Dialog Seri 1: 1
Tilmidzi: “Apakah Tuhan itu sebenarnya ada?”
Mudariszi: “Salah satu cara untuk mengetahui hal tersebut, yaitu sebaiknya bertanya ke diri sendiri asal-usulnya. Jika berasal dari orang tuanya, lalu tanyalah asal-usul orang tuanya. Kemudian tanya pula asal-usul orang tua dari orang tuanya. Demikian seterusnya hingga pada akhirnya akan diketahui berasal dari sepasang laki-laki dan perempuan. Lalu tanyalah asal-usul sepasang manusia tersebut, apakah terjadi dengan sendirinya atau ada penciptanya.
Jika terjadi dengan sendirinya, maka tidak akan ada kitab penjelasan tentang sepasang manusia tersebut. Jika ada kitab penjelasan tentang sepasang manusia itu terjadi dengan sendirinya, maka kitab tersebut tidak akan benar karena dibuat oleh manusia yang bukan penciptanya dan dibuat hanya berdasarkan anggapan pembuat kitab itu tanpa bukti-bukti, sehingga tidak akan ada gunanya mencari tahu tentang adanya Tuhan dengan kitab tersebut.
Tapi jika beranggapan sepasang manusia itu ada yang menciptakannya, maka seharusnya akan ada kitab yang menjelaskannya, yaitu kitab dari pencipta sepasang manusia tersebut. Salah satu kitab yang menjelaskan tentang penciptaan manusia adalah kitab Al Qur’an. Karena itu tidak ada salahnya mengambil kitab Al Qur’an tersebut untuk dipelajari. Dalam Al Qur’an terdapat penjelasan sebagai berikut:
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? (Ath Thuur 35)
Mereka dalam penjelasan Al Qur’an di atas adalah manusia. Kemudian Al Qur’an menjelaskan tentang kejadian sepasang manusia itu berikut ini:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. (An Nisaa’ 1)
Penjelasan Al Qur’an di atas menunjukkan manusia pertama yang diciptakan oleh Tuhan adalah laki-laki. Tuhan lalu menciptakan manusia kedua yaitu wanita dari diri manusia pertama, dan wanita itu lalu dijadikan sebagai isteri manusia pertama. Dari keduanya Tuhan lalu mengembang biakkan manusia hingga menjadi banyak seperti sekarang ini. Dengan demikian, penjelasan Al Qur’an tersebut menunjukkan bahwa pencipta sepasang manusia atau Pencipta manusia itu adalah Tuhan.”
Tilmidzi: “Apakah makhluk-makhluk selain manusia yang ada di semesta alam ini juga diciptakan oleh Tuhan?”
Mudariszi: “Karena Al Qur’an telah menjelaskan pencipta manusia adalah Tuhan, maka tidak ada salahnya jika kembali mempelajari Al Qur’an tersebut untuk mengetahui pencipta makhluk-makhluk selain manusia di semesta alam atau pencipta langit dan bumi dan pencipta semua yang ada di langit dan di bumi. Dalam hal itu, Al Qur’an menjelaskan sebagai berikut:
Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa. (As Sajdah 4)
Dan di antara ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan)-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. (Asy Syuura 29)
Penjelasan Al Qur’an di atas menunjukkan bahwa Allah SWT yang menciptakan langit dan bumi dan semua makhluk yang ada di langit dan di bumi. Allah SWT lalu menjelaskan tentang Dia dalam Al Qur’an yaitu sebagai berikut:
Sesungguhnya Allah Dia-lah Tuhanku dan Tuhan kamu. (Az Zukhruf 64)
Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu. (Al Mu’min 62)
Penjelasan Al Qur’an di atas menunjukkan bahwa Tuhanku dan Tuhanmu adalah Tuhan manusia, dan Allah SWT adalah Tuhan manusia atau Tuhan yang menciptakan manusia, dan Allah SWT adalah Pencipta segala sesuatu, yaitu Pencipta langit dan bumi dan segala sesuatu atau semua apa yang ada di langit dan di bumi. Sehingga Allah SWT adalah Tuhan manusia, Tuhan langit dan bumi dan semua apa yang ada di langit dan di bumi.”
Tilmidzi: “Jika demikian apakah Allah SWT adalah Tuhan semesta alam?”
