 5-7)
Allah SWT lalu menjelaskan tentang air mani laki-laki yang jatuh ke dalam tubuh perempuan sebagai berikut ini:
Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). (Al Qiyaamah 37)
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (Al Mu’minuun 13)
Jika air mani itu bercampur di dalam rahim perempuan hingga terjadi pembuahan, maka itu berarti Allah SWT berkehendak untuk menciptakan manusia dalam rahim perempuan tersebut yang ditandai dengan kehamilannya.”
Tilmidzi: “Jika demikian, apakah manusia yang terjadi karena perkawinan laki-laki dan perempuan itu berasal dari air mani?”
Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu dalam firman-Nya berikut ini:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur. (Al Insaan 2)
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani). (Yaasiin 77)
Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui (air mani). (Al Ma’aarij 39)
Sekalipun diciptakan dari air mani karena perkawinan laki-laki dan perempuan, manusia tetap diciptakan dari tanah karena air mani itu dari saripati tanah. Allah SWT berfirman:
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). (As Sajdah 7-8)
Sehingga, manusia yang lahir ke dunia melalui perut Ibu hasil perkawinan itu bukan terjadi karena Ibu atau Bapak atau dari Ibu dan Bapak, tapi terjadi karena Allah SWT. Manusia terjadi karena pembuahan air mani laki-laki dalam rahim perempuan dan air mani itu merupakan ciptaan-Nya yang berasal dari tanah. Allah SWT berfirman:
Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). (Faathir 11)
Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya atau Kami-kah yang menciptakannya? (Al Waaqi’ah 58-59)
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT membentuk manusia hasil perkawinan dalam rahim Ibu?”
Mudariszi: “Allah SWT membentuk manusia hasil perkawinan Bapak dan Ibu itu dalam rahim Ibu; manusia tersebut dibentuk menurut ketetapan-Nya. Allah SWT berfirman:
Bukankah Kami telah menciptakan kamu dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim), sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan. (Al Mursalaat 20-23)
Dia–lah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. (Ali ‘Imran 6)
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT menyempurnakan manusia itu juga dalam rahim Ibu?”
Muadariszi: “Allah SWT bukan saja membentuk manusia (anak) dalam rahim Ibu, tapi juga menyempurnakannya, termasuk membentuk dan menyempunakan manusia (anak) itu laki-laki atau perempuan. Allah SWT berfirman:
Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan. (Al Qiyaamah 37-39)
Dalam rahim Ibu itulah Allah SWT membentuk janin hasil pembuahan hingga menjadi manusia lengkap dengan sel-sel dan organ-organ dalam tubuhnya termasuk darah, daging, tulang-tulang, syaraf, dan lain-lain, serta organ-organ luar tubuhnya termasuk kaki, tangan, kulit, mata, telinga, hidung, mulut dan lain-lain. Allah SWT membentuk manusia dalam rahim Ibu tersebut dengan sempurna atau tidak sempurna, tergantung ketetapan-Nya, dalam waktu yang Dia tetapkan. Allah SWT berfirman:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minuun 12-14)
Maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan. (Al Hajj 5)
Allah SWT membentuk dan menyempurnakan manusia (anak) dalam rahim Ibu tersebut termasuk menumbuhkannya (membesarkannya) menurut tahapan (tingkatan) yang Dia tetapkan. Hal itu dijelaskan firman-Nya berikut ini:
Dia menjadikan kamu dalam perut Ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu. (Az Zumar 6)
Tilmidzi: “Jika demikian, apakah Ibu yang mandul atau yang melahirkan anak laki-laki atau anak perempuan atau anak-anak yang kembar itu terjadi karena Allah SWT?”
Mudariszi: “Ya! Itu terjadi karena Allah SWT atau ketetapan-Nya. Allah SWT berfirman:
Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (Asy Syuura 49-50)
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT meniupkan roh ciptaan-Nya ke tubuh manusia dalam rahim Ibu tersebut setelah Dia membentuk dan menyempurnakannya?”
Mudariszi: “Tidak berbeda dengan Nabi Adam, manusia dalam rahim Ibu yang Dia telah bentuk dan sempurnakan, akan ditiupkan-Nya roh ciptaan-Nya ke dalam tubuhnya pada waktu yang Dia tetapkan. Allah SWT menjelaskan hal itu dalam firman-Nya ini:
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati. (As Sajdah 7-9)
Pembentukan dan penyempurnaan manusia (anak) dalam rahim Ibu dan peniupan roh ciptaan-Nya ke dalam tubuhnya itu bukan dilakukan oleh Allah SWT, tapi oleh malaikat utusan-Nya. Rasulullah SAW menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:
Dari Hudzaifah bin Asid Al Ghiffari, dia berkata: “Aku mendengar dengan kedua telingaku sendiri Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya air mani (nuthfah) itu bersemayam di dalam rahim selama empat puluh malam. Kemudian malaikat lah yang membentuknya. (Menurut versi Zuhair: “Yang menciptakannya). Sang malaikat berkata: “Ya Tuhan, diciptakan laki-laki atau perempuan?” Allah–lah yang lalu menciptakannya laki-laki atau perempuan. Kemudian sang malaikat berkata: “Ya Tuhan, ia diciptakan cacat atau tidak cacat?” Allah–lah yang lalu menciptakannya cacat atau tidak cacat. Kemudian sang malaikat berkata: “Ya Tuhan, bagaimana dengan rizkinya, ajalnya dan akhlaknya (amalnya)?” Kemudian Allah–lah yang menjadikannya sebagai orang yang celaka atau orang yang bahagia.“ (HR Muslim)
Dari Abdullah (ibnu Mas’ud), dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya seorang dari kamu penciptaannya dikumpulkan dalam perut Ibunya selama empat puluh hari. Kemudian menjadi segumpal darah seperti itu empat puluh hari. Kemudian menjadi sepotong daging seperti itu empat puluh hari. Kemudian (sesudah membentuk), Allah mengutus malaikat dan diperintahkan dengan empat kalimat dan dikatakan kepadanya: “Tulislah amalnya, rezkinya, ajalnya dan celaka atau bahagia”, kemudian ditiupkan roh kepadanya.“ (HR Bukhari)
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT mengetahui pertumbuhan manusia dalam rahim Ibu?”
Mudariszi: “Ya! Allah SWT mengetahui pertumbuhan dan keadaan manusia dalam rahim Ibu termasuk yang bertambah sempurna, kurang sempurna, telah sempurna dan tidak sempurna. Allah SWT menjelaskan hal itu melalui firman-Nya berikut ini:
Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut Ibumu. (An Najm 32)
Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. (Ar Ra’d 8)
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT mengeluarkan manusia dari rahim Ibu itu ke dunia?”
Mudariszi: “Ya! Allah SWT mengeluarkan (melahirkan) manusia dalam rahim Ibu itu ke dunia sebagai bayi pada waktu yang Dia tetapkan. Allah SWT berfirman:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut Ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. (An Nahl 78)
Dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi. (Al Hajj 5)
Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. (Faathir 11)
Wallahu a’lam.