Dialog Seri 20: 15
Tilmidzi: “Apakah Nabi Luth juga Rasul Allah?”
Mudariszi: “Nabi Luth juga Rasul Allah. Allah SWT mengajarkannya hikmah, ilmu, pengetahuan agama-Nya, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Sesungguhnya Luth benar-benar salah seorang Rasul. (Ash Shaaffaat 133)
Dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu. (Al Anbiyaa’ 74)
Tilmidzi: “Apakah Nabi Luth memiliki hubungan kerabat dengan Nabi Ibrahim?”
Mudariszi: “Ya! Dan keduanya tinggal di negeri yang sama. Allah SWT lalu perintahkan keduanya untuk pergi ke negeri yang Dia tetapkan, seperti dijelaskan firman-Nya ini:
Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. Dan berkatalah Ibrahim: “Sesungguhnya aku akan berpindah ke(tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al ‘Ankabuut 26)
Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. (Al Anbiyaa’ 71)
Tilmidzi: “Apakah Nabi Luth juga diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyampaikan ayat-ayat-Nya kepada kaumnya dan menyeru kaumnya agar mengikuti agama-Nya?”
Mudariszi: “Ya! Dan Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Ketika saudara mereka, Luth, berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.” (Asy Syu’araa’ 161-164)
Tilmidzi: “Bagaimana penduduk (kaum) dari negeri Nabi Luth itu?”
Mudariszi: “Negeri tempat Nabi Luth menetap itu dihuni oleh penduduk yang menyukai sesama jenis. Nabi Luth berkali-kali memperingatkan mereka dengan ayat-ayat-Nya atas perbuatan mereka yang keji itu. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (homosexual) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu? Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (Al A’raaf 80-81)
Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah (homosexual) itu sedang kamu melihat(nya)? Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu).” (An Naml 54-55)
Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas. (Asy Syu’araa’ 165-166)
Tilmidzi: “Apakah kaum Nabi Luth melakukan perbuatan keji (menyukai sesama jenis) itu karena syaitan?”
Mudariszi: “Ya! Syaitan menghalang-halangi manusia dari mengikuti agama-Nya dan jalan-Nya yang lurus sejak orang itu masih kecil. Syaitan menggodanya dengan berbagai kesenangan dalam kehidupan dunia agar mereka lalai dengan kesenangan itu hingga mereka melupakan agama-Nya (ayat-ayat-Nya). Syaitan mengetahui orang-orang yang tertipu olehnya, yaitu orang-orang yang suka meninggalkan agama-Nya karena ingin memperoleh kesenangan dunia. Orang-orang itulah yang kemudian makin disesatkan oleh syaitan. Di antara orang-orang tersebut adalah orang-orang yang dibuat oleh syaitan menjadi menyukai sesama jenis hingga menjadi kebiasaannya. Syaitan dengan kepandaiannya dalam menipu manusia itu dapat merubah sifat (fitrah) manusia yang Dia telah ciptakan, misal merubah sifat manusia yang menyukai lawan jenisnya menjadi sifat menyukai sesama jenis. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan syaitan itu mengatakan: “Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak) lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah) lalu benar-benar mereka merubahnya.” Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. (An Nisaa’ 118-119)
Kaum Nabi Luth yang melakukan hubungan dengan sesama jenis adalah orang-orang yang sudah diketahui oleh syaitan akan menjadi sesat (dalam firman-Nya di atas). Allah SWT menentukan orang-orang itu untuk syaitan karena mereka terbukti selalu menuruti hawa nafsunya akibat dari mengikuti bisikan (janji-janji) syaitan dengan meninggalkan ayat-ayat-Nya. Karena selalu mengikuti syaitan, maka disadari atau tidak disadarinya, mereka telah menjadikan syaitan sebagai pelindungnya. Karena itu mereka dibuat oleh syaitan suka berbuat keji termasuk menyukai sesama jenis. Perbuatan mereka itu jelas bertentangan dengan ketetapan-Nya atas penciptaan manusia yang berupa laki-laki dan perempuan, yaitu ketetapan perkawinan (laki-laki dan perempuan) guna menurunkan keturunan. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dia-lah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan. (Al A’raaf 189)
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. (Al Baqarah 223)
(Tetaplah atas) fitrah (ciptaan) Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Ar Ruum 30)
Karena penyakit kaum Nabi Luth itu akibat dari perbuatan syaitan, maka tidak ada jalan lain bagi kaum Nabi Luth yang ingin sembuh menjadi manusia normal, yaitu dengan kembali kepada agama-Nya, hingga Dia menunjukinya ke jalan yang benar termasuk menghilangkan kebiasaan (sifat) buruknya itu. Allah SWT berfirman:
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (Faathir 5-6)
Dan semua penjelasan (ayat-ayat-Nya) di atas itulah yang disampaikan dan dijelaskan oleh Nabi Luth kepada kaumnya agar kembali bertaubat dengan mengikuti agama-Nya.”