Mudariszi: “Semesta alam itu adalah langit dan bumi beserta apa yang ada di langit dan di bumi. Al Qur’an menjelaskan tentang Allah SWT sebagai berikut:
Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. (Al Mu’min 64)
Penjelasan Al Qur’an di atas menunjukkan bahwa Allah SWT adalah Tuhan manusia yang juga Tuhan semesta alam, yaitu Tuhan Pencipta langit dan bumi beserta semua apa yang ada di langit dan di bumi.”
Tilmidzi: “Apakah hanya Allah SWT saja yang menciptakan langit dan bumi beserta semua apa yang ada di langit dan di bumi?”
Mudariszi: “Al Qur’an menjelaskan tentang Allah SWT, Tuhan semesta alam, sebagai berikut:
Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa. (An Nisaa’ 171)
Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. (An Nahl 22)
Penjelasan Al Qur’an di atas menunjukkan bahwa Allah SWT, Tuhan manusia, Tuhan semesta alam adalah Tuhan Yang Maha Esa; itu berarti tidak ada Tuhan selain Allah SWT yang menciptakan semesta alam (langit dan bumi beserta semua apa yang ada di langit dan di bumi). Dengan demikian, semesta alam itu tidak terjadi dengan sendirinya, tapi ada penciptanya dan Pencipta itu hanya sendiri (tunggal). Jika ada kitab yang menjelaskan semesta alam terjadi dengan sendirinya, maka penjelasan kitab itu tidak akan benar karena dibuat oleh manusia yang bukan pencipta semesta alam dan dibuat berdasarkan dugaan (anggapan) pembuat kitab tersebut.”
Tilmidzi: “Apakah kitab Al Qur’an itu kitab dari Allah SWT, Tuhan semesta alam?”
Mudariszi: ”Al Qur’an menjelaskan sumber kitab Al Qur’an tersebut sebagai berikut:
Diturunkan Kitab ini (Al Qur’an) dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Al Mu’min 2)
Kitab (Al Qur’an ini) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Az Zumar 1)
Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. (Asy Syu’araa’ 192)
Al Qur’an yang terdiri dari ayat-ayat, dijelaskan pula sumbernya dalam Al Qur’an sebagai berikut:
Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Qur’an) yang nyata (dari Allah). (Al Qashash 2)
(Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu. (Huud 1)
Penjelasan Al Qur’an di atas menunjukkan bahwa kitab Al Qur’an tersebut dari Allah SWT atau diturunkan oleh Allah SWT, Tuhan semesta alam, Tuhan manusia, Tuhan Yang Maha Esa.”
Tilmidzi: “Apakah hal tersebut di atas dapat diartikan bahwa Tuhan itu ada?”
Mudariszi: “Dengan adanya Al Qur’an dari Allah SWT pada manusia, maka hal itu dapat diartikan bahwa Allah SWT atau Tuhan itu ada. Dan agar manusia tidak ragu-ragu dengan Allah SWT dan keberadaan-Nya, maka Dia menjelaskan dalam Al Qur’an sebagai berikut:
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy. (Thaahaa 5)
Dan adalah ‘Arsy-Nya di atas air. (Huud 7)
Bersemayamnya Allah SWT di atas ‘Arsy dalam penjelasan Al Qur’an di atas menunjukkan keberadaan Allah SWT atau adanya Tuhan. Meskipun Allah SWT bersemayam di atas ‘Arsy-Nya, Dia menjelaskan dalam Al Qur’an sebagai berikut:
Dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka). (Al A’raaf 7)
Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaaf 16)
Allah SWT bersemayam di atas ‘Arsy yang sangat jauh dari langit tapi dekat dengan manusia di bumi, karena Allah SWT adalah sebagai berikut:
Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Al Hasyr 23)
Tilmidzi: “Apakah Allah SWT itu tidak dapat dilihat oleh manusia?”
Mudariszi: “Ya! Dan Al Qur’an menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dia-lah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (Al An’aam 103)
Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia. (An Naba’ 37)
Penjelasan Al Qur’an di atas menunjukkan bahwa manusia selama hidup di dunia tidak dapat melihat, berbicara dan menemui Allah SWT. Selain itu, Al Qur’an menjelaskan pula sebagai berikut:
(Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya). (Qaaf 33)
Dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan Rasul-Rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.(Al Hadiid 25)
Penjelasan Al Qur’an di atas menunjukkan adanya Allah SWT Tuhan manusia yang tidak terlihat oleh manusia.”
