Apakah Nabi Daud Menjadi Raja Dari Bani Israil?

Dialog Seri 20: 38

 

Tilmidzi: “Siapakah pengganti Thalut sebagai Raja Bani Israil setelah Thalut wafat?”

 

Mudariszi: “Allah SWT tidak menjelaskan jangka waktu Thalut menjadi Raja memerintah negeri itu hingga beliau wafat. Setelah Thalut wafat, Allah SWT menetapkan Nabi Daud sebagai pengganti Thalut atau sebagai Raja dari Bani Israil yang memerintah negeri itu. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (kenabian dan kitab Zabur) sesudah kematian Thalut dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. (Al Baqarah 251)

 

Allah SWT menetapkan Thalut sebelumnya sebagai Raja dari Bani Israil ketika mereka diusir dari kampung halamannya. Allah SWT lalu menetapkan Nabi Daud dari Bani Israil menggantikan Thalut sebagai Raja di negeri tersebut. Allah SWT menjelaskan tentang ketetapan-Nya itu sebagai berikut:

 

Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah. (Yusuf 67)

 

Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. (Yusuf 40)

 

Nabi Daud menjadi Raja dari Bani Israil yang kedua yang ditetapkan oleh Allah SWT setelah Thalut.”

 

Tilmidzi: “Mengapa Allah SWT memberikan kitab Zabur kepada Nabi Daud dan bukan kepada Thalut?”

 

Mudariszi: “Allah SWT memberikan kitab Zabur kepada Nabi Daud, karena kehendak-Nya, seperti dijelaskan firman-Nya ini:

 

Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian Nabi-Nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur (kepada) Daud. (Al Israa’ 55)

 

Allah SWT mengetahui usia Thalut yang tidak akan lama setelah beliau menjadi Raja, padahal Dia berkehendak menurunkan ayat-ayat-Nya (Zabur) yang menjelaskan tentang hukum-hukum Raja (penguasa) memutuskan perkara di antara manusia atau di antara rakyat yang dipimpinnya yang terdiri dari berbagai kaum atau suku atau bangsa. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (Shaad 26)

 

Allah SWT menurunkan kitab Zabur kepada Nabi Daud (Raja) dari Bani Israil yang menjelaskan hukum-hukum dalam memutuskan perkara di antara rakyatnya (manusia), karena Bani Israil telah menerima (mengetahui) Taurat yang untuk manusia. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan petunjuk dan rahmat agar mereka ingat. (Al Qashash 43)

 

Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa; dan Kami wariskan Taurat kepada Bani Israil untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berfikir. (Al Mu’min 53-54)

 

Tilmidzi: “Apakah Nabi Daud itu juga seorang Rasul dari Bani Israil?”

 

Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan melalui firman-Nya ini:

 

Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan Nabi-Nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, dan anak cucunya, ‘Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (An Nisaa’ 163)

 

Firman-Nya di atas menunjukkan bahwsa Nabi Daud merupakan salah satu anak cucu dari Nabi Ya’qub (Israil) atau dari Bani Israil. Nabi Daud yang menerima Zabur yang berisikan ayat-ayat-Nya atau wahyu-wahyu-Nya itu menunjukkan bahwa beliau adalah Rasul karena hamba-Nya yang menerima wahyu-Nya adalah sebagai berikut:

 

Kami tiada mengutus Rasul-Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka. (Al Anbiyaa’ 7)

 

Tilmidzi: “Bagaimana Nabi Daud itu menjalani hidupnya sebagai hamba-Nya?”

 

Mudariszi: “Rasulullah SAW menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: Di­ringankan kepada Dawud membaca Al-Quran (yakni Zabur). Ia meme­rintahkan pada tunggangannya, lalu diberi pelana, lalu ia membaca Al-Quran (Zabur) itu sebelum tunggangannya diberi pelana dan ia tidak makan selain dari pekerjaan tangan (hasil kerja)nya. (HR Bukhari)

 

Dari Abdullah bin Amr, dia berkata: Rasulullah SAW ber­sabda: Puasa yang paling dicintai oleh Allah adalah puasa Dawud, dimana dia berpuasa sehari dan berbuka sehari; dan shalat yang paling di­cintai oleh Allah adalah shalat Dawud, dimana dia tidur separuh malam, shalat malam sepertiga malam dan tidur seperenam malam.” (HR Bukhari)

 

Perbuatan Nabi Daud dalam sunnah Rasulullah di atas itu diketahui oleh rakyatnya, sehingga rakyatnya segera mengikuti beliau, yaitu taat mengikuti Allah SWT dan Rasul-Nya. Taatnya Nabi Daud kepada Allah SWT, menghendaki Dia menjadikan gunung dan burung bertasbih bersama beliau, seperti dijelaskan firman-Nya ini:

 

Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masingnya amat taat kepada Allah. (Shaad 18-19)

 

Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud.(Saba’ 10)

 

Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan Kami-lah yang melakukannya. (Al Anbiyaa’ 79)

 

Dan bukan tidak mungkin Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha) itu dibangun kembali oleh Nabi Daud agar umat Nabi Musa menjalankan kewajiban shalat menyembah-Nya. Allah SWT dan Rasulullah SAW menjelaskan kewajiban shalat bagi umat Nabi Musa dan Masjidil Aqsha sebagai berikut:

 

Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka 12 (dua belas) orang pemimpin dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada Rasul-Rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. (Al Maa-idah 12)

 

Dari Abu Dzar, dia berkata: Aku bertanya: Wahai Rasu­lullah, masjid apakah yang pertama diletakkan? Beliau bersabda: Masjidil Haram.” Aku bertanya: Kemudian masjid apakah? Beliau bersabda: Masjidil Aqsha. Aku bertanya: Berapakah masa antara keduanya? Beliau bersabda: Empat puluh tahun. (HR Bukhari)

 

Tilmidzi: “Bagaimana Nabi Daud menjalankan tugasnya sebagai Raja?”

 

Mudariszi: “Selain Allah SWT memberikan Zabur kepada Nabi Daud untuk memimpin negeri dan rakyatnya dengan adil dan Dia menundukkan gunung dan burung untuk bersama-sama bertasbih kepada-Nya, Dia menundukkan pula besi untuk Nabi Daud dan mengajarkannya pengetahuan membuat baju besi guna mempertahankan dirinya dalam peperangan. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu. Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah). (Al Anbiyaa’ 80)

 

Dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. (Saba’ 10-11)

 

Pengetahuan Nabi Daud tentang besi dan kegunaannya itu kemudian diajarkan kepada rakyatnya (manusia). Tujuannya agar mereka berperang membela agama-Nya dengan baju besi yang diajarkan oleh Nabi Daud. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan Rasul-Rasul-Nya, padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Al Hadiid 25)

 

Pengetahuan Nabi Daud dari pemberian-Nya yang berupa besi itu menjadikan kerajaan beliau memiliki tentara yang kuat, seperti dijelaskan firman-Nya ini:

 

Dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan). (Shaad 17)

 

Di samping itu, pengetahuan Nabi Daud dari pemberian-Nya yang berupa kitab Zabur itu menjadikan kerajaan beliau memiliki rakyat yang sejahtera karena beliau memerintah negeri dan rakyatnya dengan adil. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-Rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (Al Hadiid 25)

 

Tilmidzi: “Apakah Nabi Daud memimpin rakyatnya dengan adil tersebut termasuk adil dalam memutuskan perselisihan perkara di antara rakyatnya?”

 

Mudariszi: “Ya! Allah SWT mengajarkan dan membantu Nabi Daud dalam memutuskan perselisihan (perkara) yang timbul di antara rakyatnya. Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan. (Shaad 20)

 

Contoh, datangnya orang-orang yang berperkara (berselisih) kepada Nabi Daud, seperti dijelaskan firman-Nya ini:

 

Dan adakah sampai kepadamu berita orang-orang yang berperkara ketika mereka memanjat pagar? Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut karena (kedatangan) mereka. Mereka berkata: “Janganlah kamu merasa takut, (kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari kami berbuat zalim kepada yang lain; maka berilah keputusan antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja. Maka dia berkata: “Serahkanlah kambing itu kepadaku dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan. (Shaad 21-23)

 

Nabi Daud lalu memutuskan perkara tersebut sebagai berikut:

 

Daud berkata: “Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikit mereka ini.(Shaad 24)

 

Tapi setelah itu Nabi Daud mengetahui jika beliau sedang diuji-Nya, karena itu beliau lalu memohon ampunan kepada-Nya hingga dikabulkan-Nya. Allah SWT berfirman:

 

Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik. (Shaad 24-25)

 

Tilmidzi: “Bagaimana tanggapan Nabi Daud terhadap kaumnya sendiri (Bani Israil)?”

 

Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan hal itu sebagai berikut:

 

Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (Al Maa-idah 78)

 

Bani Israil yang durhaka dan selalu melampaui batas (dalam firman-Nya di atas) menunjukkan bahwa mereka tidak taat kepada keputusan beliau sebagai Raja dan sebagai Rasul, karena mereka selalu menuruti hawa nafsunya.”

 

Wallahu a’lam.

Leave a Reply