Tilmidzi: “Apakah kaum Nabi Luth menerima seruan dan nasehat dari Nabi Luth?”
Mudariszi: “Nabi Luth menyampaikan dan menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada kaumnya berkali-kali dan dalam jangka waktu yang lama. Tapi kaumnya berkali-kali pula menolak seruan Nabi Luth itu dengan mengatakan sebagai berikut:
Mereka menjawab: “Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang-orang yang diusir.” Luth berkata: “Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatanmu.” (Asy Syu’araa’ 167-168)
Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri.” (Al A’raaf 82)
Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: “Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih.” (An Naml 56)
Dalam seruannya, Nabi Luth juga memperingatkan mereka dengan azab-Nya akibat dari perbuatan kejinya itu. Tapi mereka tetap mengingkarinya, bahkan mereka menantang Nabi Luth untuk mendatangkan azab-Nya itu. Allah SWT berfirman:
Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu. Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemunkaran di tempat-tempat pertemuanmu?” Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (Al ‘Ankabuut 28-29)
Tanggapan kaum Nabi Luth seperti yang dijelaskan di atas, menunjukkan bahwa sangat sulit bagi Nabi Luth untuk merubah kaumnya, karena mereka tidak mau berubah.”
Tilmidzi: “Apakah yang Nabi Luth lakukan setelah tahu kaumnya tidak mau berubah?”
Mudariszi: “Kaum Nabi Luth yang selalu menolak seruan Nabi Luth hingga meminta agar didatangkan azab-Nya itu menunjukkan bahwa mereka telah mendustakan ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya (Nabi Luth). Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan sesungguhnya dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan azab-azab Kami, maka mereka mendustakan ancaman-ancaman itu. (Al Qamar 36)
Kaum Luth telah mendustakan Rasul-Rasul. (Asy Syu’araa’ 160)
Nabi Luth mengetahui kaumnya telah dikuasai oleh syaitan hingga mereka tidak mau berubah atau bertaubat, lalu beliau meminta kepada Allah SWT sebagai berikut:
Luth berdo’a: “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu.” (Al ‘Ankabuut 30)
(Luth berdo’a): “Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan.” (Asy Syu’araa’ 169)
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT mengabulkan permintaan Nabi Luth itu?”
Mudariszi: “Allah SWT mengabulkan permintaan Nabi Luth dengan Dia mengutus para malaikat kepada beliau untuk menghancurkan kaum beliau yang kafir. Para malaikat yang diutus kepada Nabi Luth itu adalah para malaikat yang diutus kepada Nabi Ibrahim untuk mengabarkan berita kelahiran Nabi Ishak (dari Sarah). Allah SWT berfirman:
Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, diapun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth. (Huud 74)
Berkata (pula) Ibrahim: “Apakah urusanmu yang penting (selain itu), hai para utusan?” (Al Hijr 57)
Dan tatkala utusan Kami (para malaikat) datang kepada Ibrahim membawa kabar gembira, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami akan menghancurkan penduduk (Sodom) ini; sesungguhnya penduduknya adalah orang-orang yang zalim.” (Al ‘Ankabuut 31)
Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth), agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah yang (keras), yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas.” (Adz Dzaariyaat 32-34)
Nabi Ibrahim lalu mengingatkan adanya Nabi Luth di tempat tersebut, dan para malaikat itu lalu menjelaskannya dan mengakhiri pembicaraan. Allah SWT berfirman:
Berkata Ibrahim: “Sesungguhnya di kota itu ada Luth.” Para malaikat berkata: “Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya. Dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).” (Al ‘Ankabuut 32)
Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah. Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini, sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak. (Huud 75-76)
Wallahu a’lam.