Tilmidzi: “Tapi apakah mungkin manusia dapat meyakini Al Qur’an itu dari Allah SWT yang ghaib (tidak terlihat)?”
Mudariszi: “Sebuah kitab yang dibaca (diketahui) oleh manusia tapi mereka tidak pernah bertemu dengan penulisnya, bukan berarti penulis kitab itu tidak ada. Adanya kitab yang dibaca itu merupakan bukti adanya penulis kitab tersebut. Mustahil kitab itu ada dengan sendirinya atau tanpa ada penulisnya. Demikian pula dengan Al Qur’an yang dari Allah SWT, yaitu keberadaan Al Qur’an pada manusia merupakan bukti keberadaan Allah SWT pada manusia sekalipun Dia tidak terlihat oleh manusia. Dan Al Qur’an menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Al Qur’an ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu. (Al A’raaf 203)
Mengetahui Allah SWT tidak harus dengan bertemu dan berbicara dengan-Nya, tapi dapat dari kitab-Nya Al Qur’an atau dari ciptaan-Nya di semesta alam. Contoh mengetahui Allah SWT dari kitab-Nya Al Qur’an, yaitu dengan mencari tahu hamba-Nya yang pertama menerima Al Qur’an; dan Al Qur’an menjelaskan hal itu sebagai berikut:
Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia (Al Qur’an) dibawa oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. (Asy Syu’araa’ 192-194)
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. (Al Insaan 23)
Penjelasan Al Qur’an di atas menunjukkan Rasulullah SAW adalah hamba-Nya yang pertama menerima Al Qur’an yang berbahasa Arab. Rasulullah SAW yang tinggal di kota Mekkah ketika menerima Al Qur’an tersebut dijelaskan pula dalam Al Qur’an sebagai berikut:
Dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekkah ini. (Al Balad 2)
Demikian pula dengan kebiasaan kaum Rasulullah yaitu kaum Quraisy, juga dijelaskan dalam Al Qur’an sebagai berikut:
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka berpergian pada musim dingin dan musim panas. (Quraisy 1-2)
Semua penjelasan Al Qur’an di atas merupakan bukti Al Qur’an dari Allah SWT, termasuk adanya makam Rasulullah SAW di Madinah. Selain itu di kota Mekkah terdapat tempat ibadah kepunyaan Allah SWT yaitu Ka’bah (Baitullah), dan hal itu dijelaskan dalam Al Qur’an, sebagai berikut:
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). (Quraisy 3)
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (Ali ‘Imran 96)
Manusia sampai sekarang dapat mengetahui bukti keberadaan Ka’bah (Baitullah) itu jika berkunjung ke kota Mekkah. Bukti lain, Al Qur’an diturunkan setelah kitab-Nya Taurat dan Injil yang masing-masing diturunkan-Nya kepada Nabi Musa dan Nabi ‘Isa. Dan hal itu dijelaskan dalam Al Qur’an sebagai berikut:
Dia menurunkan Al Kitab kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan Kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil sebelum (Al Qur’an), menjadi petunjuk bagi manusia. (Ali ‘Imran 3-4)
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat). (Al Qashash 43)
Kemudian Kami iringkan di belakang mereka Rasul-Rasul Kami dan Kami iringkan (pula) ‘Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil. (Al Hadiid 27)
Manusia mengetahui kitab Taurat dan Injil sebelum Al Qur’an itu dari Allah SWT. Dengan demikian, semua penjelasan Al Qur’an di atas merupakan bukti-bukti yang membuktikan kitab Al Qur’an itu dari Allah SWT sekalipun Dia ghaib (tidak terlihat).”
Tilmidzi: “Bagaimana Rasulullah SAW dapat menerima Al Qur’an dari Allah SWT yang ghaib?”
Mudariszi: “Karena Rasulullah SAW merupakan Rasul yang diridhai oleh Allah SWT, sehingga Dia mengizinkan beliau untuk melihat yang ghaib sampai menerima Al Qur’an. Dan hal tersebut dijelaskan dalam Al Qur’an sebagai berikut:
(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. (Al Jin 26-27)
Tilmidzi: “Jika demikian, apakah manusia mengetahui Al Qur’an itu dari Rasulullah SAW?”
Mudariszi: “Ya! Karena Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW untuk menyampaikan Al Qur’an tersebut kepada manusia:
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al Maa-idah 67)
Allah SWT pula menjelaskan perintah-Nya kepada Rasulullah SAW itu kepada manusia dalam Al Qur’an:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu’jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur’an). (An Nisaa’ 174)
Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu. (An Nisaa’ 170)
Tilmidzi: “Mengapa Allah SWT menghendaki Al Qur’an itu sampai kepada manusia?”
Mudariszi: “Allah SWT menjelaskan hal tersebut dalam Al Qur’an sebagai berikut:
Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. (Al Hajj 74)
(Al Qur’an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (Ibrahim 52)
Penjelasan Al Qur’an di atas menunjukkan bahwa manusia dapat mengetahui (mengenal) Allah SWT, Tuhan semesta alam, Tuhan manusia, Tuhan Yang Maha Esa dengan membaca Al Qur’an, karena semua tentang Allah SWT dan ciptaan-Nya di semesta alam dijelaskan-Nya dalam Al Qur’an. Selanjutnya Allah SWT menjelaskan kepada manusia dalam Al Qur’an sebagai berikut:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al ‘Alaq 1-5)
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Qur’an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami. (Al A’raaf 52)
Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia. (Al Jaatsiyah 20)
Penjelasan Al Qur’an di atas menunjukkan bahwa manusia bukan saja dapat mengetahui (mengenal) Allah SWT, Tuhannya, dengan Al Qur’an, tapi juga dapat mengetahui perkara-perkara yang tidak diketahuinya ketika menjalani hidupnya di dunia, selama mereka membaca Al Qur’an, karena Allah SWT akan mengajarkannya dengan Al Qur’an tersebut. Dan bagi hamba-hamba-Nya yaitu orang-orang yang ingin mengetahui tentang Dia dan membaca Al Qur’an, maka Allah SWT menjelaskan kepada mereka dalam Al Qur’an sebagai berikut:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. (Al Baqarah 186)
Tilmidzi: “Jika demikian, apakah penjelasan tentang Tuhan atau tentang ciptaan-Nya di semesta alam tanpa bersumber dari kitab-Nya berarti penjelasan itu tidak akan benar?”
Mudariszi: “Ya! Karena bagaimana mungkin orang yang menjelaskan itu dapat mengatakan tentang Tuhan yang ghaib atau tentang ciptaan-Nya tanpa bersumber dari kitab-Nya? Apakah dia memiliki bukti-bukti tersendiri dari Tuhan yang ghaib hingga dia dapat menjelaskan tentang Tuhan atau tentang ciptaan-Nya di semesta alam ini? Orang itu hanyalah manusia biasa yang tidak mengetahui perkara yang ghaib, dan dia bukan Rasul yang diridhai-Nya seperti Rasulullah SAW. Bahkan Allah SWT bertanya tentang orang itu dalam Al Qur’an, yaitu sebagai berikut:
Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang ghaib sehingga dia mengetahui (apa yang dikatakan)? (An Najm 35)
Apakah ada pada sisi mereka pengetahuan tentang yang ghaib lalu mereka menuliskannya? (Ath Thuur 41)
Ataukah ada pada mereka ilmu tentang yang ghaib lalu mereka menulis (padanya apa yang mereka tetapkan)? (Al Qalam 47)
Dengan demikian, penjelasan oramg itu tentang Tuhan atau tentang ciptaan-Nya hanyalah berdasarkan dugaannya (persangkaannya) saja. Dan dugaan itu tidak akan benar, karena Allah SWT menjelaskan dalam Al Qur’an sebagai berikut:
Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedangkan sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran. (An Najm 28)
Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. (Yunus 36)
Kebenaran itu hanyalah dari Allah SWT, terlebih lagi kebenaran yang berkaitan dengan Dia dan ciptaan-Nya. Karena itu Allah SWT menjelaskan dalam Al Qur’an sebagai berikut:
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. (Al Baqarah 147)
Adanya kitab-kitab atau penjelasan orang-orang yang tidak bersumber dari kitab-Nya (Al Qur’an) yang menjelaskan tentang Tuhan dan ciptaan-Nya itulah yang menimbulkan adanya orang-orang yang meragukan atau tidak mempercayai adanya Tuhan dalam kehidupan ini. Dan Allah SWT telah menjelaskan hal itu dalam Al Qur’an sebagai berikut:
Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa Kitab (wahyu) yang bercahaya. (Al Hajj 8)
Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (ke-Esa–an) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (Luqman 20)
Wallahu a’lam.